Merasa kesal karena diabaikan, dengan berani Divney menyahut buku di tangan Devian, dan melemparkan buku itu ke sembarang arah. Bahkan setelah Divney membuang bukunya, Devian tetap tidak bereaksi apapun.

Di waktu bersamaan, semua orang yang menyaksikan langsung bersorak gaduh, bagaimana tidak? Menurut sejarah tentang Devian di sekolah, Divney adalah orang pertama yang berani melakukan hal seperti itu kepada Devian.

"Gue bilang, duit lo udah gue balikin ke om Aryo," tutur Divney mengulang ucapannya.

Menoleh perlahan dengan wajah horror, Devian menatap lurus ke arah Divney, membuat yang ditatap merasa ngeri.

"Terus?" Satu kata berhasil lolos dari bibir Devian, lelaki itu berdiri dari kursinya.

Melirik ke sekitar, kini Divney baru sadar, jika suasana semakin menegang, semua orang terdiam seolah sedang menunggu kelanjutan dari apa yang tengah mereka tonton.

"Terus apa, ya? Gue harus ngomong apa lagi, nih? Ini apa, sih, kalimat yang bikin savage?" batin Divney bingung sendiri.

Diam cukup lama, Divney memejamkan mata rapat-rapat, menghela napas lewat mulut, lalu perlahan kembali membuka mata dengan senyum miring. Baru saja, sebuah ide muncul dalam pikirannya.

"Kasih gue nomor hp lo," pinta Divney.

"Mana hp lo?" jawab Devian spontan, membuat Divney cukup terkejut, tampak pula semua orang yang menyaksikan juga merasakan hal yang sama seperti Divney.

Mengeluarkan ponselnya dari saku, Divney menyorot ragu ke arah Devian.

"L-lo serius?" tanya Divney gugup, rasa tak percaya tergambar jelas di wajahnya.

Devian diam saja, namun anehnya, entah mendapat wangsit dari mana, Divney merasa jika Devian memang akan memberikan nomor ponsel kepadanya.

"K-kalo gitu lo ejain aja, gue yang tulis ... soalnya ini hp baru, 'kan gak lucu kalo ntar tiba-tiba lo banting lagi," ujar Divney, bersiap untuk menulis nomor Devian.

Tanpa basa-basi, Devian menyahut ponsel di tangan Divney begitu saja, mengetikan sesuatu lalu mengembalikannya pada sang empu.

Meneguk saliva, jantung Divney berdetak kencang, mata gadis itu membulat sempurna. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Devian akan memberikan nomor ponselnya dengan semudah itu.

Apakah hal itu dilakukan karena Devian merasa bersalah sudah beberapa kali merusak ponsel Divney?

Terlebih untuk seisi kelas, mereka memasang wajah pongo, karena untuk pertama kalinya pula, seseorang berhasil mendapatkan nomor ponsel Devian dengan semudah itu.

Huhh, mereka belum tau saja jika Divney sudah mengorbankan ponsel barunya, hanya untuk mendapatkan sebuah nomor ponsel milik seorang Devian.

"I-ini beneran nomor hp lo, 'kan?" tanya Divney memastikan.

Menghela napas lirih, Devian tak menjawab ucapan Divney, lalu kembali duduk ke kursinya, berkutat dengan benda pipih yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.

Ndrtt... Ndrtt...

Divney menjerit histeris, saat menyadari jika ponsel Devian benar-benar berdering ketika dirinya memanggil nomor yang baru saja diberikan oleh Devian.

Menoleh tajam dengan wajah tak suka. "Gue paling gak suka diganggu," tutur Devian penuh penegasan.

Bukannya takut, Divney malah memasang senyum lebar. "Terserah gue, dong."

"Pergi!" usir Devian.

Divney mendengus lirih. "Halah sok dingin, udahlah tunjukin aja sikap asli lo, emang gak capek apa pura-pura jadi prasasti idup mulu?!"

Devian tetap menyorot tajam ke arah Divney, dan tatapan itu seolah menyuruh Divney untuk segera pergi. Mengerti maksud dari tatapan Devian, Divney malah kembali duduk di samping Devian.

"Gue gak mau pergi," tuturnya.

"Gue bisa aja ngelakuin kekerasan ke cewek," jawab Devian yang langsung mendapat tatapan ngeri dari Divney.

Gadis itu terdiam, mengamati Devian dari atas sampai bawah, lalu menghela napas lirih.

"Gue gak perduli."

"Pergi!"

"Gak mau," kekuh Divney.

Devian berdiri dari duduknya, di waktu bersamaan lelaki itu memukul meja begitu kasar, sehingga membuat Divney memergik kaget sedikit panik, nyali Divney seketika menciut, namun sebisa mungkin gadis itu menyembunyikan rasa ngerinya.

"Pergi, gak?" sahut Devian, tanpa ekspresi namun masih dapat memancarkan aura garang.

"Enggak, gue gak akan pergi!" kekuh Divney. "Sebelum lo mau jadi pacar gue."

Hening, semua orang mematung.

"Yaudah," jawab Devian dengan spontan.

Divney membulatkan mata. "Yaudah apa?"

"Sekarang, lo pacar gue."

To Be Continued....

***
Penasaran gak? Penasaran gak?
Kira-kira bisa gak, ya, tembus 300 komen? Ayo dong yang sider jangan membisu mulu kek perasaan gue ke doi, kasih tanda keberadaan kalian biar Author tau kalian ada, wkwk🤧

Bad AssociationWhere stories live. Discover now