[S2] Bagian 70 - Break A Leg

Start from the beginning
                                    

"Menangis itu perlu, nangislah nak .."

Desakan sang Mamah membuatnya menjadi semakin memperbanyak suara yang tak beraturan itu serta mengguyur taman belakang dan malam larutnya, berdua bersama kasih seorang Ibu yang banyak dia lewatkan.

"Aku rindu suamiku, Mah.."

Kedua tangannya lepas dan mengayun lekuk tubuh sang Mamah dengan haru sambil menuangkan semua rasa takutnya malam ini. Takut akan kehilangan Doyoung, anak anaknya, segalanya .. tentang rumah tangganya.

"Doyoung pasti lagi berduka." Sahut sang Mama sambil menepuk nepuk punggung Kejora.

"Bintangnya lagi nggak bersinar seperti biasanya, mungkin sudah redup di genangan semestanya. Doyoung kehilangan cahaya hidupnya saat ini Ra.."

"Kalian nggak seharusnya berpisah seperti ini."

"Jangan buat kesalahan lain sebelum kesalahan yang berikutnya datang lebih dulu. Dan itu terjadi, karena kamu belum menyelesaikan kesalahan yang harusnya kamu selesaikan sayang."

Kejora mengusap keningnya yang terurai karena poninya, "Aku salah ya Mah ninggalin suamiku, pasti Mas Doyoung sendirian sekarang"

"Kamu salah Ra, harusnya kamu selesaikan bersama suamimu, bukan menyelesaikannya bersama orang lain atau sendirian."

Begitupun Kejora teringat, bagaimana dia menyusum semua rencana itu tanpa sepengetahuan suaminya, dia merasa menyesal dan sangat bersalah sekarang.

"Aku mau ketemu suamiku Mah.. aku mau ketemu sama Mas Doyoung.." lirih Kejora di sela tangisan penyesalan yang  menyayat hatinya. Sakit dadanya, sesak berbicara rasanya saat harus mengeluarkan decap kata demi kata yang mau ingin dia utarakan di hadapan kelamnya langit yang membumi semua semesta.

"Aku minta maaf Mas.."

Dia meremas dadanya cukup keras. Saat ini Doyoung butuh support, bukannya harus dia tinggalkan.

"Sampein sama orangnya langsung sayang ..."

Dagunya dia angkat saat merasakan pergerakan tubuh sang Mamah berbeda seolah ingin meninggalkannya di kursi dingin yang sedang mereka tempati.

Dari balik pintu yang terbuka mengarahkan angin masuk ke dalam rumah mereka, namun tertahan oleh sosok tubuh besar yang sedang berdiri disana mengenakan jaket polos berwarna abu - abu.

Kejora berdiri spontan saat dia menatap siapa lelaki di balik hoodie abu yang menutupi hampir sebagian atas tubuh beserta wajahnya.

Kakinya mendadak bergetar saat melangkah, dari sisi yang lainnya pun, Doyoung sangat ingin langsung bisa memeluk hangat istrinya yang sudah satu minggu tidak pulang ke rumah.

Langkah lambannya dibamtu semilir angin agar lebih cepat berlalu dan sama sama saling berbagi kehangatan satu sama lain. Bukan kesalahan pada semilir angin yang menembus bagian luar rumah mereka, tapi semesta hanya mencoba menyatukan satu bagian patah dan harus kembali ke bagian pelengkapnya yang lain agar terjalin kesempurnaan didalamnya.

Saat mampu meraih dan mendekap dengan penuh haru, Kejora berhasil meruntuhkan isi hatinya Doyoung lebih dulu. Ya, dia mendengarkan apa yang istrinya katakan pada sang mamah mertuanya.

"Kita perbaiki semuanya, kita jemput Jingga di tempat Jefry, ya?"

Kejora mengangguk mengiyakan, memberikan tanda bahwa secepatnya masalah mereka akan terselesaikan.

"Nenek kasih kamar nenek buat Mima sama Ayah kamu Fin, kita ke ruang tamu yuk, biar Mima sama Ayah kamu tenang dulu." Ucap sang Nenek pada cucu laki - lakinya.

SIR | DoyoungWhere stories live. Discover now