4. Alasan

44 2 0
                                    

"Anak-anak, makan malam sudah siap!" teriak Mrs. Aplin pada semuanya.
Harry keluar dari kamara dengan riangnya, sedang Alfie sebaliknya. Ia masih tidak menyangka kalau si Harry bodoh itu mengetahui rahasia terbesar dalam hidupnya selama ini.
Aku bisa gila jika terus begini! Ucap Alfie dalam hati. Wajahnya terlihat frustasi, sedangkan Harry malah tertawa asyik melihat saudara kembarnya seperti itu.
"Alfie, apa ada yang kau risaukan? Sepertinya kau sangat panuk." tanya Mrs. Aplin.
"Tidak, Aunt, tak ada apa-apa." sanggah Alfie.
"Bohong, Aunt, dia itu sedang kebingungan." ceplos Harry. Mrs. Aplin yang mendengarnya langsung penasaran.
"Apa yang kau bingungkan, Alfie?" tanya Mrs. Aplin dengan sangat keibuan.
"Dia bingung dan frustasi karena aku tahu dia menyukai.." saat Harry sedang bicara, Alfie melihat Gabby sedang berjalan menuju meja makan. Buru-buru Alfie membekap mulut jahil Harry. "...mmmph..mpphh.."
"Tidak ada apa-apa, Aunt, hehehe" kata Alfie sambil tertawa yang dibuat-buat.
"Oh yasudah kalau memang tidak ada apa-apa. Sebaiknya sekarang kita makan." kata Mrs. Aplin. Lalu semuanya pun memulai makan malam itu bersama-sama.
***
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau membicarakan hal besar seperti itu saat makan malam? Kalau Gabby mendengarnya bagaimana?" cerocos Alfie bawel.
Harry yang sedang mencuci piring pun setelah makan malam pun hanya tertawa, "yang seperti itu kau anggap hal besar? Kau ini sungguh keterlaluan, Alfie."
"Kau yang keterlaluan! Bagaimana aku bisa hidup disini lagi jika ia mengetahui semuanya?" kata Alfie sambil memegangi kepalanya.
Tiba-tiba Gabby datang dengan santainya ke dapur. Membuka lemari es lalu menuangkan segelas air. Alfie yang tadi terlihat frustasi langsung diam, sedangkan Harry tertawa terbahak-bahak.
Gabby yang melihat Harry hanya memandangnya sekilas lalu berkata, "kalian membicarakanku?"
"Tidak.. Ngg, tapi sebenarnya Alfie yang membicarakanmu." kata Harry yang melihat Alfie dengan senyum jahilnya.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Gabby lagi yang sedang duduk di meja makan sambil melihat-lihat majalah yang ia bawa dari ruang keluarga.
"Alfie sebenarnya ingin memberitahumu sesuatu.." senyum Harry benar-benar semakin jahil, sedangkan Alfie mulai menahan rasa takutnya, "..Alfie..ingin memberitahumu..bahwa..."
"Jangan terlalu lama bicara, langsung saja pada intinya!" kata Gabby dengan tegas.
"Baiklah.." Harry melihat ke arah Alfie yang sekarang sedang menundukan kepalanya ke lantai karena takut, "..Alfie sebenarnya ingin memberitahumu bahwa ia.. Dan aku tadi bertemu dengan seorang gadis bernama Laura di kampus, apa kau mengenalnya?" kata Harry yang diikuti dengan napas lega Alfie. Oh, ya ampun, hampir saja saudara kembarku sendiri menyatakan perang dengan terang-terangan, ucap Alfie dalam hati.
Harry yang seperti tahu apa yang diucapkan saudara kembarnya dalam hati itu hanya menahan tawanya.
"Oh Laura Smith? Ya, aku mengenalnya. Dia sekelas denganku saat SMA."
"Oh syukurlah kalau begitu." kata Harry setelah mendengar pernyataan Gabby.
"Kalau sudah tak ada yang ditanyakan aku akan kembali ke kamar lagi. Dan ku peringatkan kalian jangan lagi membicarakanku secara sembunyi-sembunyi karena aku akan mengetahuinya." Gabby pun pergi meninggalkan Harry dan Alfie.
***
Alfie terbangun karena mendengar suara petikan gitar dari arah halaman belakang kediaman aplin. Pasti Gabby, ujarnya dalam hati. Alfie pun keluar dari kamarnya dan menuju ke halaman belakang.
Saat Alfie akan membuka pintu dapur yang menghubungkan rumah dengan halaman belakang, Alfie malihat Gabby sedang berjalan mondar-mandir diatas rumput tanpa menggunakan alas kaki.
"Apa dia sudah gila? Ini kan sudah dekat dengan musim dingin. Angin diluar pasti sudah sangat dingin, dia bisa masuk angin nanti." kata Alfie.
"Biarkan dia seperti itu, Alfie. Itu caranya untuk mengenang mendiang ayahnya." tiba-tiba Mrs. Aplin sudah ada di belakangnya. Alfie yang mendengarnya lalu terkejut.
"Maaf saya telah lancang berkata yang seperti itu tentang Gabby, Aunt." kata Alfie dengan menyesal.
Mrs. Aplin menggeleng lalu tersenyum. "tidak apa-apa, Alfie. Semua orang yang melihatnya seperti sekarang pasti akan berkata yang sama sepertimu."
"Tapi mengapa Aunty tidak coba memberitahunya untuk tidak melakukan hal itu? Apa lagi yang ku perhatikan sejak datang kemari, Gabby selalu keluar ditengah malam seperti ini."
Mrs. Aplin tersenyum. "apa kau memperhatikan Gabby, Alfie?" tanya Mrs. Aplin, wajah Alfie langsung memerah, "tidak apa-apa, Alfie, aku senang jika ada orang yang peduli pada Gabby. Sudah berkali-kali aku memberitahunya bahwa caranya tidak terlalu baik, bahwa ia bisa benar-benar jatuh sakit dengan rutinitasnya yang seperti ini, tapi ia tetap tidak mau mendengarkannya."
Mrs. Aplin menunduk lalu berkata, "dia selalu berkata bahwa caranya mengenang mendiang ayahnya ini benar-benar efektif." Mrs. Aplin tersenyum sambil mengeluarkan air mata.
"Efektif?" tanya Alfie bingung.
"Ya, dia berpikir bahwa melakukan sesuatu yang ayahnya suka lebih efektif dari pada diam termenung mengingat kenangan indah yang sebenarnya sangat menyakitkan."
"Memangnya Uncle suka keluar dan berjalan dengan telanjang kaki seperti itu di malam hari?"
"Bukan, sebenarnya tidak seperti itu. Ayahnya suka sekali memandangi bulan di malam hari dan suka berjalan diatas rumput yang basah. Tapi Gabby salah memahaminya. Ia pikir bahwa menggabungkan dua kesukaan ayahnya itu bisa membuat kerinduannya berkurang. Tapi dari pada kerinduannya berkurang itu, aku lebih mengkhawatirkannya akan jatuh sakit tapi tetap saja dia tak mengerti." jelas Mrs. Aplin sambil menangis.
Tiba-tiba pintu dapur terbuka. Gabby bingung melihat ibunya menangis dihadapan Alfie.
"Ibu, kenapa?" tanya Gabby sambil mendekati Mrs. Aplin yang sedang duduk di kursi meja makan.
Mrs. Aplin menghapus air matanya. "tidak sayang, aku hanya menguap tadi karena mengantuk. Kau pergilah tidur, sekarang sudah hampir pukul 3 pagi." katanya sambil tersenyum.
"Baiklah, aku pergi ke kamar dulu." kata Gabby lalu meninggalkan Mrs. Aplin dan Alfie di dapur.
"Kau juga pergilah tidur lagi, Alfie, bukankah besok kau harus berangkat kuliah?"
"Iya, Aunt, kalau begitu aku kembali ke kamar dulu." Alfie pun meninggalkan Mrs. Aplin sendirian di dapur.
***
Seperti pagi kemarin, dan pagi yang sudah-sudah di kediaman aplin, pagi itu Mrs. Aplin menyiapkan sarapan untuk Gabby, Alfie dan Harry.
"Morning, Aunt!" sapa Harry yang baru saja datang ke meja makan bersama dengan Alfie yang masih sangat mengantuk.
"Morning, Harry, Alfie! duduklah, makanannya akan segera siap."
"OK, Aunt. Oh iya, ini ada surat dari kampus untuk Gabby." Harry mengeluarkan sepucuk surat dari dalam ranselnya.
"Surat apa itu, Harry?" Mrs. Aplin mengambil surat tersebut dan membacanya.
"Surat pemanggilan Gabby agar kembali kuliah mulai hari ini." kata Harry.
"Ada apa?" Gabby datang dengan wajah datarnya.
"Hey, Gabb, sepertinya hari ini kau tidak bisa lagi diam dirumah dan bersantai-santai karena kau dapat surat peringatan dari kampus." kata Harry nyeleneh.
"Aku tetap tak akan masuk kuliah." Gabby dengan santai duduk di kursi dan menuangkan segelas susu.
"Tapi, princess, seberapa kuatnya kau untuk tidak masuk kuliah, kali ini aku akan tetap memaksamu agar pergi, mengerti?" kata Mrs. Aplin.
Gabby terdiam sebentar lalu berkata, "baiklah aku akan masuk kuliah."
"Good girl!" kata Mrs. Aplin.

Gabrielle Aplin: English RainWhere stories live. Discover now