👸2. I'm Not a Antagonist👸

2.5K 286 2
                                    

Vote dulu guys!

Selamat Membaca

"Hei! Siapa kau?! Jangan mendekat," kataku padanya dengan ancang-ancang akan melempar bantal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei! Siapa kau?! Jangan mendekat," kataku padanya dengan ancang-ancang akan melempar bantal. Itu reflek ku lakukan.

"Ckck drama apa lagi hari ini? Setelah kemarin kau pura-pura kesurupan apa hari ini kau pura-pura lupa ingatan juga?!" Lah bentar-bentar ini siapa sih tiba-tiba ngoceh gak jelas kayak gini. Apa dia bilang? Aku kesurupan? Amit-amit jabang bayi, kemarin aja aku sibuk kerja di cafe. Aku hanya memperhatikan dia dengan raut wajah datar. "Kau pikir aku akan percaya? Jangan harap. Apa pun yang kau lakukan, kau tak akan pernah bisa menarik perhatianku." Lanjutnya lagi dengan nada dingin.

"..."

Hell! Ini siapa woi bisa gila aku terus-terusan di sini bareng dia.

­­­­________________________­­­­­­­____________________________

"Kenapa kau diam saja? Apa sekarang mulutmu bisu?"

"Mohon maaf sebelumnya bapak yang terhormat. Situ dari tadi ngoceh-ngoceh pake bilang saya kesurupan segala emang situ siapanya saya hah?! Sorry saya gak kenal sama anda," Kataku lalu menarik selimut dan kembali tidur. Bodo amat sama tuh orang mau marah sambil jungkir balik aku juga gak peduli. Malas banget berurusan sama orang yang kayak gitu. Ganteng sih tapi sayang arogannya gak ketulungan.

"Ckck."

Tap tap tap

Aku mendengar suara langkah kakinya yang menjauh diikuti suara pintu yang perlahan menutup menandakan bahwa ia meninggalkan ruangan ini.

Ku singkirkan selimut dari tubuhku lalu turun dari ranjang. Mataku menjelajahi ruangan itu untuk mencari cermin. Sungguh aku sangat bingung saat ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalaku.

Siapa pemuda tadi?

Mengapa aku merasa tubuhku menjadi lebih pendek?

Dan mengapa tanganku menjadi halus tidak seperti biasanya kasar menyamai tangan kuli bangunan? Ditambah dengan infus yang menancap di kulitku.

Aku ingat aku jarang menggunakan skin care akibat keterbatasan uang. Mana mungkin mendapatkan kulit sehalus ini tanpa campur tangan produk-produk mahal itu.

Nah itu dia! Aku berlari ke arah pojok ruangan yang terdapat sebuah cermin berukuran sedang sambil membawa selang infus.

Aku berdiri di depan cermin itu dengan gugup. Tapi mengapa bukan diriku yang kutemui? Melainkan sosok cantik dengan rambut hitamnya yang sepinggang, mata cokelat transparannya yang indah efek terpapar dengan cahaya matahari, hidung kecil yang mancung dengan bibir mungil yang sedikit pucat serta kulit putihnya yang halus.

"Hai mbak cantik," Sapaku sambil melambai tangan dan tersenyum ke arahnya. Oh Tuhan mengapa dia mengikuti gerakanku dengan senyum yang sialnya bikin jantungku jadi berdegup kencang.

I'm Not An AntagonistWhere stories live. Discover now