10.Birds-foot trefoil

16 17 1
                                    

"Bagaimana dia bisa tau?" tanya seorang wanita kepada sahabatnya.

"Entah, dia hanya bilang kita harus percaya sama dia."

"Terus, lo percaya gitu aja?" tanya sang ketua.

"Ngga segampang itu, gue bakal cari tau siapa dia!!"

"Lo ga curiga gitu sama Puji?" tanya Pace kepada Farel.

"Curiga? Maksud lo?"

"Secara tidak langsung Puji sahabatan dengn Shena bisa jadi Puji mengetahui identitas lo."

"Gue rasa Puji gak tau soal ini, kalaupun dia tau identitas Farel, gak mungkin Shena bisa tahu kalau Aidil Wakil ketua Malvoris," jelas wanita itu. Mereka semua mengangguk.

Ditempat lain, disuatu bagunan yang tampak sederhana namun ketat dengan penjagaan dari Bodyguard sampai bermacam-macam CCTV.

"What!!" teriak Zea.

"Kalian bercanda kan, mana mungkin Aidil yang tukang bolos, yang bandelnya nauzubillah, wakil ketua dari Malvoris." Zea menggelengkan kepalanya.

"Eh! Kutil. Mana ada kita bercanda, semalam kita bertiga yang buktikn kalau Aidil anak Geng Malvoris." ujar Briyan melempar kulut kacang kearah Zea.

"Siapa ketuanya?" tanya Samuel.

"Alden Anderson." jawab Shena.

"Queennya?" tanyanya lagi.

Mereka bertiga menggelengkan kepalanya, bertanda tidak tahu.

"Gue heran kenapa kita harus dapet misi nyari tahu Geng motor kegitu!!" ujar Zea.

"Betul, terus apa hubungannya dengan pembunuh bunga?!" heran Shena.

"Mungkin gak si, tugas kita kali ini ada hubungannya sama kita?" tanya Samuel.

         ****

Kini kedaan kantin seperti biasanya penuh dengan siswa yang makan siang, Shena dkk dan Aidil dkk pun duduk bergabung lantaran tempatnya yang padat.

"Neng Putri, makin hari makin cantik aja," goda Pace ketika Putri lewat.

"Apaan si lo kak, gak jelas," sarkas Putri, membuat teman teman Pace tertawa lepas.

"Haha belum apa-apanya udah di tolak," ujar Dio yang masih bertahan dengan ketawanya.

"Mampus tuh," ujar Amanda sambil melempar kulut kuaci.

"Neng Manda yang cantiknya gak ada ujungnya, jahat banget masa abang di lempar kulit kuaci," ujar Pace sambil muka dimelas-melasin.

"Cocok lah Boy, lo dilempar kulit kuaci, kan lo sama kulit kuaci sama-sama sampah," sarkas Farel membuat gelak tawa semuanya pecah.

Ketika sedang asik melempar canda tawa, handpone Shena berdering, tertera dilayar ponselnya Abangke.

"Halo bang, tumben. Ada apa?" tanya Shena.

Davi belum membuka suaranya tapi Shena yakin Davi seperti menahan tangis, membuat cewek itu penasaran apa yang terjdi.

"Bang?" panggil Shena.

"Ayah Na," suara gemetar disebrang sana.

"Ayah? Kenapa, lo kalo ngomong jangan setengah-tengang bangke."

"Ayah udah gak Na, Ayah dibunuh!!"

Shena terdiam detik selanjutnya ia tertawa membuat para temennya aneh dan kebingungan apa yang terjadi.

Detective.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang