21

594 74 10
                                    

Jeongyeon baru saja kembali dari apartemen Tzuyu jam 8 malam.

Dia masuk tanpa permisi bahkan melewati kedua orangtua dan kakaknya begitu saja. Lebih memilih untuk langsung ke kamarnya dan berbaring disana.

Membuka jaket dan melemparnya ke sembarang. Meregangkan otot sebentar lalu membuka ponsel dan memainkan game yang ada disana.

Tok. Tok. Tok.

Sepertinya ketukan itu hanya formalitas saja karna jelang 1 menit pintu terbuka menampakkan Seungyeon, kakak Jeongyeon.

"Darimana?". Tanya nya seraya mendekati Jeongyeon.

"Biasa". Balas Jeongyeon malas.

Seungyeon nampak menghela nafasnya.  "Kamu udah makan?".

Jeongyeon kaget dibuatnya, dia menatap kakaknya. "Lo ngomong apa barusan?".

Seungyeon berdecih.  "Gue itu mau ngomong baik-baik, lo malah mancing buat ngomong kasar!".

Jeongyeon terkekeh lalu membenarkan posisinya. "Lagian tumbenan banget lo ngomongnya Aku - kamu, ah gue tau pasti ada maunya kan?".

Seungyeon mengangguk. "Beliin gue martabak dong, ngidam nih!".

"Dih lo ada suami minta sama dia lah! Lagian lo mau ngapain sih pulang segala?".

Seungyeon melempar bantal yang tepat mengenai wajah Jeongyeon. "Gue itu kangen sama lo!".

"Emang sih gue tuh anaknya ngangenin, jadi gak heran lagi sih!".

"Bacot. Makan tuh ngangenin!". Seungyeon langsung keluar dari kamar Jeongyeon.

Jeongyeon terkekeh. "Lah kok ngamuk?".

.

Jeongyeon terbangun saat mendengar keributan diluar kamarnya. Memilih untuk tidak peduli tapi nampaknya suara itu semakin jelas di telinga Jeongyeon.

Saat keluar dari kamarnya, pemandangan pertama yang dilihat ialah kedua orang tuanya yang sedang bersitegang.

Jeongyeon masuk kembali ke kamarnya, ini bukan pertama kali untuk Jeongyeon tapi tetap saja Jeongyeon tak ingin mendengar apalagi melihatnya.

Jeongyeon menghempaskan tubuhnya, memakai earphone dan menyetel musik sekeras-kerasnya. Mencoba memejamkan matanya dan berdoa agar semua itu adalah mimpi saja.

.

Setelah siap dengan seragamnya, Jeongyeon keluar kamar. Suasana dirumah ini nampak canggung. Perlahan Jeongyeon menghampiri mamanya yang sedang membereskan kekacauan semalam.

Bisa dengan jelas Jeongyeon lihat, pergelangan tangan mamanya memerah.

Jeongyeon menghela nafasnya, mengambil kotak p3k dan menarik pelan tangan mamanya agar duduk di kursi.

Mengobati pergelangan tangan mamanya tanpa mengucapkan apa-apa. Mama Jeongyeon hanya bisa mengelus pelan rambut Jeongyeon yang sudah memanjang, rasanya sudah sangat lama tidak berdekatan dengan anaknya seperti ini.

"Maafin mama ya!".

Jeongyeon tidak membalasnya, dia lebih memilih menyelesaikannya dengan cepat di akhiri ciuman yang dia berikan dikening sang ibu. Dan pergi tanpa mengucapkan apapun.

🍃

Berakhir dengan pergi ke warnet daripada sekolah, Jeongyeon mengirim pesan pada Nayeon bahwa dia tak bisa menjemputnya.

"Udah lama gak kesini Jeong!".

"Iya bang, sibuk sekolah soalnya udah mau keluar nih!".

Pemilik warnet yang bernama Jackson atau yang lebih biasa di sebut bang Jack itu memberikan sebungkus rokok pada Jeongyeon.

WhatIsLove?Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt