12

2.8K 307 35
                                    

Pagi ini Ian terlihat cerah. Beda seperti biasa yang terlihat datar. Kini, Ian lebih ke menyapa para karyawannya. Entah apa yang telah menimpa Ian pagi ini, seluruh karyawan merasa heran. Tapi, walaupun Ian selama ini bermuka datar, Ian tetap baik ke karyawannya. Itulah yang membuat karyawannya betah bekerja di perusahaan itu.

Walau dengan suasana hati yang tidak baik, Ian tak pernah melampiaskannya ke pekerjaan. Dia akan memilih untuk menyendiri dan melampiaskannya sendiri dibanding mengikut sertakan orang lain di masalahnya. Masalahnya bukannya selesai, malah makin besar. Ian bukan seperti itu orangnya.

Ketegasan Ian memang tak bisa diragukan. Kalau soal tegas, Ian tegas dalam mengontrol pekerjaan karyawannya. Dia juga akan marah kalau ada karyawannya yang bekerja tidak beres. Karena, perusahaan itu termasuk perusahaan turunan dari keluarganya. Kalau perusahaan itu bangkrut, Ian tak tau lagi harus bilang apa.

"Pagi pak, cerah banget hari ini?" tanya Andi. Maneger di bagian pemasaran. Dia yang mengontrol setiap produk yang akan dipublikasi ke khalayak ramai. Kinerja Andi bagus sehingga membuat Ian sangat percaya padanya.

"Kamu juga, kerja yang bener!" jawab Ian sambil melemparkan senyumnya.

"Siap pak!"

Ian kembali melanjutkan langkahnya.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Ian langsung menuju kursi kebesarannya. Menikmati dinginnya AC dan wangi ruangan yang sangat menggambarkan dirinya. Ialah wangi kopi. Sejak dulu Ian selalu menyukai wangi kopi. Katanya, ada ciri khas tersendiri. Itulah mengapa Ian sampai sekarang suka minum kopi. Apalagi di apartemennya, Ian selalu ada persediaan.

Pintu ruangan diketuk dan muncullah Tika dengan pakaian yang selalu tampak cantik dengan pakaian yang ia kenakan. Tapi sayang Ian sama sekali tak pernah tertarik dengannya. Walaupun Tika tak berharap demikian. Karena bisa bekerja di perusahaan itu saja sudah membuat Tika sangat senang. Apalagi, jabatannya kini adalah sekretaris Ian. Hal itu sangat membahagiakan bagi Tika.

Jika ada pertanyaan apakah Tika tidak menyukai Ian? jawabannya pasti ada saja rasa yang terpendam. Tapi, Tika sama sekali tak berharap apa-apa.

Mengagumi bukan berarti harus memiliki.

"Ini berkas yang bapak minta kemarin," Tika memberikan sebuah map ke atas meja Ian.

"Oh okey," jawab Ian. Saat Tika hendak berbalik, Ian menghentikannya. "Eh, schedule  saya hari ini apa aja?" tanyanya.

Tika membuka i-padnya kemudian mencari hal yang dipertanyakan Ian.

"Hari ini ada pertemuan dengan Waiji Entertaiment, pak," jawab Tika setelah memerhatikan jadwal Ian hari ini.

"Setelah itu?"

"Setelah itu harusnya ada pertemuan dengan Morning Group tapi hal ini sudah di cancel sama mereka."

"Kenapa?"

"Untuk alasannya, saya tidak tau, pak."

"Oh gitu, ya sudah, ada lagi?"

"Oh iya, pak Aga pesan ke saya, bapak jangan lupa makan siang,"

Mata Ian langsung menatap Tika lekat. Orang yang ditatap pun sedikit takut. Dia hanya memberikan senyuman indahnya. "Saya cuma menyampaikan pesan pak, gak ada apa-apa," lanjut Tika.

"Yang itu gak perlu kamu dengar, sudah sana, balik kerja!" Tika yang hampir lemas itu langsung keluar dari ruangan Ian.

Setelah mengetahui Tika keluar, Ian langsung menghembuskan nafasnya. "Gak jelas banget nyuruh makan siang, emang aku anak kecil?" gumam Ian pelan.

Ian & Aga ✔️Where stories live. Discover now