Teachers? Or Husband? (02)

13.8K 815 0
                                    

PLISS VOTE DULU YAHH🙏
| |

| |

| |

Sesuai rencana Ananta dan Zifanya mereka kini berjalan beriringan keluar dari gerbang sekolah setelah lonceng pertanda penghuni sekolah dipulangkan.

"Jadi? Kita mau kemana Zi?" tanya Ananta sembari memasuki mobil Zifanya yang kini tengah tersenyum, dengan kepala sedikit mendongak keatas, memikirkan tempat yang akan mereka datangi.

"Mall! Kita shopping sepuasnya! Gw yang bayar!" seru Zifanya yang membuat Ananta melebarkan senyumannya.

Meninggalkan sekolah, mobil Zifanya melajuh membela jalanan kota dengan kecepatan sedang Zifanya dan Ananta tampak saling melempar candaan yang membuat tawa keduanya pecah.

"Eh na! Gimana sama perjodohan luh? Masih disinggung sama Tante dan Paman Luh itu?" tanya Zifanya yang membuat Ananta menghentikan tawanya kemudian menggulum bibirnya, sedikit menghela nafas panjang.

"Ya masih lah! Orang aku dipaksa! Katanya buat ngebayar Budi karna ngebesarin aku," jawab Ananta sembari bersandar di jok mobil membuat Zifanya sedikit menyesal karena bertanya hal yang sensitif bagi seorang Ananta.

Memang beberapa hari yang lalu Ananta dipaksa untuk menikahi seorang yang lebih tua darinya, bahkan lelaki tersebut sudah memiliki istri, yang pastinya jika Ananta menikah lelaki itu maka ia akan menjadi istri kedua lelaki tua itu.

Perjodohan itu terjadi karena paksaan Amayra--Tante Ananta dan Dito--Paman Ananta, yang membuat gadis itu memberontak dan memilih melarikan diri dari rumah yang kini tinggal bersama Mita--Sang Nenek.

Mobil Zifanya terhenti didepan sebuah Mall yang terkenal di kota tersebut, "Yuk turun!" Ananta mengangguk.

Zifanya mengandeng tangan Ananta saat keduanya keluar mobil menatap kagum mall yang berdiri megah didepan mereka itu.

"Yuk Na!" ajak Zifanya yang langsung menuntun Ananta masuk kedalam Mall, dengan tangan yang terus bertautan.

Keduanya memutuskan berkeliling terlebih dahulu, sebelum memilih untuk membeli apa. Keduanya menjadi pusat perhatian karna seragam sekolah yang mereka gunakan belum sempat diganti oleh mereka berdua.

"Na, ganti baju dulu yuk! Nggak enak diliatin terus! Risih gw!" kata Zifanya yang membuat Ananta mengangguk dan langsung menarik gadis itu masuk kedalam sebuah toko pakaian.

•••

Setelah mengganti pakaiannya, Ananta dan Zifanya melanjutkan perjalanan mereka berdua, dengan beberapa paper bag yang berisi pakaian sekolah dan beberapa pakaian yang sempat mereka beli.

Ananta tersenyum senang, dengan jalan jalan bersama Zifanya memang membuat mood-nya kembali baik meski dirinya sekarang tengah dalam dilema yang berat.

"Kita makan!" Zifanya kembali menarik tangan Ananta memasuki sebuah restoran steak yang terlihat menggugah selera.

Zifanya langsung memesan 2 porsi steak daging sapi setelah mendapat tempat duduk didekat pintu kaca yang membuat mereka leluasa memandang kearah luar restoran.

Setelah pesanan mereka datang, Ananta dan Zifanya langsung menyantapnya, sembari melempar candaan sebelum mata hitam Ananta menangkap sosok anak buah Amayra dan Dito.

"Sialan!" umpat Ananta yang langsung berdiri dari duduknya kemudian menarik paper bag miliknya, dan langsung berlari keluar restoran meninggalkan Zifanya yang kini terkejut melihat tindakan Ananta yang tiba tiba.

Mata Zifanya membulat saat melihat beberapa pria berbadan kekar dengan berpakaian serba hitam mengejar sahabatnya yang kini berlalu kencang menghindari setiap pengunjung yang berada di jalannya demi lolos dari kejaran yang Zifanya tau pasti adalah suruhan Amayra dan Dito.

