AWAL CERITA

2 0 0
                                    

Terlahir dari keluarga yang kaya raya, terpandang, dan tinggal di kawasan elit merupakan impian setiap remaja. Image keluarga "konglomerat" juga melekat dalam diri Zahra. Bahkan tak jarang Zahra mendapat pujian seperti,

"Keluargamu sangat kaya", "Keluargamu sangat indah, aku berpapasan dengan orang tuamu hari ini dan mereka sangat ramah", "Kau pasti bahagia karena keluargamu 'sempurna',". Hingga saat ini, Zahra hanya tersenyum saat teman-temannya berkata seperti itu, karena kenyataan yang ada, sangat berbeda dengan yang dikatakan oleh teman-temannya.

-

P R A N G G G

Seperti yang kalian dengar, itulah suara yang selalu Zahra dapatkan ketika ia menginjakkan kaki kerumah dengan luas 4 hektar itu. Meski rumahnya luas, suara itu selalu menjadi pembuka ketika ia pulang dari sekolah, ekstrakulikuler, maupun kegiatan masyarakat.

"Aku pulang," Zahra selalu mengatakan hal yang sama meski ia tahu hanya suara bibi yang menjawab ucapannya.

"Nona Zahra sudah pulang, bagaimana harinya di sekolah?" tanya seorang wanita tua yang kerap dipanggilnya nenek, sembari bermaksud membawakan tasnya.

"Tidak perlu nek, saya bisa sendiri. Lagipula, nenek pasti Lelah karena membersihkan rumah ini Bersama bibi-bibi lain dirumah," ucap Zahra sembari menggendong erat tasnya, tak lupa ia mengukir senyum di parasnya yang membuatnya semakin menawan.

"Bibi tidak lelah kok non, kan sudah merupakan tugas bibi menjaga non dan merawat rumah ini," ujar bibi sembari membawakan minuman kesukaan Zahra, susu vanilla dingin.

"Mereka kenapa lagi nek? Tidak lelah ya, setiap hari ada saja yang dipertengkarkan," tanya Zahra santai sembari melemparkan tasnya ke kasur.

"Anu non, bibi juga tidak tahu masalah apa yang diperdebatkan oleh Tuan dan Nyonya, mungkin saja begitulah cara mereka-"

"Cukup nek, Zahra sudah kelas 2 SMA. Zahra sudah cukup besar untuk memahami bahwa mereka yang selalu bertengkar, itu bukan karena mereka saling mengasihi, melainkan saling mementingkan ego," ucap Zahra memotong sembari tersenyum.

"Maka dari itu, nenek tidak boleh meninggalkanku disini sendiri, nenek harus Bersama Zahra... sampai Zahra dewasa dan sukses, saat itu... Zahra akan memiliki rumah sendiri yang lebih besar dan lebih bagus daripada ini, dan yang Zahra perbolehkan untuk tinggal disana hanyalah nenek seorang!" sambung Zahra sembari memeluk "nenek" nya itu.

"Haha, baiklah non, bibi akan menunggu saat itu tiba,"

Kira-kira... begitulah ucapan wanita paruh baya tersebut sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya 1 tahun yang lalu.






Pojok penulis : 

Halo, terimakasih telah membaca "What is Happiness" milikku, semoga kau suka, dan semoga harimu menyenangkan. Ini adalah cerita pertama yang kutulis setelah hiatus selama kurang lebih 4 tahun. Dalam 4 tahun terakhir, aku mengalami writer's block sehingga aku selalu mencari suasana baru dan yang lainnya untuk memulihkan semangat dan ide untukku menulis. Hingga akhirnya, aku bertemu seseorang secara virtual. Kami sering bicara, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan "hidupnya" yang sebenarnya. Aku sempat terkejut saat ia menceritakannya, dan tiba-tiba saja... ide terlintas di kepalaku untuk membuat sebuah cerita dari kisahnya. Ia tidak keberatan, namun ia meminta agar namanya dan nama orang-orang disekitarnya agar disamarkan, hal ini bertujuan agar tidak ada "konflik" setelah cerita ini dipublikasikan.

Ah, sepertinya terlalu banyak hal yang kutulis di pojok penulis ini. Intinya, aku berterima kasih pada kalian pembaca dari "What is Happiness" dan jangan lupa untuk mendukung dan menunggu lanjutan dari cerita ini, terima kasih.

-salam dariku,

BlackmoonBacon04

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: May 03, 2021 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

What is Happiness?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें