ACdS - 14

142 9 0
                                    

Akhir pekan yang ditunggu akhirnya tiba. Cinta dan Arga berencana untuk periksa ke dokter kandungan. Keduanya pun tengah bersiap untuk berangkat menuju rumah sakit dimana dokter yang ingin mereka temui berada. Mereka bahkan sudah membuat janji sebelumnya.

Cinta menatap Arga penuh harap. "Mas yakin, kalau hasilnya tidak akan mengecewakan?" tanyanya dengan suara yang teramat pelan, nyaris hilang. Jujur saja, ia sangat gugup sekarang.

Arga mengulurkan tangan untuk mengusap rambut istrinya. Senyumnya pun memberikan sebuah keyakinan bagi Cinta. "Kamu harus yakin. Jangan pesimis seperti itu," jawabnya tak kalah lembut.

"Jika tidak sesuai harapan, Mas tidak akan marah, kan, sama aku?"

"Tentu tidak, Sayang. Ini bukan hanya perjuanganmu seorang. Kita berdua turut andil di dalamnya. Tidak ada gunanya juga untuk menyalahkan kamu. Siapa yang tau, jika ternyata Mas yang salah," bujuknya.

Cinta pun hanya bisa mengangguk, seiring dengan mobil yang mulai melaju di bawah kendali Arga.

Keduanya tidak butuh waktu yang lama untuk tiba di tempat tujuan. Berhubung karena suasana jalanan yang juga tidak begitu ramai, perjalanan keduanya cukup lancar.

Tangan cinta meremas lengan suaminya begitu kuat. Kegugupan yang tadi sempat menghilang, kini muncul lagi. Namun tidak ada jalan untuk mundur. Apapun hasilnya, dia akan menerima.

Cinta berbaring di atas brankar, saat dokter menempelkan alat USG di atas perutnya setelah perawat mengoleskan suatu cairan. Kemudian pandangan si dokter yang bernama dokter Yana itu beralih pada layar monitor yang berada di sebelah Cinta.

Sementara pandangan Cinta tertuju pada layar monitor yang menggantung di dinding tepat lurus di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang, menunggu penjelasan dokter akan apa yang sedang mereka lihat di masing-masing layar.

"Ini dia janinnya, usianya sudah delapan minggu. Kondisinya cukup baik, detak jantungnya pun normal. Posisinya juga tidak salah."

Penjelasan yang sangat menenangkan bagi Cinta, pun bagi Arga. Senyumnya melebar, karena ternyata hasilnya sesuai dengan harapan.

"Apa ibu merasakan mual muntah atau pusing?" Dokter Yana bertanya lagi setelah menyelesaikan pemeriksaan menggunakan alat USG. Sementara perawat langsung membersihkan cairan yang sebelumnya dioleskan di perut Cinta.

"Iya, tapi tidak selalu, Dok. Hanya beberapa kali semenjak kami mengetahui keberadaannya lewat testpack," jelas Cinta.

"Baiklah, saya akan berikan resep vitamin dan juga obat pereda mual. Jika Ibu merasa mualnya tidak terlalu mengganggu, Ibu boleh menghentikannya. Sesuai dengan perasaan Ibu saja," lanjut dokter Yana sembari berpindah ke kursinya.

Perawat pun membantu Cinta untuk bangun. Kemudian beralih ke kursi yang berhadapan dengan dokter Yana. Di mana Arga juga menunggu di sana.

"Untuk awal-awal kehamilan seperti ini, sebaiknya jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat. Apalagi ini butuh waktu lama untuk mendapatkannya."

Cinta dan Arga mengangguk bersamaan. Apapun yang terbaik untuk calon buah hati mereka, pasti akan dilakukan dengan sangat baik.

Kabar baik itu pun langsung diberitahukan pada orang tua mereka masing-masing. Tentu saja yang mendengar kabar itu juga merasa senang. Sudah lama mereka menantikannya. Bahkan, orang tua Arga jadi tidak sabar untuk mengunjungi mereka.

Sekembalinya dari rumah sakit, keduanya langsung melanjutkan kegiatan dengan belanja bulanan. Karena beberapa persediaan telah habis. Arga dengan begitu posesifnya menjaga Cinta. Bukan hanya dari pandangan pria lain terhadap istrinya, tetapi juga mencegah Cinta mengangkat barang-barang belanjaan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antara Cinta dan SumpahWhere stories live. Discover now