01

35 2 0
                                    


aku kala, perempuan yang akan kalian kenal lebih dalam setiap babnya. cerita ini adalah hidupku. aku bahagia dan sedih dalam satu waktu, laki-laki itu sejak awal mengambil perhatianku. - kala

aku tak pernah mencuri perhatianmu kal, kamu saja yang ingin mengikuti ku terus. – katanya.

karna, aku menyukaimu ndan. -kala

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

langit pagi ini cerah sekali, rasanya seperti awan-awan tersenyum satu sama lain. Sejenak menatap langit, aku bergegas menuju kelas. Kelas pagi ini, membuatku senang karna dosen mata kuliah pagi ini, izin untuk tidak mengajar. Kata ketua kelas sih " pak bambang hari ini tidak mengajar, katanya istrinya ingin melahirkan." Kalian tahu? Aku senang sekali, satu sisi senang karna ia akan menjadi seorang ayah satu sisi lagi senang karna bisa minum kopi di kedai favoritku.

"Ra, ikut aku yuk." Ajak ku pada teman sebangku

"yah kal, telat kamu bilangnya. Aku sudah janji sama mama ingin menemainya membuat kue kalo kuliah ku pulang cepat hari ini." Jawab ara dengan membereskan tasnya.

"tidak apa ra, salam untuk mama mu dari aku, kala cantik." Balasku

"semoga kuping ku, baik-baik saja ya kal setelah mendengar ucap mu tadi." Ucap ara sambil berteriak dan berlari.

Untung saja sudah lari, kalo tidak akan ku pukul kamu ra. Monolognya

Tapi emang aku cantik kan. Lanjut kala dengan nada bangga

Setelah bergegas dari kampus aku langsung menuju kedai favoritku. Memesan ojek, menunggu lama dan akhirnya sampai. Kedai ini tak modern, tapi bentuknya yang membuatku jatuh cinta pertama kali. Dengan warna yang disetiap sudut menyatu dan klasik seperti tahun 90-an, kedai ini ramai pengunjung. Americano, kopi favoritku. Setelah memesan aku duduk dibangku pojok dekat jendela yang mengarah ke jalanan ibu kota.

"kapan ya jalanan ini sepi? Apa mereka tidak Lelah membalas klakson satu sama lain? " tanya kala pada angin yang disertai helaan hapasnya.

Ketika sedang mengamati jalanan ibu kota yang tak kunjung sepi dan malah bertambah ramai, kala menemukan sosok yang membuatnya bingung.

Sedang apa dia? Tanya kala dalam hati.

Semakin terus menerus diperhatikan, aku semakin tak paham. Laki-laki itu masuk kedai dengan tangan kotor serta baju lusuh. Dia hanya menumpang cuci tangan, ah sudah lah. Aku tak pernah paham apa-apa.

Kenapa dia gelap ya? Tanya kala tiba tiba pada secangkir americano yang habis itu.

k a lWhere stories live. Discover now