3. Ketahuan Harry

42 1 0
                                    

"Apa yang aku lakukan?!" teriak Alfie dalam hatinya. Saat ini ia sedang berada dirumah keluarga aplin. Ya, Alfie datang hanya untuk seperti ini. Melihat Gabby dari jauh. Ah sungguh perbuatan pengecut.

"Alfie?" kata Mrs. Aplin yang mengejutkan Alfie.

"Oh, hai, Aunt! Sedang apa anda disini?" tanya Alfie gugup.

"Oh, aku baru saja selesai mengangkat jemuran. Bukankah kau seharusnya ada di kampus? Dimana Harry?" tanya Mrs. Aplin bingung.

"Oh, itu, ngg.. Aku pulang duluan karena aku merasa perutku sakit, Aunt. Kalau begitu aku ke kamar dulu yaa, sampai nanti!" Alfie langsung berlari ke kamarnya. ah, untung saja Mrs. Aplin percaya dengan yang dikatakannya. Kalau tidak, bisa mati dia jika ketahuan mengintip Gabby yang sedang diam dihalaman belakang tadi.

Jika melihatmu, darahku rasanya seperti mengalir kembali, ucap Alfie dalam hati. Ia tersenyum-senyum sendiri dikamarnya sambil memandang langit-langit kamarnya. Dia mengingat kembali saat ia, Harry, dan Gabby kecil bermain bersama. Dulu Gabby itu sangat manja dan cerewet tapi juga periang. Alfie sangat senang mengusilinya hingga ia menjerit lalu menangis. Saat menangis itulah Alfie merasa wajah Gabby yang merah karena kesal begitu cantik, dan lagi Alfie sangat nyaman berada bersama Gabby.

Tapi semenjak peristiwa penembakan itu, Alfie sama sekali tak pernah lagi melihat Gabby yang manja dan cerewet. Kini yang Alfie lihat adalah Gabby yang murung dan penyendiri. Gabby hanya menhabiskan waktunya dirumah bersama gitar peninggalan ayahnya. bahkan pergi kuliah saja dia sudah tak mau lagi, setiap pagi saat ia disuruh Mrs. Aplin untuk siap-siap pergi kuliah ia selalu beralasan sakit seperti pagi ini.

“Aku berjanji akan mengembalikan senyumanmu, Gabby, aku janji!” tekad Alfie dalam hati.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan langsung masuk ke kamar Alfie.

“Ini obat sakit perut. Ibu bilang kau sakit perut tadi.” Kata Gabby sambil menyodorkan obat pada Alfie dengan membuang muka. Alfie dengan gugup menerimanya. “Te.. Terimakasih, Gabb.” Dengan tangan gemetar Alfie menerimanya.

“Sudah ya, aku sedang sibuk.” Gabby pun meninggalkan Alfie. Tapi baru saja beberapa langkah Gabby meninggalkan tempatnya berdiri tadi Alfie memanggilnya.

“Gabby!”

Gabby pun berbalik dengan wajah datarnya, “Ada apa lagi?”

“Apa kau sedang menyelesaikan lagumu itu? Boleh aku membantumu?”

Wajah Gabby berubah menjadi merah, “Sok tahu sekali kau! Tidak boleh ada yang membantuku dalam penyelesaian lagu pertamaku itu.” Kata Gabby dengan marah lalu keluar dan membanting pintu kamar Alfie.

Alfie tersenyum dan berkata, “Kau bilang aku sok tahu, tapi kau membenarkan pertanyaanku itu.”

***

Harry pulang ke rumah dengan wajah ceria.

“Hallo, Harr, bagaimana kuliahmu hari ini?” tanya Mrs. Aplin.

“So marvelous, Aunt, hari ini aku dan Alfie sudah punya satu teman.” Ceritanya dengan sangat ceria.

“Great, Dear. Semoga kau dan Alfie betah kuliah disana.”

“Yes, Aunt, thank you. Oh ya, dimana Alfie? Tadi dia buru-buru saja pulang dan tak ikut kuliah pertama hari ini.”

“Mungkin dikamarnya. Tadi dia mengeluh sakit perut saat pulang, tapi sudah diberi pbat oleh Gabby.”

“Oh, thank you, Aunt. Kalau begitu aku ke kamar dulu yaa. Bye.” Harry pun meninggalkan Mrs. Aplin.

Harry memasuki kamar sambil bersiul-siul.

“Sudah pulang kau? Bagaimana kuliahnya?” tanya Alfie yang sedang fokus pada gitar yang sedang ia mainkan.

“Ya, hari ini sangat menyenangkan. Sayang sekali kau malah harus pulang duluan, padahal tadi Laura mengajakku pergi ke studio tempat kakaknya latihan.”

“Ah biasa saja, aku pikir ada hal apa yang sangat benar-benar menyenangkan. Masih lebih nyaman diam dirumah saja kalau menurutku.” Kata Alfie yang tetap tak menoleh pada saudaranya.

“Tentu saja menurutmu lebih nyaman disini, aku tahu kok sebabnya kenapa haha” kata Harry dengan tertawa terbahak-bahak. Alfie yang mendengar adanya nada aneh diucapan Harry langsung menghentikan aktifitasnya dan beralih pandang pada Harry.

“Hey, apa sih yang kau bicarakan? Aku sama sekali tak mengerti.” Kata Alfie pura-pura.

“Haha alah, aku sudah tahu, saudaraku..” Harry merangkul bahu saudaranya, “.. Aku tahu sejak kecil kau sudah tergila-gila pada Gabby. Aku juga tahu benar alasanmu menyetujui rencanaku untuk datang kesini karena Gabby, kau menyukainya,’kan?” goda Harry.

“Hey, apa sih yang kau katakan? Tidak, aku tak menyukainya.” Sanggah Alfie.

“Ya sudah kalau memang tidak kenapa mukamu jadi merah begitu? Santai saja, brother.” Kata Harry sambil pergi meninggalkan Alfie sendirian dikamar.

Oh, god, dari mana si Harry bodoh itu tahu aku menyukai Gabby? Tanya Alfie dalam hati.

Gabrielle Aplin: English RainWhere stories live. Discover now