16

2.4K 256 19
                                    

Rio duduk di kursi mengingat kegiatannya hari ini. Cafenya terlihat sunyi. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sudah saatnya dia menutup cafenya. Saat ia hendak mengunci, dia dikejutkan dengan kedatangan Ara yang kini sudah berdiri di depan pintu cafenya. Dengan segala pikirian dia menatap gadis itu lekat.

"Ngapain lo?" tanya Rio.

Ara tersenyum miring. Dia melipat tangannya di dada kemudian menatap Rio dengan tawa. "Lo gak berubah ya," ucap Ara.

Rio mengernyitkan jidatnya mencerna ucapan Ara barusan. "Maksudnya?"

Dengan tawa singkat, Ara mulai melangkah mendekat ke Rio. Dia menepuk-nepuk bahu Rio seolah membersihkan debu yang menempel di sana. "Gue tau lo suka sama Ian."

Tatapan Rio semakin membingungkan. Kini gadis yang ada di hadapannya itu hanya menampilkan senyuman yang sama sekali dia tak suka. "Hidup lo penuh drama!" Rio hendak berbalik tapi langsung ditahan Ara.

"Gue bisa buat Ian suka sama lo," ucap Ara saat melihat Rio sudah membalikkan badannya.

Mendengar itu, Rio langsung berbalik dan kembali menatap Ara. Gadis itu malah tertawa melihat reaksinya. "Gue bener kan? lo suka sama Ian,"

Ara kembali melangkah masuk ke dalam cafe. Matanya menyapu seluruh sudut ruangan yang sedikit luas itu. "Satu tahun gue pernah pacaran sama orang yang ternyata gak suka sama perempuan,"

Rio tak mengucapkan apa-apa. Matanya terus menatap Ara dengan tatapan yang sedikit membingungkan.

"Gue tau dia kayak gitu, tapi gue gak mau kalah," Ara menatap Rio yang berdiri di ambang pintu. "Dia tetap milik gue!" lanjutnya.

Rio menarik nafas dalam-dalam. Mengontrol emosinya lalu mulai mengucapkan sesuatu. "Gue gak tau motif lo ceritain itu ke gue, tapi gue cuma mau bilang-" Rio melangkah mendekat ke Ara. "Gue gak peduli," Dia menarik tangan Ara sampai gadis itu keluar dari cafe.

"Jangan pernah munculin muka lo di hadapan gue!" ancam Rio.

Ara hanya terdiam sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit karena genggaman Rio. "Cowok itu Aga!" ungkap Ara. "Gue gak mau Ian merebut Aga dari gue!" lanjutnya.

Saat hendak meninggalkan Ara, Rio kembali berhenti. Matanya langsung menoleh dan melihat Ara yang masih memegang pergelangan tangannya. "Maksud lo?"

"Aga suka sama Ian, dari gue kuliah di London sampai sekarang, pikiran Aga selalu ke Ian. Lo gak tau sakitnya gue waktu gue sama Aga pacaran, dia gak pernah mencintai gue!" Ara mendekat ke Rio. "Lo gak mau kan, Ian direbut dari lo? sama kayak gue, gue gak mau Aga direbut dari gue!"

Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Rio. Dia hanya tak menyangka ternyata Ian dan Aga ada hubungan lain. Dia mengira, Aga adalah orang asing yang hanya ingin merger perusahaan mereka saja.

"Bantu gue jauhin Aga dari Ian!" pinta Ara. Tatapan bengisnya mencoba untuk meyakinkan Rio agar pria itu mau membantunya.

***

Ian duduk di dalam mobil. Sejak setengah jam yang lalu, Ian belum menjalankan mobilnya dari parkiran. Tatapan matanya kosong. Pikirannya merambat ke setiap masalah hidupnya. Dia gak bisa memilah mana yang harus dia pikirkan saat ini.

Sampai detik ini, Ian masih bingung mengapa dia sebenci itu melihat Aga. Ciuman itu membuat Ian kehilangan percaya dirinya. Dia merasa ciuman itu bukan sekadar ciuman. Dia bisa merasakan cinta di dalamnya. Tapi dunia memaksa Ian untuk mengunci segalanya. Dia tak mau sesuatu yang lain terjadi.

Kini, Ian bingung harus bersikap seperti biasa ke Aga atau tetap pada sifatnya seperti 10 tahun terakhir. Tanpa mengharapkan Aga. Menghilangkan Aga dari pikirannya. Semuanya bisa jadi baik kalau Aga tidak muncul di hadapannya. Apalagi, kini pria itu sudah memiliki kekasih.

Ian & Aga ✔️Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin