Prolog

598 30 14
                                    

Seorang gadis kecil berjalan gontai di tengah derasnya hujan, hari semakin larut tapi dia masih di tengah jalanan yang cukup sepi. Sekujur tubuhnya yang di penuhi luka lebam, rambut berantakan dan seluruh tubuhnya yang sudah basah kuyup.

"Hikss.. kenapa mereka tega sama Eca, hiks.. Eca gak bunuh hiks.. Oma dan Eca gak ambil uang papa hiks..."

Sekujur tubuhnya tiba-tiba menggigil, dia sungguh kedinginan, tanpa dia sadar ada mobil Avanza melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Ciiit...

Brukk!!

"Astaghfirullah Dad!" Sentak wanita paruh baya memegangi dadanya yang berdegup kencang.

"Ayo kita liat dia Mom," ajak Daddy, mereka pun keluar menggunakan payung dan melihat gadis kecil itu tergelatak lemah tak berdaya.

"Kita bawa dia ke rumah sakit saja, ayo."

Pria paruh baya itu pun menggendong gadis itu dan membaringkannya di jok belakang dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit, "semoga dia baik-baik saja," ucap wanita paruh baya cemas.

*Rumah sakit

"DOKTER, SUSTER!" teriak pria paruh baya lantang, mendengar itu sontak mereka segera mengeret brankar dan membiarkan pria itu membaringkan tubuh sang gadis.

Setelah satu jam menangani akhirnya dokter pun keluar, "gimana keadaannya dok?" Tanya pria paruh baya.

"Keadaannya baik-baik saja, tidak ada luka yang serius. Pasien hanya pingsan dan beberapa jam lagi pasien akan sadar." Jelas Dokter.

"Syukurlah, boleh kami masuk?" Tanya pria paruh baya.

"Silahkan, kalo begitu saya permisi." Pamit Dokter lalu pergi dari ruangan UGD, sementara mereka langsung masuk dan melihat wajah cantik gadis itu tertidur dengan damai.

"Dia cantik sekali, mommy sangat ini punya anak perempuan."

Pria paruh baya itu menghela nafas, "bagaimana kalo kita adopsi dia?"

Gadis kecil itu mulai membuka matanya perlahan, yang dia rasakan adalah bau obat-obatan yang begitu menyengat. Tentu gadis itu sangat tidak menyukai tempat seperti ini.

"Hei nak, kamu udah sadar?" Gadis itu membulatkan matanya dan langsung duduk menenggelamkan wajahnya di lututnya dan menangkapnya dengan kedua tangannya.

"Jangan!! Eca gak ambil uang papa dan Eca gak bunuh oma!!"

"Hiks... Jangan sakitin Eca."

"Hey nak, kamu kenapa?" Tanya pria paruh baya.

"Hiks.. jangan."

"DOKTER!! DOKTER!!" teriak pria paruh baya, sedangkan gadis kecil itu sudah menangis histeris.

Dokter yang merasa terpanggil segera masuk ke ruangan tersebut dan kembali memeriksa gadis kecil tersebut, "dia kenapa dok?"

"Pasien mengalami syok berat, sepertinya dia mendapat perlakuan keras dari keluarganya. Saya ingatkan agar tuan dan nyonya tidak menanyakan masa lalunya pada pasien."

Deg'

Apa katanya, perlakuan keras?

"O--ma."

Mereka sontak menoleh pada sang gadis yang sudah sadar, "nona, nona baik-baik saja?" Tanya Dokter.

Gadis itu mengangguk pelan, "mereka siapa dok?" Tanya sang gadis.

"Mereka yang membawa nona ke rumah sakit, dan mereka tidak menyakiti nona."

"Ta--tapi Eca ta--takut Dok."

"Eca sayang, kamu jangan takut sama Mommy dan Daddy, kita gak akan nyakitin Eca justru kita sayang sama Eca." Ucap Wanita paruh baya.

"Kalo begitu saya permisi dulu, usahakan agar bersikap lembut pasien." Ucap Dokter lalu keluar.

"Ta--tante sama om siapa?" Tanya Eca dengan suara imoetnya.

"Tante Vira dan ini Varo, mulai sekarang kita orang tua kamu. Panggil Tante Mommy dan ini Daddy." Ucap Vira, gadis itu tersenyum manis dia pikir bahwa dia akan mati saat itu juga.

"Nama kamu siapa?" Tanya Varo.

"Queenzia Revina Ziudith." Jawab Eca gugup saat menyebut nama marganya.

"Kamu di usir sama keluarga kamu?" Tanya Vira hati-hati, Reva mengangguk.

"Mulai sekarang nama kamu Queenie Reva Alexander. Kamu mau kan pulang dan tinggal sama mom & dad?" Tanya Vira penuh harap.

Reva mengangguk antusias dan mau tinggal dengan mereka,Vira dan Varo pun membawa Reva pulang ke Mansion Alexander setelah mendapat izin dari dokter.

*Mansion Alexander

Mereka langsung masuk setelah gerbang Mansion di buka oleh satpam, mereka mengantar Reva ke kamarnya yang terletak di antara dua kamar jadi kamar Reva itu di tengah-tengah.

"Kamu istirahat ya, nanti makan malam Mommy bangunin kamu." Ucap Vira.

"Iya Mom," jawab Reva dan membaringkan tubuhnya di kasur king sizenya.

Makan malam pun tiba, Varo dan kedua anak twins-nya sudah berkumpul di meja makan. "Bentar ya Mommy mau panggil dulu seseorang."

Anggi Kevin Alexander dan saudara kembarnya Angga Kelvin Alexander, Anggi lahir terlebih dahulu dari Angga lalu beberapa detiknya lahirlah Angga ka dunia.

Tidak lama dari itu Mommy datang membawa seorang gadis kecil mengenakan sweater kebesaran dan hot pants yang hampir tertutupi sweater, rambut pirangnya yang di kucur setengah dan bagian dalamnya dia biarkan di gerai.

"Dia siapa Mom?" Tanya Angga.

"Dia adik kalian." Jawab Vira.

"WHAT!! SERIUS MOM?" tanya Twins antusias, tentu keduanya sangat ingin mempunyai adik terlebih lagi seorang perempuan.

"Kenalin diri kamu dong sayang," titah Vira.

Reva tersenyum manis dan memperkenalkan dirinya, "hai bang Twins, nama aku Queenie Reva Alexander, kalian boleh panggil aku Reva, Eca atau Winnie."

"Ajigile senyumnya manis banget," batin Anggi.

"Masih kecil udah cantik banget, gimana udah gedenya astagahhhh,, kalo bukan Adek udah gue pacarin deh." Batin Angga.

"Apaan sih bang." Reva mempoutkan bibirnya.

"H--hah?" Kaget keduanya.

"Udah, sekarang kita makan malam." Lerai Varo dan mereka pun mulai makan malam.

Misterius GirlWhere stories live. Discover now