14 - Ngidam

34.9K 2.5K 64
                                    


Sepulang dari acara Louis dan Shila, Aira ngidam ingin makan sate di pinggir jalan katanya. Jadilah Raka harus menuruti kemauan sang bayi padahal ini sudah lewat dari jam 10 malam.

"Sayang, bayinya pengen bangett ya makan sate??" Tanya Raka pada Aira yang sudah melahap 2 piring sate sekaligus.

"Iya ka, pengen banget kayaknya liat Mamanya gendut.. Hehehe."

"Gapapa gendut demi anak kita. Aku bakal tetep sayang kamu gimana pun bentukannya." Ucap Raka lalu mencubit gemas hidung Aira.

"Yang bikin aku gendut juga kamu nih, benih kamu tokcer." Ucap Aira melanjutkan makannya.

"Iya sayang dihabisin." Ucap Raka.

Tak lama dari ia mengajak Aira berbicara, pandangannya teralihkan pada sepasang perempuan dan laki - laki tengah asyik tertawa di depan gerobak nasi goreng yang tak jauh dari gerobak sate yang Raka datangi.

Ada perasaan tak suka ketika melihat laki - laki itu mengusap pelan perut si perempuan lalu memberikannya kecupan manis di perut itu. Arga dan Luna.

Tadi sore Luna memang sudah izin dengannya, tapi ia tak mengira bahwa interaksi keduanya tak seperti adik dan kakak ipar.

Rahang Raka mengeras dan tangannya terkepal hebat. Tak mungkin bila ia mendatangi Arga dan membuat keributan di tempat ramai seperti ini, yang ada ia akan masuk berita dan membuat harga saham di perusahaannya turun. Tidak, ia akan diasingkan oleh Papa Dero bila itu terjadi.

"Ayo kita pulang!" Titah Raka pada Aira.

"Yah kok pulang?? Kan aku mau nambah lagi!!" Rengek Aira, makanannya baru saja habis dan ia ingin menambah 1 porsi lagi.

"KALO AKU BILANG PULANG YA PULANG! Kamu denger gak sih?!" Bentak Raka yang membuat wanita itu ketakutan setengah mati.

Ada apa dengan suaminya?? Padahal baru 5 menit yang lalu ia bersikap manis, tapi kenapa jadi menyeramkan seperti ini??

Raka berdiri dari duduknya lalu segera membayar sate yang Aira pesan. Aira masih mematung melihat tingkah aneh suaminya. Tak lama setelah itu, Raka pergi lebih dulu masuk ke dalam mobil lalu Aira mengikutinya dengan perasaan yang tak karuan.

——

Sesampainya di rumah, Aira langsung menangis sejadi - jadinya di dalam kamar, Raka yang sibuk dengan ponselnya pun langsung menatap istrinya tajam.

"Kamu kenapa sih nangis?!" Tanya Raka kesal.

"YA KAMU YANG K-KENAPA?!" Tanya Aira dengan wajah yang sudah berlinang air mata.

"Udah malam Aira. Aku udah turutin juga maunya anak kamu! Gausah nangis gitu, kayak gak diturutin aja! Udah tidur sana." Ucap Raka kesal.

"KOK KAMU G-GITU SIH NGOMONGNYA?! INI KAN ANAK KAMU JUGA!!" Teriak Aira kesal.

"CK, AKU BILANG TIDUR AIRA!" Bentak Raka lalu keluar kamar meninggalkan Aira yang tambah terisak.

——

Malam sudah menunjukkan pukul 22.59 dan Luna baru sampai rumah dengan binar bahagia dari wajahnya.

Baru saja ia akan berjalan ke kamar, langkahnya terhenti ketika melihat Raka duduk di kursi meja bar dapur sambil memegang gelas berisikan vodka. Mata Raka menatap Luna dengan tatapan penuh intimidasi dan kemarahan.

"Jam berapa ini?" Tanya Raka datar.

Luna gugup setengah mampus. Dia melihat jam di ponsel yang diberikan Papa Dero waktu itu. Benar saja, ia telat pulang kerumah.

LUKA | Antara Luna dan Raka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang