Bab 4

4.7K 280 3
                                    

Selamat malam

Untuk menemani malam minggu kalian semua, adik Up.

Semoga suka

Jangan lupa Vote, comment dan share.

Happy reading

***

Suasana kantin sekolah padat dan ramai seperti biasanya. Jam istirahat salah satu destinasi para siswa adalah kantin sekolah. Seperti yang dilakukan Fika. Ia sedang berada di kantin sekolah guna mengisi perutnya.

Fika jarang kekantin sekolah. Selain karena ramai dan ribut, Fika juga risih ketika mata-mata para cewek di sekolah menatap kearahnya. Oleh karena itu, Fika biasanya membawakan bekal ke sekolah.

Namun, untuk hari ini Fika lupa. Ia bangun kesiangan karena harus menyelesaikan laporan keuangan osis yang sudah di serahkannya tadi pagi pada pak Burhan. Sehingga, Fika hanya sarapan setangkup roti tawar dan lupa membawa bekalnya.

"Kamu harus sering-sering begini Fika," seru Tina yang duduk di depannya. Tina, gadis berambut sebahu lurus itu sudah menjadi teman sebangku Fika dari kelas sepuluh. Mereka sudah saling mengenal hanya saja tidak terlalu terlihat karena Fika yang sedikit ansos.

"Ribet Na. Antri. Nunggu. Di tambah ribut, kamu tahu aku gak suka." jawab Fika.

"Susah memang kalau di bilangin." gerutu Tina yang di balas senyuman oleh Fika.

Fika yang akan menyendokkan bakso kemulutnya terhenti ketika bahunya terdorang keras kedepan sehingga bakso disendoknya melompat melewati Tina. Bukan hanya itu seragam bagian depan Fika terkena air kuah bakso dari mangkok yang sudah tertumpah di mejanya.

"Aw... Panas..." ringis Fika sembari menjauh. Ia mengipasi kemeja seragamnya dan menarik seragamnya agar tidak lengket kedadanya.

"Kau apa-apa sih kak?" teriak Tina tidak terima. "Kamu gak papa Fik? Astaga kulit kamu. Ayo ke UKS sekarang. Itu harus di obati, nanti melepuh." cemas Tina.

Fika dan Tina akan beranjak tapi di hadang oleh teman-teman kak Luna. "Kau mau kemana? Urusan kita belum selesai."

"Eh! Awas minggir. Urusan kau nanti dulu, Fika butuh pertolongan!" geram Tina sembari melempar tangan seniornya agar memberikan jalan.

"Eh, belagu kali kau jadi junior! Berani kamu lawan kita? Belum tahu kamu siapa kita?!" geram Siska teman kak Luna.

Tina yang tidak peduli langsung mendorong teman-teman kak Luna. Luna yang geram melihatnya langsung mendorong keduanya keras.

Fika yang merasa dirinya di dorong dengan keras dari belakang sudah akan bersiap dengan rasa sakit akibat terjatuh. Tapi, itu tak terjadi ketika ada dua lengan yang menahan tubuhnya.

Tubuhnya menegang. Ia kenal aroma tubuh ini. Pemilik tubuh yang menahannya ini pernah mempunyai tempat spesial di hatinya. Viko Bastian.

Viko melihat semua kejadian. Ia berada di dalam kantin dan hendak keluar membawa sepiring nasi goreng dan sebotol teh botol. Ia melihat bagaimana Luna sahabatnya memperlakukan kasar Fika yang menjadi mantannya.

"Vik... Ini... Ini gak seperti yang kamu lihat..." dengan terbata-bata Luna mencoba menjelaskan. Ia terkejut ketika melihat Viko yang ternyata tak jauh darinya. Gelap mata dan amarahnya membutakan matanya sehingga ia tidak melihat Viko.

"Aku udah lihat semuanya, Luna." ucap Viko dingin.

Luna tersentak. Viko sahabatnya tidak pernah berkata dingin padanya. Mata itu, tak pernah menatapnya setajam dan sedingin ini biasanya. Mata itu selalu menatapnya dengan tatapan memuja, hangat dan penuh cinta.

Give Up (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang