Part 2

335 33 5
                                    

“Lumi, kamu masih kepikiran tentang Childe dan Xiao?” tanya Mona.

“Iya, kenapa sih cowok-cowok mudah sekali berantem. Aku nggak tau harus gimana,” Lumine hanya memandang makan siangnya yang masih tidak tersentuh. Nafsu makannya hilang semenjak Xiao menantang Childe. “Memangnya kenapa sih Aether dan Xiao nggak suka sama Childe?”

Mona hanya diam mendengar pertanyaan Lumine.

“Kamu belum ketemu Childe lagi?” tanya Mona.

Lumine hanya menjawabnya dengan menggeleng. Melihat sahabatnya seperti itu sebenarnya cukup untuk membuat Mona lari ke arena dan menghajar Childe, tapi saat ini berada di sisi Lumine lebih penting untuknya.

“Makan Lumine, nggak lucu kalo kamu malah sakit,” pinta Mona.

“...eh lihat tuh, si Tukang Sihir...”
“...katanya dia bikin Xiao sama Childe tengkar...”
“... ihh, nggak banget deh Tukang Sihir...”

Semenjak berita duel Childe dan Xiao beredar, orang-orang mulai menghujat Lumine. Hal itu semakin membuat Lumine tertekan.

“Udah Lumi nggak usah didengerin,” kata Mona sambil mengusir para fans Childe dengan tatapannya.

"Tapi apa yang mereka katakan ada benarnya. Aku yang sudah membuat Xiao dan Childe tengkar, seakan-akan aku ini tukang sihir yang memantrai mereka," kata Lumine menundukkan kepalanya.

"Oh ayolah Lumi, kamu membiarkan omongan sampah seperti itu merasukimu? Aku sahabatmu. Omongan siapa yang lebih berbobot?" Teriak Mona membuat seisi kantin melihat ke arahnya. "Ehem, intinya mereka berdua bertingkah seperti itu bukan karena kamu oke."

"Trus kenapa?"

"Yaa... Yang pasti bukan karna kamu," Mona tidak bisa menjawab pertanyaan itu tanpa membeberkan bahwa Xiao menaruh hati pada Lumine.

"Tuh kan," Lumine kembali meletakkan wajahnya di atas meja.

Bel tanda istirahat akan berakhir, berbunyi sebelum Mona sempat mengatakan apa pun.

"Hah, ayo Lumi kembali ke kelas, setidaknya pelajaran siang ini tidak akan membosankan," kata Mona beranjak dari kursinya.

"Siang ini? Ah! Ibu Jean ya yang ngajar?" Lumine teringat jadwalnya.

"Betul sekali, ayo jalan."

Sesampainya di kelas Bu Jean telah duduk di kursinya dan membaca sebuah buku yang sangat tebal.

"Siang Ibu," sapa Mona dan Lumine bersamaan.

"Siang Lumine. Siang Mona," balas Bu Jean sambil tersenyum.

"Kita beruntung ada guru di sekolah ini yang asik diajak bicara dan ramah seperti Bu Jean," kata Lumine menghempas dirinya ke kursi.

"Iya, meski sebagai wakil kepala sekolah beliau sibuk sekali, tapi Bu Jean mau mendengarkan keluh kesah muridnya," kata Mona. "Ah, kenapa kamu nggak cerita aja ke Bu Jean?"

"Tentang?"

"Childe dan Xiao lah."

"Kamu sehat kan Mona? Nggak mungkin lah aku cerita masalah kayak gini ke Bu Jean," Lumine memandang sahabatnya itu dengan tidak percaya.

"Siapa tau kan," kata Mona mengangkat bahunya. "Setidaknya Bu Jean pasti mengakhiri pelajaran tepat waktu, jadi kita bisa ke arena tanpa terburu-buru."

Perkataan Mona mengingatkan Lumine, bahwa duel itu akan berlangsung hari ini, sepulang sekolah.

Seminggu ini dia terus mencoba menghubungi Childe dan Xiao. Keduanya seperti menjauhi Lumine, bahkan Aether tidak mau berkata apa pun. Segala hal yang terjadi padanya saat ini benar-benar membuatnya stres. Lumine nyaris tidak bisa mengikuti pelajaran siang itu. Untung Mona merupakan murid yang pintar dan Lumine bisa mengandalkannya untuk mengajari materi hari ini nanti.

FanFiction ChilumiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant