Chapter 11: Arcanar Asgar

Začít od začátku
                                    

"Apa mungkin menghancurkan satu guild seorang diri?" Millia ikut menimpali perbincangan keduanya.

Altair mengangguk hormat pada gadis dengan pedang hitam yang terselip di pinggangnya itu. "Sejauh ini, hanya informasi itu yang berhasil saya dapatkan."

Millia tampak memikirkan sesuatu. "Apa kau tahu keberadaan, Vetto Saradine?" tanyanya setelah terdiam beberapa saat.

Lucas mengalihkan perhatian dari perkamen yang dia pegang, pemuda itu menatap Altair serius menanti jawaban yang akan diberikan pemuda berpakaian hitam itu.

"Tuan Muda Vetto ditemukan tewas di aula utama guild, Nona Millia," jawab Altair datar.

Millia tampak kaget, sementara Caira mendekap mulutnya mendengar ucapan pria di hadapan mereka. Seorang Vetto Saradine yang merupakan kesatria terhebat Sky Garden, serta pemegang tombak suci Olympus terbunuh oleh seseorang yang masih misterius.

Mereka pun yakin, penyerang guild terbesar ketiga di wilayah Asgar itu memiliki kemampuan yang luar biasa.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan, Altair?" Lucas menyerahkan perkamen yang dibacanya pada pemuda itu.

"Nona Yuri dan Tuan Calahad saat ini tengah melakukan perjalanan ke wilayah Golliath Emperium atas perintah, Maester Gerrald," pungkasnya.

"Baiklah. Terima kasih atas laporanmu. Kau boleh pergi. Laporkan jika ada perkembangan terbaru."

Altair membungkuk hormat pada Lucas dan lainnya, sebelum melompat dan kembali bertransformasi menjadi elang hitam.

"Dia seorang, Animagi?" Caira membuka suara setelah sejak tadi hanya menyimak. Sedangkan Lucas hanya memberi anggukan sebagai jawaban.

"Dia satu-satunya ras Animalium yang berhasil selamat dari pembantaian 5 tahun lalu di Silleria," pungkas Lucas singkat.

Tidak banyak yang mengetahui bawahan Lucas yang bernama Altair Skyheart itu. Selain bertugas secara rahasia di bawah perintahnya, Altair merupakan salah satu ras Animalium yang masih tersisa.

Sepeninggal Altair, ketiganya nampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas menghempaskan tubuh jangkungnya di kursi kayu dekat tiang kapal, sementara Caira dan Millia masih bersandar di pembatas geladak.

"Kau tak apa-apa, Mil?" tanya Caira pelan.

Millia melempar senyum simpul pada gadis yang mengenakan pakaian berupa kimono tanpa lengan berwarna putih, dengan paduan bawahan motif bunga bergradasi merah.

"Aku tidak apa-apa. Hanya tidak percaya, jika Vetto dikalahkan semudah itu," ujarnya lirih.

Lucas berdiri dari duduknya. "Kalian lebih baik beristirahat malam ini. Aku akan berjaga!" tegasnya seraya berlalu.

Tiba-tiba pintu ruangan kapten kapal terbuka dengan kasar. Arden sang kapten, nampak pucat sambil menunjuk ke arah lautan di hadapan mereka.

"Apa itu?" Millia menyipitkan mata untuk memperjelas pengelihatannya, karena gelapnya malam telah menyelimuti laut Aspian.

"Sesuatu datang dari tengah laut menuju arah kapal. Itu seperti gelombang. Stabilkan kapal, Kapten!" perintah Lucas yang dengan mata tajamnya melihat gelombang misterius yang mendekati kapal.

"Caira, menjauh dari sana!" seru Lucas.

Millia dengan sigap mendekat ke arah Caira.

Namun, gadis itu hanya terpaku di depan geladak. "Dia ... Memanggilku," ucapnya pelan.

Gelombang bergulung yang ternyata kabut itu, menerpa kapal yang ditumpangi Caira. Kapal bergetar beberapa saat, sebelum lenyap tanpa jejak.

"Semua baik saja?" tanya Lucas pada Arden dan beberapa awak kapal yang berkumpul di geladak. Semua mengangguk.

"Luc ... Caira hilang!" Millia berseru panik ketika sosok gadis yang dijaganya lenyap dari tempatnya tanpa ia sadari.

"Bagaimana bisa?"

"Aku pun tak mengerti. Dia memegang lenganku sewaktu kabut menerpa kapal, lalu ...." Millia tercekat karena bulir-bulir air mulai tampak menggenang di matanya.

"Tenanglah, kita akan mencarinya," ujar Lucas menepuk bahu gadis itu.

"Kapten Arden, aku perlu bantuan anak buahmu melakukan pencarian, Caira." Pemuda itu berbicara pada pria dengan topi pelaut yang menjadi kapten kapal.

"Aku sudah memerintahkan pencarian, Tuan Lucas. Tiga sekoci sedang menyisir area sekitar kapal saat ini," jawab pria itu penuh kagum menatap pemuda di hadapannya.

"Ada sesuatu di area lima ratus meter dari kanan kapal, Kapten!" seru seorang awak kapal dari atas tiang pengawas sambil menunjuk ke tempat yang ia sebutkan.

Lucas segera melompat ke tempat awak kapal itu berada.

"Lihat itu, Tuan Lucas." Awak kapal itu menunjuk ke tempat yang dia maksud.

Dari tempatnya berada, Lucas bisa melihat sesuatu berpendar di tempat yang ditunjukkan oleh awak kapal itu.

"Millia, Caira di sana!" serunya sambil menunjuk ke arah kanan kapal.

Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, gadis berambut sebahu itu segera melompat ke arah laut di bawahnya.

"Deficiere Magicae." Tubuh Millia diselimuti aura transparan yang membuatnya mampu berlari di atas air laut.

Segera, ia menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Lucas, diikuti para awak kapal yang menggunakan sekoci di belakangnya.

Di lokasi yang dilihat Lucas sekitar 500 meter dari kapal, tampak sebuah lingkaran sihir yang menyala terang. Saat Millia mendekati lingkaran tersebut, tiba-tiba sesuatu melesat ke udara dari dalam laut dengan kecepatan tinggi. Disusul oleh sosok lain yang berukuran lebih besar, Membuat millia terhempas dengan kuat.

Para awak kapal membantu gadis itu menaiki salah satu sekoci, sementara mereka tercengang melihat seekor naga raksasa melesat ke udara mengejar sosok misterius yang terbang terlebih dahulu.

"Naga laut, Aqualung?" Lucas berujar tidak percaya.

Dirinya tidak menduga, jika di perairan Aspian bersemayam seekor roh Astralis Suci. Matanya yang tajam mencoba melihat apa yang diburu naga laut itu.

"Itu, Caira!" serunya pada Millia yang juga telah menyadari Caira sedang menaiki roh Astralis miliknya yaitu Sylph, seekor burung garuda penguasa elemen angin.

"Kita harus membantunya, Lucas," ucap Millia sambil mencabut pedangnya, sementara pemuda bersurai hijau itu kini menjajari larinya.

Millia merapal sebuah mantra, "Volantes Magicae!"

Bersambung

Alcholyte Saga : Tujuh AstralisKde žijí příběhy. Začni objevovat