Kawaki x Sumire - Kesalahan

1K 106 13
                                    

"Aku pulang," ujar seorang pria bertubuh tinggi saat masuk ke dalam apartemen yang ia tinggali. Tidak ada sahutan dari dalam, namun dia dapat mencium aroma masakan yang sangat lezat dari arah dapur.

Kawaki melangkah masuk menuju tempat aroma itu berasal. Dilihatnya sang kekasih, Sumire, yang memakai apron sewarna dengan warna surainya sedang fokus dengan bahan-bahan masakan. Kawaki masih diam di tempat sambil menatap Sumire dengan datar.

"Tidak disambut lagi," gumam Kawaki sambil menghela nafas pelan lalu langsung menuju kamar kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai mandi Kawaki mengeringkan rambut -gagaknya- dengan handuk, lalu ia menggunakan kaos oblong putih dan boxer rumahan yang biasa ia kenakan. Kemudian Kawaki bergegas ke meja makan, pasti Sumire sudah selesai memasak pikirnya.

Benar saja, saat Kawaki tiba semua makanan sudah matang dan tertata rapi beserta dengan segelas ocha hangat untuknya.

Sudah tiga hari Sumire tidak berbicara dengan Kawaki. Wanita itu enggan mengeluarkan sepatah kata pun padanya, bahkan juga tidak menatap wajah Kawaki. Namun di samping itu, Sumire masih menyiapkan segala keperluan Kawaki seperti baju sebelum berangkat kerja, sarapan, bekal untuk makan siang, dan menghidangkan makan malam.

Suasana meja makan sangat sunyi, hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, sesekali suara Kawaki menyesap ochanya. Setelah keduanya selesai makan, Sumire langsung berdiri dan mengambil piring-piring kotor yang ada di meja makan. Saat Sumire bergegas untuk mencuci piring, Kawaki sudah berdiri di sampingnya.

"Sini biar aku yang cuci." ujar Kawaki lalu merebut piring dan sponge yang ada di tangan Sumire.

Sumire diam sebentar, lalu mengambil piring kotor lainnya untuk dia cuci. Dengan jengkel Kawaki menaruh piring yang ia dan Sumire pegang, lalu mematikan kran air, kemudian membalikan badan Sumire agar menghadapnya.

"Tahan banget sih diem-dieman," kata Kawaki ketus.

Sumire masih diam.

Tangan kanan Kawaki mengangkat dagu Sumire perlahan agar sang kekasih menatapnya.

Secara pasrah Sumire mengikuti gerakan Kawaki. Lalu menatap wajah tampan kekasihnya dengan tatapan sinis. Akhirnya! batin Kawaki. Ya, bagaimana pun juga Sumire tidak tahan mendiami lelakinya.

"Maaf, ya," suara Kawaki sangat lembut, namun Sumire hanya memalingkan wajahnya ke samping.

"Hey, coba kita bicarakan ini baik-baik. Memangnya kamu betah diemin aku gitu, hm?" dengan sabar Kawaki menuntun wajah Sumire untuk menatapnya lagi.

Sumire menatap Kawaki dengan raut muka tidak suka.

"Aku gak suka kamu ingkar janji lagi," akhirnya Sumire membuka suara.

"Aku kan sudah minta maaf," Ujar Kawaki dengan wajah memelas.

"Sudah dua kali kamu ingkar janji."

"Aku janji lagi kalau ini yang terakhir. Janji." kata Kawaki seraya mengusap dagu Sumire dengan ibu jarinya.

"Pasti kamu bohong lagi," kata Sumire dengan sinis, "sekarang terserah kamu, aku sudah tidak mau larang lagi. Kamu suka kan lihat aku tersiksa dan menangis waktu sedang melihatmu batuk-batuk berdarah sampai sesak nafas seperti tujuh bulan yang lalu. Jadi kita impas," tuduh Sumire sambil mengerutkan keningnya emosi.