Ananta, gadis itu terus berlari, tak peduli kemana dia akan pergi yang jelas dalam pikirannya saat ini adalah lari dan lari hanya itu.

"Ais..kalau gini aku bisa ketangkap!" Lagi lagi gadis berhijab itu mengumpat, bagaimana tidak dia berlari dengan menggunakan gamis yang baru ia beli tadi dan gamis itu lumayan berat karna kain yang digunakan sangat tebal yang membuat tubuh Ananta mulai kelelahan.

Tanpa Ananta sadari, dari depan sebuah mobil melintas dengan kecepatan lambat, entah sang supir sedang belajar menyetir atau memang ada sesuatu hal yang membuat mobil itu tampak berjalan lambat.

Ananta masih saja terus berlari, sesekali menengok kebelakang dan melihat apakah anak buah Amayra dan Dito masih mengejarnya. Jawabannya Ya! Namun jarak mereka dan Ananta sudah sedikit jauh. Hingga tanpa Anata sadari dirinya langsung tertabrak mobil yang melajuh lambat itu.

Meski tak terlalu cepat, tubuh Ananta tetap saja terlempar beberapa meter didepan mobil tersebut yang membuat sang pemilik mobil berlari keluar dari mobilnya dan dengan sigap menggendong tubuh Ananta yang kini terluka dibagian kepalanya.

"Bertahan nona!" ucap sang pemilik mobil sembari melajuhkan mobilnya membela jalanan kota menuju rumah sakit terdekat.

Sedangkan anak buah dari Amayra dan Dito kini hanya bisa berdecak kesal lantaran mangsa mereka lagi lagi lolos, yang pastinya akan membuat Amayra dan Dito memarahi mereka semuanya.

Zifanya? Jangan tanya lagi, gadis itu kini sedangkan mencari Ananta dengan raut wajah khawatir. Khawatir jika kalau Ananta tertangkap dan akan disiksa oleh Amayra dan Dito yang notabene pengganti orang tua Ananta yang meninggal akibat kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya.

"Mana sih Luh Na! Bikin gw khawatir tau nggak!" gumam Zifanya sembari terus berlari kecil dengan handphone yang ia gunakan untuk menghubungi sahabatnya itu, namun tak ada respon hanya terdengar suara operator yang menandakan handphone Ananta tidak aktif.

•••

Dilain sisi Ananta kini telah berada disebuah rumah sakit, kepala yang diperban karna beberapa goresan disana yang membuatnya harus diobati.

Sedangkan sang pemilik supir sekaligus penabrak Ananta kini berusaha mencari nomor seseorang yang bisa ia hubungi untuk melihat kondisi gadis itu.

"Nggak ada nomor orang tuanya?" gumam lelaki tersebut sembari terus mengacak acak isi handphone Ananta yang kini terlihat rusak dibagian layar akibat kecelakaan tersebut.

Lelaki tersebut masih terus berusaha, hingga suara erangan dari Ananta membuatnya langsung menghampiri gadis itu yang kini tengah menyesuaikan matanya dengan cahaya disekitar ruangan.

"Are you okey?" Ananta menoleh kesamping yang seketika membuatnya terlonjak kaget, karna menemukan seorang lelaki yang sangat asing baginya.

"Kamu siapa?!" Ananta histeris pikirannya melayang dengan kejadian yang dikejar beberapa orang yang membuatnya harus berada dirumah sakit.

"Hei, tenanglah Nona. Kau tak perlu takut! Saya tadi yang menolongmu," Lelaki tersebut mencoba mendekati Ananta yang masih menatapnya dengan tatapan siaga.

"Bohong! Pasti kau ini suruhan Tante kan! Dasar licik! Kalian jahat!" Lagi lagi Ananta berteriak histeris pikirannya saat ini dipenuhi oleh kekejaman yang diberikan Amayra dan Dito saat mengasuhnya dulu, membuat Ananta benar-benar trauma.

"Tidak Nona. Saya bukan suruhan siapa siapa, saya Daffa Alfarizi, saya orang baik, dan tak ada niat untuk menyakiti Nona," kata Daffa lembut untuk menenangkan Ananta yang kini mulai memandangnya dengan tatapan sendu.










#BERSAMBUNG
#JANGAN LUPA VOTE
INSTAGRAM: @_shantisudrn03

Mas Dan Pak Daffa (SELESAI) Where stories live. Discover now