↬ dua sisi mata uang

29 4 2
                                    

"yan, bangunin aku kalau udah jam 12

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"yan, bangunin aku kalau udah jam 12.45 ya." perintah wanda pada yan. setelahnya, ia memakai airpods dan memejamkan mata.

karena ditinggal tidur oleh wanda, akhirnya yan melipir ke sebelahku. Nabil tidak ada di kelas karena sedang sholat dzuhur.

"gimana rasanya satu bangku sama wanda ?" aku membuka percakapan.

"akhir-akhir ini kak wanda gak secerewet biasanya sih mel. mungkin karena lagi sakit gigi hehe." kekeh yan.

selama beberapa menit, aku banyak mengobrol dengan yan. tetapi kegiatan kami terinterupsi oleh kedatangan nabil.

si ketua kelas yang baru kembali dari masjid sekolah, langsung bergerak mengambil sepatu yang ia simpan dibawah meja.

ia segera mengganti sendal jepit hitamnya dengan sepatu converse warna hijau. dengan rambut yang sedikit basah karena air wudhu, ia rapikan dengan jemari seadanya sambil melihat pantulan wajahnya melalui ponsel.

"kak nabil mau duduk disini?" tanya yan lalu segera bangkit.

"gapapa, kamu disitu aja yan. saya mau ke kantin kok." jawabnya kemudian menghilang ke luar kelas.

nabil itu kalau ngomong ke yan, selalu lemah lembut. beda kalau sama aku, dia lebih sering mengutamakan pendapatnya. dia tidak memberikan aku kesempatan untuk beropini saat berdiskusi tentang kelas.

"mel, aku bangunin kak wanda dulu ya." Aku mengangguk, lalu memperhatikan setiap gerak-gerik cowok jangkung itu. ditepuknya pundak wanda dengan pelan. sekali dua kali tidak berhasil. sesekali ia bangkit lalu mencodongkan badannya untuk melihat wajah wanda yang menghadap dinding sebelah kiri.

akhirnya wanda bangun juga. buru-buru ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
sebuah sikat gigi dan pasta gigi rupanya.

"Nda, kebiasaan deh. cuma rajin pas sakit giginya kambuh aja. besok-besok juga udah males." teriakku. yan yang mendengarkan ocehanku turut tertawa.

"makanya bantu ingetin dong, meng." jawab wanda kini sudah berdiri di depan wastafel yang terletak di dekat pintu masuk.

_______

nabil masuk ke kelas dengan membawa dua kotak susu coklat. tapi langkahnya terhenti di dekat wastafel.

"Nda, maaf ya."

mataku berbelalak membulat tak percaya. nabil baru saja membantu memegangi rambut wanda yang terurai agak tidak basah kena air dari wastafel.

"aduh makasih pak ketua, meuni bageur pisan euy." sahut wanda disela berkumur-kumur.

Selanjutnya ia bergerak ke arah yan. diberikannya susu coklat itu, sembari menepuk sekilas puncak kepala yan.

"aku gak dibeliin?" ketusku terlihat seolah iri. padahal memang benar aku sedang iri. sebenarnya bukan karena susu coklat ya, tapi lebih kepada perlakuan manis nabil pada wanda dan yan.

nabil hanya tersenyum, masih sibuk memasang arloji di tangan kirinya. lalu menyeruput habis susu coklatnya.

"gantian." singkatnya.

"gimana gimana ?!" tanyaku tak paham.

"wanda kan lagi sakit gigi, jadi saya bantu. kalau yan kan sudah saya anggap adik sendiri."

"pilih kasih, padahal aku sama yan kan seumuran."

aku memutuskan untuk tidak melanjutkan ocehanku dengan cara menyumpel kedua telingaku dengan airpods dan berusaha memejamkan mata.

_______


"pak slamet udah nyampe, meng?"

"belum, katanya 10 menit lagi."

wanda memutuskan untuk nebeng mobil pak slamet. ia ingin mampir ke dokter gigi yang lokasinya memang searah dengan rumahku.

"mela !" itu si ketua kelas nyebelin.

"kok pulang, tadi katanya mau bantu buatin struktur organisasi kelas." protes nabil.

"pecat aku aja bil jadi wakil, gapapa aku ikhlas bangettt." selorohku tanpa menengadahkan kepalaku kearahnya.

"ih jangan gitu dong meng. yaudah mending aku ke dokternya naik angkot aja. biar pak slamet nunggu sampai urusanmu selesai."

"ih kok gitu?"

di luar dugaan, nabil-lah yang menyuruh pak slamet mengantar wanda ke dokter, sedangkan aku akhirnya diseret kembali ke kelas.

benar-benar diseret.

"nabil !" kami berhenti di depan tangga menuju kelas.

"bisa gak sih gausah teriak, mel ?" walaupun nadanya datar, tapi ucapan itu amatlah menakutkan.

perlahan aku melonggarkan genggaman nabil di pergelangan tanganku. sejenak aku menghela napas lalu memberanikan diri menatap lurus matanya.

"kenapa lagi?" tantangnya.

"eng...gak jadi."

sial, nyaliku menciut.

_______

struktur organisasi sudah selesai dibuat dan telah dipajang rapi di mading kelas. walaupun sempat merutuki namaku yang ditulis di sebelah nama nabil, tapi ya sudah apa boleh buat.

"pulang bareng, mel?"

"halah, gak perlu." jawabku to the point.

"saya bingung kamu maunya apa. digalakin gak mau, dibaikin juga gak mau." nada bicara nabil kali ini amat sangat menyebalkan.

lima detik ku jeda sembari merangkai kata-kata amukan.

"ya kamunya ngegalakin aku tiba-tiba. terus ngebaikin aku kalau akunya udah ngambek. ya siapa yang gak kesel coba?!" tanpa sadar nada bicaraku meninggi. beberapa teman sekelas kaget dan tak percaya bawa ketua dan wakilnya ternyata tak sedekat yang mereka kira.

aku bersembunyi di pos satpam setelah lelah melarikan diri dari nabil. sambil melihat kondisi sekitar, tanganku sibuk membuka aplikasi ojol.

setelah aman, aku bergegas memesan ojol dan pulang ke rumah dengan selamat. selama perjalanan, otakku terus berpikir akan seburuk apa hubunganku dengan nabil esok hari.

_______

🍒

Jilid 1│Nabil.Where stories live. Discover now