12.Kesedihan

167 99 246
                                    

Rasa sakit kamu hari ini.
Itu adalah bahagia kamu hari esok.
-Risafanessa

✨✨✨

Selesai untuk sarapan pagi. Nessa dan dua temannya itu bersiap siap untuk berangkat ke rumah sakit. Nessa sudah memberitahukan bundanya. Dan ia juga membawa buah buahan untuk temannya yang sakit itu.

Nessa memesan taxi online untuk ia dan teman temannya bergegas untuk pergi, karna jika ia menggunakan sepeda motor miliknya sungguh tidak mungkin karena mereka bertiga, jadi gadis itu memutuskan untuk memesannya.

Sangat terlihat sekali bahwa mereka gembira akan bertemu sahabatnya yang sudah lama tak berjumpa itu. Ada raut wajah yang sedih juga di antara mereka, mungkin hanya ada sedikit waktu saja untuk menemuinya. Karena waktu yang terbatas, yang diberikan dirumah sakit itu sangat singkat.

Tapi tak apa menurut gadis gadis itu yang penting mereka bisa bertemu dengan Dina. Ya, sahabatnya.

Beberapa menit kemudian. Taxi itu sampai, tepat di depan rumah Nessa. Dimana gadis gadis itu menunggunya.

Setelah memasukinya mereka pun bergegas untuk berjalan menuju tempat yang mereka nanti nanti itu.

Diperjalanan mereka bertiga tak ada yang bersuara sedikit pun, mereka sibuk memainkan ponselnya masing-masing.

Sesampainya dirumah sakit. Ya, ini adalah rumah sakit tercanggih dan terbesar di kota ini. Fasilitas yang sangat memadai dan aturan yang cukup ketat.

Gadis gadis itu sudah dua kali ketempat ini. Ya, sejak pertama kali Dina dimasukan kesini dan yang kedua. Ya, sekarang ini.

Nessa, Ditta dan Ririn bergegas untuk pergi ke ruang dimana Dina dirawat.

Mereka menuju lantai tiga. Ya, ruang IGD. Disitulah Dina dirawat. Hampir satu bulan Dina dirumah sakit ini belum ada perkembangan apapun mungkin karena penyakit jantungnya yang semakin parah. Dina juga harus rutin cuci darah setiap minggu agar jantungnya kembali stabil, walaupun keadaannya masih belum siuman. Dan sepertinya kesempatan untuk ia bisa sembuh sangat sedikit sekali.

Diruang ini ada sosok perempuan, sepertinya itu Ibunya Dina. Dan juga ada sosok lelaki dan perempuan parubaya disampingnya itu. Ya, ia adalah Reval dan Riani mama-nya. Kebetulan mereka juga sedang menjenguknya.

Dina anak tunggal, mempunyai seorang Ibu dan juga ayah, tetapi hari ini hanya Ibunya saja yang menemaninya, ayahnya pergi untuk bekerja.

Nessa, Ditta dan Ririn memakai baju yang dikhususkan untuk mereka memasuki ruang pasien. Lalu mereka pun bergegas untuk berjalan ke ruangan itu.

Dina yang masih belum sadar juga dengan mata yang terpejam rapat dan banyaknya infusan ditubuhnya, sangat mengerikan sekali.

"Assalamu'alaikum," Kata para gadis gadis itu saat memasuki ruangan.

Membuat manusia yang berada di dalamnya itu melirik kearahnya.

"Waalaikumsalam," Jawab Reval dan dua Ibu Ibu itu bersamaan. Dua Ibu Ibu itu maksudnya, Ibunya Dina dan Mama-nya Reval.

Nessa pun langsung memberikan buah buahnya itu ke Ibunya Dina. Buah-buahan yang ia bawa dirumahnya tadi.

"Makasih ya," Kata Ibunya Dina.

Nessa hanya tersenyum saja kearahnya.

Reval melirik Nessa tanpa berkedip. Cukup lama sekali, pandangannya pun tetap ke arah gadis itu.

Nessa yang tetap terlihat biasa saja tak menghiraukan pria itu, walaupun sangat mengganggu sekali, ia tetap fokus melihat Dina yang terbaring.

Ditta terlihat sangat sedih sekali melihat keadaan Dina yang semakin tak karuan seperti ini. Sama halnya seperti Ririn gadis itu pun terlihat sangat sedih sekali. Teman kecilnya itu tak berdaya seperti sekarang.

Nessa merasakan apa yang dua sahabatnya rasakan itu, lalu ia memegang tanggan Dina.

Berharap gadis itu sadar dan terbangun dari sepanjang tidurnya, untuk melihat teman temannya ini ada disampingnya sekarang dan ia tak perlu lagi menahan rasa sakit sendiri.

Karena melihatnya saja gadis gadis itu sudah merasakan betapa sakitnya yang selama ini Dina rasakan.

Tak lama kemudian dari arah mata Dina ia meneteskan air mata yang terjun dipipi kirinya itu.

Membuat manusia yang ada didalam ruangan itu berdoa berharap Dina bangun hari ini.

Lalu perlahan mata Dina terbuka sedikit demi sedikit, membuat ibunya Dina tampak menangis karena tak sabar melihat anak satu satunya itu bangun dan tersadar.

Reval pun bergegas untuk memanggil dokter.

Dokter pun tiba.

"Mohon untuk keluar sebentar." Kata dokter itu. Dan bersama dua suster pribadinya

Jadi, yang masih ada diruangan ini hanya Ibunya Dina dan Mamanya Reval, bersama Dokter dan dua susternya itu.

Nessa, Ditta, Ririn dan Reval menunggunya di luar ruangan.

✨✨✨

"Gimana dok keadaannya?" Tanya Reval khawatir dengan kondisi sepupunya itu.

Nessa, Ditta dan Ririn berada di bangku depan ruangan. Mereka menunggunya, lalu mereka bangkit dari duduknya setelah melihat dokter itu keluar dari ruangan.

"Alhamdulillah, Dina sudah sadar." Kata dokter itu.

Membuat para teman temannya tersenyum lega. lalu ia melihatnya ke arah jendela yang ada diruang itu. Mereka sudah tidak boleh masuk lagi karena mungkin jam besuknya sudah habis.

Ririn dan Ditta masih melihat kearah jendela kaca yang ada di ruang itu, melihat Dina tersenyum kearahnya.

Reval berdiri disamping Nessa.

"Nanti pulang sama gue ya?" Gumam Reval.

Nessa melirik kearah pria itu.

Reval pun ikut meliriknya. Membuat mereka berdua saling bertatap.

"Gak." Jawabnya. Lalu pandangannya kembali mengalihkan dari mata Reval.

"Kenapa?" Katanya lagi.

"Malas."

"Tumben banget biasanya mau." Ledek Reval. Yang mengingat ngingat beberapa hari lalu saat, ban motor milik gadis itu bocor.

Nessa terdiam sejenak lalu menjawab.
"Kepedean lo."

Reval pun tertawa melihat wajah Nessa, yang kesal itu, tetapi tetep saja imut dimatanya.

✨✨✨

Gimana gimana?

Tandai jika ada yang salah dalam kata katanya ya!

Btw, semangat nahan lapar dan hausnya ya.

Terimakasih sudah membaca.
Maaf part ini aku nulis pendek dulu ya.

Sampai ketemu dipart selanjutnya.

Seeyou!
Semoga sukaa🌻

Diary Nessa [On Going]Where stories live. Discover now