31-kehidupan miris zico

Começar do início
                                    

Zico mengambil alih tubuh kavelo kemudian menduduki di pangkuan nya "ingin pulang sekarang tuan muda?" Tanya zico sambil menatap wajah kavelo.

"Ga mau, mau ke kantor daddy"

Zico mengangguk, mobil yang ditumpangi kini berjalan keluar sekolah menuju perusahaan utama lucifer kedua yang berada korea, waktu pelajaran seharusnya masih berjalan, tapi melihat wajah bantal tuan mudanya, zico membiarkannya karena tuan nya sendiri yang akan bertanya.

***

Suara langkah kaki mendekat ke sebuah mobil, para pengawal termasuk zico yang berada di luar segera menundukkan kepala mereka. Vander cucu pertama lucifer berjalan dengan wajah andalan nya menuju mobil yang ditempati adik bungsunya, wajah mengantuk kavelo membuat nya tersenyum kecil sehingga tidak dapat terlihat, dia bergerak melepaskan seat belt yang melingkari tubuh adik kecil nya, saat ingin mengangkat tubuh kavelo, mata hijau mengerjap perlahan menatap kearah wajah nya, vander menaiki sebelah alis nya.

"Tampan hm?

Kavelo menggelengkan kepala nya tidak terima, hanya dia yang paling tampan di keluarga nya, sedangkan vander mengabaikan tatapan tidak terima kavelo dan mengangkat tubuh sang adik ke dalam gendongan koala nya, dengan satu tangan yang berada di bawah pantat berisi kavelo begitu juga sebelah nya yang menahan tengkuk leher adik nya, agar kepala kavelo tidak bertabrakan dengan kepala nya, seperti sebelumnya.

"Gausah liat liat, saya tau saya tampan nona manis" goda kavelo sembari mengedipkan mata kanan nya, para karyawan yang mendapati balasan kedipan mata berteriak histeris sejenak karena melihat wajah pewaris perusahaan tidak mengenakan.

"Yahh cewe cewe cantiknya pergi" lesunya dalam diam vander yang merhatikan tingkah kavelo terkekeh, adik nya sangat menggemaskan

"Kambing turunin lah, gara gara lo cewe cewe cantik nya pergi" lanjut kavelo memberontak dia sudah lama tidak mencuci mata tapi saat melihat nya setan didepan nya mengganggu.

Vander hanya diam tidak menghiraukan umpatan kavelo, melainkan vander menampilkan wajah dingin nya serta tatapan tajam yang menelusuri nya hidup hidup.

"Don't look at me, mata lo jelek bagus gitu?"

Cup

Kecupan kecil di pipinya merubah wajah galak menjadi cemberut kesal, sedangkan vander menampilkan raut wajah datar tidak bersalah.

"Shit, menggemaskan" batin vander, vander menambah kan kecepatan jalan nya, dia tidak tahan ingin menyentuh pipi yang semakin berisi milik kavelo.

Lantai 73 merupakan lantai teratas dari perusahaan, lantai yang berisi hanya empat ruangan berdempetan karena khusus ceo, melihat isi ruangan membuat kavelo takjub, tetapi tetap saja cita cita nya tidak goyah, dia selamanya akan menjadi jaksa bukan ceo.

"Jangan menampilkan wajah itu, karena Lucifer tidak Pernah berekspresi seperti itu" bisik vander, itu bukan alasan nya yang benar tetapi karena dia tidak mau bungsu Lucifer terlihat mencolok dan semakin banyak yang ingin mengadopsi kavelo.

Kavelo mengangguk polos, tatapan mata berbinar terlihat dia akan mengubah ruangan ini menjadi tempat bermain nya, vander menurunkan tubuh kavelo agar adik bungsunya berjalan sendiri menuju ruangan demon, kavelo berlari masuk kedalam ruangan yang dia yakini tempat tua bangka, mendapati adik nya berlari, vander menggeram kesal.

"Daddy mau banana milk" teriakan remaja kecil mengangetkan demon, arah mata yang awalnya menatap laptop dengan serius teralih, demon menghela nafas kasar, saat melihat nafas putranya ter engah engah padahal dia berlari hanya sebentar.

Demon menutup laptop yang tadi dia pakai untuk kegiatan meeting minggu depan dengan santai, kemudian tak lama itu dia melempar laptop seharga ratusan juta ke sofa secara asal, melihat sang putra kini dihadapannya. Demon mengangkat tubuh kavelo dan menduduki tubuh kecil itu di atas meja, tatapan mata vander membuat zico mengangguk, ia bergerak mengambil minuman kesukaan tuan muda nya di kulkas lalu memberikannya.

Pipi berisi terlihat naik turun karena sedotan dari minuman kesukaannya, tiga pria yang dibuat gemas menatap kavelo dengan terkekeh, sedangkan objek yang ditatap menaiki kedua bahu nya tidak mengerti, cita citanya semakin tergoyah melihat demon memakai tuxedo didalam jas, membayangkan bahwa dia memakai nya pasti benar benar keren.

Kavelo melepaskan sedotan dari bibir merah alami nya, dia menatap wajah demon intens, begitu juga dengan demon yang kini menatap balik putranya. masih dengan kepala yang di senderkan di kursi besar, ketiga pria itu tercengang mendengar perkataan bayi Lucifer yang secara tiba tiba, bahkan zico yang tidak terlalu suka ikut campur dibuat keselek air ludah sendiri.

"Dad zico pecat aja, biar kavelo yang akan menjadi asisten daddy" pinta nya dengan senyum riang.

"Anjir, kena mental gua" batin zico memelas.

🌿~•~•~•~🌿
.
.

Halo terimakasih sudah membaca cerita kavelo

Selamat berbuka puasa bagi yang menjalani, dan siap siap teraweh ya.

Babai all\(^o^)/

Kavelo Sequel Onde as histórias ganham vida. Descobre agora