44 - Bukan Rachel

Start from the beginning
                                    

Jasmin mencoba untuk mengikutinya, Alex turun menuju lorong lantai satu. Di sana Alex menemui seorang gadis yang baru saja datang. Namun, ketika Jasmin mendekatinya, pandangannya menjadi kabur. Kemudian, Jasmin pun kembali.

Napas Jasmin tersengal-sengal. Ia menatap ke arah Kaisar, kemudian membenamkan wajahnya di lengan Kaisar.

"Apa itu? Aku nggak bisa baca raut wajah Alex sama sekali dan lagi, cewek itu siapa? Mereka mengatas namakan Rachel, agar kami curiga sama Rachel?" Jasmin mengatakan.

...

Di lain sisi, Wendy berada di kelasnya. Sedang fokus pada mata kuliah. Setelah selesai, ia keluar dari kelasnya, langsung menuju mesin minuman otomatis. Ia berniat membeli air mineral. Setelah cukup lama berada di sana, seseorang menghampirinya dengan senyum ramah.

"Arnold? Kamu kuliah di sini?" Wendy bingung dengan keberadaan Arnold.

Arnold masih menampakkan senyumnya. "Kamu lagi sibuk nggak? Bisa kita bicara di tempat lain?"

Mereka pun menuju ke luar kampus. Di sebuah kursi di sisi mesin minuman yang cukup sepi. Mereka duduk sedikit berjarak. Sudah lima menit mereka berada di sana, namun Arnold belum mengatakan hal yang ingin ia sampaikan.

"Ada apa, Nold?" tanya Wendy.

Arnold mengambil napas panjang, kemudian membuangnya. "Kamu dihubungi orangtua kamu nggak?"

"Loh! Kok kamu bisa tau?" selidik Wendy.

Arnold menundukkan kepalanya. Kemudian, ia melirik pada Wendy lalu mengalihkan matanya lagi setelahnya. Wendy bingung sendiri dengan sikap Arnold.

Arnold menggelengkan kepalanya. Kemudian, ia berkata, "Kamu tinggal dimana sekarang?"

"Oh itu, aku tinggal sama Jasmin, Kaisar dan Sehun di rumahnya Jasmin. Kapan-kapan dateng aja. Yah! Sehun sama Kaisar sih nggak akan seneng ada kamu. Tapi, Jasmin pasti biasa aja. Omong-omong, kamu kuliah di sini?" Wendy menanyakan tanpa ada rasa curiga.

Arnold tersenyum. "Aku kuliah di luar negeri. Kebetulan lagi libur, makanya sekarang balik ke Indonesia."

"Hmm gitu, kok bisa ada di sini?"

Arnold terdiam sejenak, lalu berkata, "Pengen nemuin kamu aja. Oh iya ...," gantung Arnold. Ia merogoh jaketnya, lalu mengeluarkan kotak kecil. "Ini aku bawa dari luar negeri untuk kamu."

Arnold menyodorkan kotak itu. Ia beranjak dari tempatnya, lalu berkata, "Kalau gitu, aku pergi dulu. Jaga kesehatan, Wendy."

Arnold menampakkan senyumnya lagi, sedangkan Wendy sangat kebingungan dengan sikap Arnold. Wendy membuka kotak itu. Di sana ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk butiran salju. Di sisinya terselip kertas.

Halo, Wendy.

Hanya itu tulisan yang tertera di dalamnya. Wendy sangat menyadari sikap Arnold. Dilihat dari permintaan ibunya untuk pulang dan sikap Arnold. Namun, ia tidak ingin menanyakannya pada Arnold. Jika yang ia pikirkan benar, Wendy bisa menerima Arnold dengan tulus. Menurut Wendy, setiap orang bisa berbuat kesalahan dan setiap orang bisa menyesal dan bertobat. Menurut Wendy, Arnold melakukan hal keji itu karena paksaan.

Wendy juga sangat menyadari. Ia tidak dalam posisi untuk memilih-milih. Wendy menyadari kalau ia juga memiliki kekurangan yang bahkan, tidak banyak orang mau menerimanya.

...

Sehun baru saja kembali dari kampus. Ia mendatangi Jasmin yang menunggu Kaisar. Ia membawa beberapa makanan untuk Jasmin karena ia sangat yakin kalau Jasmin melewatkan jam makan siangnya.

Ketika masuk, Kaisar sudah sadarkan diri, sedangkan Jasmin tertidur di sisi brankar dengan posisi duduk. Kaisar mengisyaratkan agar Sehun tidak terlalu berisik.

"Dia abis nangis terus marah-marah." Kaisar mengatakan.

"Kamu kok bisa keracunan?" tanya Sehun.

Kaisar mengangkat bahunya. "Jasmin bilang, kalau Alex ketemu cewek pas aku pingsan."

"Dia masuk ke dalam ingatan kamu?"

Kaisar menganggukkan kepalanya. "Berarti dia nggak sendiri."

...

Bentar lagi lebaran, udah buat kue belum? Yang belum, kita sama🤣.

Geng, gimana ch ini? Ayowdowng pendapatnya downg.

Sampai ketemu di ch selanjutnya, ya. Babay🥰😎

INDIGO 3 ; percaya untuk matiWhere stories live. Discover now