Kawaki tersentak mendengarnya. Hey, kekasih mana yang tega melihat kekasihnya sendiri saling tersiksa.

Tiga hari yang lalu saat Kawaki sedang mandi, Sumire menemukan sebungkus rokok di kantong celana Kawaki. Sumire bukan wanita yang melarang kekasihnya ini itu, tetapi kejadian tujuh bulan yang lalu saat melihat Kawaki tiba-tiba sesak nafas sampai batuk berdarah membuat Sumire semakin protective. Belum lagi setelah dokter menyarankan Kawaki untuk berhenti merokok dan menjalani pola hidup sehat, dari situ Sumire semakin memperhatikan Kawaki sampai ia rela pindah ke apartemen Kawaki untuk mengurus segala hidup kekasihnya.

Tiga bulan berlalu tanpa merokok, sampai Kawaki tidak tahan lalu ia membeli sebungkus rokok, tentu saja Sumire langsung tau dan membuang rokok-rokok tersebut. Dan setelah kejadian itu, sampai empat bulan kemudian Kawaki mengulang kesalahan yang sama lagi. Kali ini Sumire benar-benar marah dan mengabaikan Kawaki, walau tidak sepenuhnnya karena ia masih menyiapkan kebutuhan Kawaki.

"Kalau kamu menyentuh rokok lagi, aku bersumpah, kamu cari saja kekasih baru yang tidak melarang kamu untuk ini itu," ancaman Sumire semakin membuat mata Kawaki melebar.

"Tidak, aku benar-benar bersumpah tidak akan melakukan kesalahan bodoh yang sama," nada bicara Kawaki terlihat panik. Kawaki benar-benar takut kalau Sumire akan meninggalkannya. Dia tidak punya siapa-siapa saat ini selain Sumire yang dari dulu rela menemaninya, dari nol sampai ke titik ini.

"Sungguh?" tanya Sumire.

"Sungguh! Jangan tinggalkan aku, ya?" ujar Kawaki sedikit gemetar sambil memeluk badan mungil kekasih cantiknya.

"Hm ... " Sumire tersenyum dalam pelukan Kawaki, lalu membalas pelukannya sambil mengusap punggung berotot sang kekasih. Kemudian Kawaki mencium pucuk kepala Sumire lalu menghirup aroma lavender wanitanya.

Oh, dia sangat rindu kekasihnya. Tiga hari tidak berbicara dengan Kawaki sebenarnya membuat Sumire sangat tersiksa, tapi mau bagaimana lagi ini semua agar kekasihnya kapok.

Setelah dua menit berpelukan melepas rindu, Sumire mendongak untuk menatap wajah tampan Kawaki, lalu mengusap rahang tegas kekasihnya itu.

"Tidurlah, kamu pasti lelah seharian bekerja" tutur Sumire dengan lembut.

Kawaki menatap wajah Sumire, "Bukannya kamu yang lebih lelah, bangun pagi meyiapkan sarapan lalu berangkat kerja, kemudian memasak saat pulang kerja. Jadi, ayok kita istirahat sekarang," kata Kawaki sambil mengusap lembut pinggang Sumire.

Sumire tersenyum, "Iya, nanti aku menyusul setelah mencuci piring."

Kening Kawaki mengerut, "Besok saja lagi. Besok 'kan hari sabtu, kita tidak bekerja dan bisa beres-beres bersama."

"Tapi- Kya!" sebelum Sumire protes lagi, Kawaki sudah mengangkat badan mungil kekasihnya di pundak kanan lalu membawanya ke kamar tidur mereka.

"Memang kamu tidak merindukan aku? Tiga hari tidur tidak memelukmu adalah sebuah dosa besar dalam kamus Kawaki. Biarkan aku memeluk kamu semalaman," ujar Kawaki yang berhasil membuat wajah Sumire semerah tomat.

End

Oneshot Boruto : Naruto Next GenerationKde žijí příběhy. Začni objevovat