03

9 2 0
                                    

Paginya, aku kembali bersiap-siap untuk ke kampus. Tak lupa, aku memberikan makan kucing-kucing ku dihalaman rumah. Setelah itu aku berpamitan ke mama untuk berangkat. Papa dan abangku sudah berangkat sejak tadi.

"eh kal, kamu sudah mengerjakan tugas yang diberikan bu diah?" tanya ara saat ku sudah duduk disampingnya.

"sudah dong, kala." Balas ku dengan nada bangga.

"kal, aku mau lihat." Pintanya

"karena, aku sedang baik dipagi yang indah ini. Akan ku kasih untuk teman ku ini." Balas ku sambil memberikan buku

"terimakasih kal, aku baru sadar ternyata kamu cantik ya." Ucapnya dengan nada mengejekku.

"kalau ada maunya aja, seperti ini kamu ra." Balasku dengan nada malas

Setelah melewati waktu kuliah yang sangat padat ini, aku segera pulang dan istirahat dirumah. Hari ini rumah sepi, papa dan abang yang masih bekerja sedangkan mama arisan Bersama teman-temannya.

Laki-laki itu siapa ya? Pikirku dengan tiba-tiba.

"apa yang dia lakukan di jalan itu? Kenapa ia disana? Ah banyak sekali yang ingin aku tanyakan padanya. Tapi aku tak mengenalnya, dia menakutkan. Disana, gelap sekali." Gumamku.

Setelah berbicara sendiri akhirnya kala tertidur. Hari sudah malam, namun keluarganya belum ada yang pulang. Ia terbangun dari tidur yang cukup lama dan bergegas menerima telfon yang berdering sejak tadi.

"halo mah" jawab kala dengan suara khas orang bangun tidur.

"halo sayang, maaf mama baru ngabarin. Hari ini mama menginap dirumah nenek ya, karena besok pagi mama harus membantu nenek menyiapkan hidangan untuk pertemuan keluarga besar kita kal." Jelas mama dengan nada tidak enak.

Pertemuan keluarga besar? Batin kala

"papa dan abang juga akan menginap mah?" tanya kala

"tidak sayang, mereka masih lembur di kantor. Besok jangan terlambat bangun ya, kamu ada kelas pagi loh." Jawab mama

"siap mah, kala pasti tidak terlambat kok." Balasku dengan sedikit tidak yakin.

"oh iya nak, besok malam kamu kesini sama papa dan abang ya. Tidak usah banyak tanya kal, datang saja dan lihat. Nanti kamu akan paham." Jelas mama lagi

"iya iya, salam untuk nenek ya mah. Kala mau mandi dulu, dadah mama." Pamit ku sambil mematikan telfon

Aku beranjak menuju meja rias untuk melihat diriku disana.

"sebenarnya ada apa sih? Kenapa tiba-tiba ada pertemuan keluarga besar. Abang ingin nikah? Ah tidak-tidak atau jangan-jangan aku dijodohin? Aaaaaaa gamauuuuuuuu." Teriakku memenuhi isi sudut kamar ini.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya aku memutuskan mandi untuk menyegarkan otak tahu susu ku ini. Setelah selesai, aku ke dapur untuk menuruti cacing-cacing ku yang sudah lapar sejak tadi.

Tidak ada apapun? Lirihku dengan nada sok sedih

"oke mari kita keluar untuk membeli makan." Bicaraku pada diri sendiri.

Akhirnya kala memilih untuk keluar rumah daripada memesan makanan. Alasannya cukup simple, aku bisa memilih banyak makanan yang murah kata kala. Setelah selesai bersiap-siap kala mengendarai motornya menyusuri jalanan ibu kota yang padat itu. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama akhirnya ia sampai.

Kedai kopi. Tujuan utamanya.

"malam mas, ice americano nya satu ya." Ucapku kepada pembuat kopi itu

"oke kak, atas nama siapa?" tanyanya sambil bersiap menulis namaku

"kala, mas." Balasku sambil menyerahkan uang lima puluh ribu

"baik ka, silahkan ditunggu pesanannya." Ucapnya dengan ramah sambil memberikan uang kembalian.

Aku memilih duduk disudut favorit café ini, ujung dekat jendela. Disana, aku bisa bergumam lagi tentang jalanan ibu kota ini atau malah aku bisa melihatnya lagi.

eh batinku

dia tidak ada dijalan itu, tapi dia ada dalam café ini. Lonceng pintu yang berbunyi ketika ada pelanggan yang masuk. Aku terkejut melihatnya, tatapan dingin dan bingung dalam matanya setiap kali aku melihatnya.

Aku coba menghampirinya, saat dia sedang sibuk mencoret buku hitamnya itu. Buku hitam yang sama saat ku lihat ia berdiri diantara rak-rak supermarket. Lagi-lagi aku dibuat bingung. Saat melihatku dia sama sekali tidak terkejut, tatapannya seperti pertama kali baru bertemu.

apa dia tidak mengingatku? Batinku

"hai, sorry ganggu. Apa aku boleh duduk disini?" kata ku sambil menunjuk bangku didepannya.

Dia menatapku seperti orang aneh, ya walaupun memang aneh. Tidak kenal tapi ingin duduk berdua.

"silahkan, sepertinya kamu butuh bangku yang sangat banyak. " ucapnya sambil melihat sekeliling dan beranjak meninggalkan ku

Oke kal, dia memang aneh. Ucapku pada diri sendiri

_________________________________________

Hai semua, ini adalah bab tiga yang ku buat. Aku harap, aku bisa membawa kalian masuk kedalam cerita ini. Untuk itu tetap setia membaca ceritaku, vote dan komen. Terimakasih, selamat malam readers^^

k a lWhere stories live. Discover now