2. Happy Birthday Kak Victor!

319 54 30
                                    


Lita tersenyum senang saat menatap Victor dari jauh. Bocah laki-laki itu sedang duduk di pinggir kolam sambil memainkan kakinya didalam air.

Hari ini adalah ulang tahun Victor. Satu hal yang membuat Lita heran, semenjak pagi tadi, tak ada yang merayakan ulang tahun si sulung itu atau sekedar memberikan ucapan selamat. Mereka semua acuh tak acuh seolah hari ini tak terjadi apa-apa. Bukankah jika ada yang ulang tahun harus diucapkan selamat? Bahkan ketika Lita ulang tahun, bundanya selalu merayakan dan memberikannya banyak kado.

Lita sudah bertanya kepada Rosa, namun bagi Lita jawaban Rosa tidak lah memuaskan. Rosa berkata, jika Victor tak suka jika ulang tahunnya dirayakan, karena bagi Victor itu hanyalah sifat kekanak-kanakan dan Victor menganggap dirinya sudah dewasa.

Tapi memberi sebuah kado dan mengucapkan selamat itu bukanlah suatu hal yang buruk pikir Lita. Oleh karena itu semenjak pagi tadi, Lita bersikeras untuk membuatkan sebuah kue bolu kepada kakak satu-satunya itu, dan tentunya tanpa sepengetahuan Rosa. Kebetulan sekali saat ini Rosa sedang bertugas dirumah sakit. Rosa merupakan seorang Dokter spesialis anak. Dan lagi, para pelayan di rumah juga sedang diliburkan, hanya tersisa satpam rumah yang berjaga diluar.

Lita menatap sumringah kue bolunya yang sudah jadi. Kue bolu itu bulat berukuran kecil mungkin sebesar telapak tangannya, dilapisi dengan coklat yang lumer. Sebagai percobaan pertama membuat kue sendiri tidaklah buruk bagi Lita. Satu lilin yang menyala tertancap ditengah-tengah bolu.

Saat di rumahnya dulu Lita kerap sekali membuat kue walau sebagian besar di bantu oleh Bunda nya. Dan ini kali pertama bagi Lita membuat kue sendiri tanpa campur tangan Rosa atau siapa pun. Walau Lita yakin rasanya mungkin tak bisa mengalahkan buatan sang bunda, tapi setidaknya ini cukup enak untuk dinikmati.

"Kak Victor" panggil Lita ceria, menghampiri Victor, sedang yang dipanggil sama sekali tak menoleh.

Victor hanya terus menatap hampa pantulan bayangannya di kolam. Dulu saat ibunya masih hidup, setiap ulang tahun Victor pasti selalu dirayakan dengan meriah. Mereka akan menghiasi seluruh rumah terutama kolam renang ini dengan indah. Dan berkumpul di tepi kolam, lalu meniup lilin dan memotong kue bersama. Namun sekarang semua itu hanya menjadi kenangan belaka.

"Happy Birthday kak Victor!" Seru Lita sembari menyanyi lagu ulang tahun memeriahkan.

Viktor hanya diam terpaku matanya memerah menatap nyalang Lita yang tengah bernyanyi dengan girang nya.

"Ayo kak tiup lilin nya" Lita berujar antusias. Victor mengepalkan tangannya, berdiri menatap Lita dengan tatapan murka.

Lita ikut menyadari perubahan raut Victor yang menatap bengis dirinya. Bulu kuduknya berdiri, Lita mundur saat merasakan atmosfer yang mencekam dari Victor. "Ka..kak" panggil Lita gelagapan.

Lita mengerjap kaget saat Victor melempar kue ditangannya. Bahkan piring sebagai alas kue itu pun ikut pecah, menimbulkan suara dentingan yang nyaring. Lita menatap sendu kue yang sudah susah payah dibuatnya kini hancur lebur di lantai. Tak hanya itu Lita juga meringis sakit saat beberapa serpihan pecahan piring mengenai kakinya, membuat darah mengalir dari sana.

"Ka..kak kenapa?" Tanya Lita dengan suara lirih, air telah memenuhi pelupuk matanya siap terjun bebas.

"GUE BUKAN KAKAK LO!! GUE GAK SUDI PUNYA ADIK MACEM LO! LO NGAPAIN HAH?! LO LAGI NGERAYAIN KEMATIAN NYOKAP GUE?! SENANG LO HIDUP DISINI?! SEDANG GUE MENDERITA KARENA LO DAN NYOKAP LO!! LO SAMA NYOKAP LO ITU CUMAN PARASIT! NYOKAP LO ITU CUMAN PELACUR GAK TAHU MALU!"

"Bunda bukan pelacur" lirih Lita dengan deraian air mata. Seumur-umurnya dia hidup baru kali ini ada seseorang yang mengatai bundanya pelacur. Bagi Lita Rosa adalah ibu terbaik di dunia, tak ada seorang sebaik Rosa di dunia ini.

My Savior BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang