Bab 6 (END)

7.7K 268 38
                                    

"Udah sore nih, kita balik ya, Fika." ujar Kak Rian.

"Bisa panggilkan tante, dek. Mau pamit sekalian." pinta kak Putri.

Fika mengangguk lalu melangkah masuk kedalam dan memanggil mamahnya.

"Udah mau pulang? Gak makan malam sekalian?" tanya Gina sesampainya di depan teman-teman anaknya.

"Iya tante, udah sore." jawab Rian.

"Makan di sini aja, tanggung pulang. Isi perut dulu." tahan Gina.

"Makasih banyak tante. Tapi, mendingan balik deh tante. Takutnya nanti kemalaman." balas kak Putri.

Kak putri pun mendekati Gina dan menyalami serta mencium tangan Gina. Di ikuti yang lainnya, kecuali Danu dan Viko.

"Lain kali main lagi kesini ya."

"Pasti tante. Tenang aja." balas Niko.

"Kau, dilarang. Habis isi kulkasku gara-gara perut gentongmu." tolak Fika.

Betul, Niko menghabiskan semua makanan. Baik itu yang di pesan mamanya dan yang ada di kulkas. Puding mangganya di habiskan makhluk tidak tahu diri ini. Setiap setengah jam tanyanya itu ada makanan gak. Buah tangan dari mereka saja setengah di embat si rakus ini. Tapi Fika berhasil menyelamatkan cokelatnya dari Niko si tidak tahu diri.

"Gak boleh gitu sayang. Pahala berbagi makanan," nasehat Gina.

"Iya ma, tapi kalau satu kulkas habis tiap kemari sama aja bangkrut ma. Heran aku, badan itu kebanyakan cacing sepertinya makanya tetap ceking walaupun banyak makan."

"Enak aja! Tiap 6 bulan sekali aku minum obat cacing ya. Memang badan aku aja slim gini." bantah Niko.

"Alah seperti anak kecil minum obat cacing. Yakin minum obat cacing? Tapi kok gak berpengaruh ya? Mungkin karena kau jorok ya. Kalau memang iya, ya pantas gak berpengaruh."

"Fika!" Tegur Gina.  "Maafin anak tante ya nak Niko."

"Gak papa tante." jawab Niko tersenyum manis. "Tapi tante, aku mau nanya. Si Fika ini emang anak tante ya? Kok gak ada satupun sikapnya seperti tante ya?"

"Wah... Cari mati ini anak. Sini kau, biar ku buat rempenyek kau." geram Fika yang sudah akan maju tapi di tahan Gina.

"Udah...udah... Sebaiknya kamu pulang Niko. Lama kamu di sini, kakak yakin akan ada pertumpahan darah. Heran kenapa kalian setiap ketemu pasti kayak kucing sama tikus. Kerjanya berantam mulu." lerai Rian.

"Hati-hati loh, nanti kalian jadinya suka sama satu dan yang lain." goda kak Putri.

"Amit-amit," bantah Fika.

"Aku juga ya. Amit-amit! Bisa-bisa mati kelaparan aku."

"Udah, kami pamit ya tante. Titip salam sama om. Dan makasih untuk makanannya." pamit Kak Putri. "Dan kamu dik, istirahat. Jangan banyak gerak dulu."

"Iya kak."

Niko, Bayu, Tina, kak Rian dan kak Putri pun berangkat menggunakan kendaraan yang di bawa masing-masing.

"Kenapa masih disitu? Ayo pulang."  Seru Jihan yang melihat Danu tidak bergerak. "Lalu kak Viko kenapa masih disini?"

"Bukan urusanmu, Jihan. Sebaiknya kamu bawa sepupu kamu pulang." jawab Viko datar.

Danu hanya diam. Dia menatap Viko datar. Ia tahu semenjak ia masuk kerumah Fika, cowok berperawakan tinggi ini menatapnya sengit. Apalagi ketika ia berinteraksi dengan Fika. Seperti ada laser yang keluar dari mata cowok itu lalu menembus tubuhnya.

Give Up (Complete)Where stories live. Discover now