44 : two is better than one

Start from the beginning
                                    


❏❏❏


Beberapa hari terakhir semenjak 'kencan' di festival, rasanya hidup Beomgyu begitu berwarna.

Lebay banget sebenarnya kalau dibilang 'berwarna', wong kenyataannya mereka cuman temenan kayak biasa. Yang ada rasa lebih cuman Beomgyu, yang mesem-mesem cuman Beomgyu, yang goblok cuman Beomgyu doang.

Kalau Beomgyu pikir-pikir, hubungan antara dia dengan kak Soobin gak beda jauh dengan Minkyu dulu. Hanya saja, kalau mau jujur, kalau bareng Minkyu memang lebih menjerumus ke 'friends with benefit', tapi tentunya bukan yang menjerumus ke sana. Tapi tetap saja intinya mereka temenan tapi kencan ya gas.

Persisnya, kalau sama Minkyu, hubungan mereka seperti datang ketika sama-sama saling ada butuh—seperti perlu teman untuk belajar, atau pinjam barang, atau sama-sama saling suntuk sehingga pergi kencan dan ekhem—kalau dengan Soobin... itu murni mereka sama-sama berkeingin dari satu sama lain.

Selain perbedaan itu tadi, perbedaan lainnya yang paling kentara antara Beomgyu dengan Minkyu itu mereka hampir gak pernah berantem, malah gak pernah ribut sama sekali. Kalau Beomgyu sudah resek, Minkyu biasanya cuman diam saja sampai bikin Beomgyu merasa gak enak hati dan merasa tolol sendiri karena ngambek gak jelas terus minta maaf. Kalau sama Soobin... dibilang pernah berantem juga enggak, tapi kalau ribut mah jangan tanya.

Waktu sama Minkyu tuh berasa banget mereka ada sesuatu yang lebih begitu. Kalau sama Soobin... benar-benar gak jauh beda antara Beomgyu dan teman-temannya kayak Jeongin, Jiheon, Ryujin, atau dengan siapa pun lah.

Tapi, lepas semua itu, sebenarnya Beomgyu sendiri juga gak melakukan sesuatu yang berarti. Bukan berarti Beomgyu gak mau pacaran sama Soobin, tapi rasanya di saat-saat ini pacaran bukan sesuatu hal yang prioritas. Entah itu memang karena kuliah beserta tugas-tugasnya makin lama makin sinting membuatnya cuman bisa meleng sepersekian detik atau Beomgyu sendiri yang terlalu malas berharap.

Ya sudahlah.

Pena yang sejak tadi diputar di antara jemarinya terjatuh, menggelinding sekali di atas buku catatannya. Suaranya jadi satu-satunya keributan di antara senyap ruang perpustakaan tempatnya—seharusnya—belajar tapi malah dipakainya bengong.

Beomgyu mengerang tertahan seraya menjatuhkan kepalanya di atas buku-bukunya. Menggeliat pelan di tempat. Untuk beberapa saat dia membiarkan matanya terpejam tanpa coba memikirkan apa pun. Entah soal kuliah, soal kak Soobin, soal teman-temannya, soal apa pun... bahkan dirinya sendiri—atas hal-hal yang pernah dilakukannya.

Lantas dilihatnya jam pada ponsel didekatnya, menunjukkan pukul 4.13 PM. Beomgyu gak punya kelas lagi dan gak ada kegiatan khusus selain tugas individu dan merangkum materi. Akhirnya dia pun memutuskan beranjak pergi, kembali ke asrama.

Sekeluarnya dari gedung perpustakaan, Beomgyu diterpa dinginnya udara petang musim gugur. Meski gak sampai menggigil, tetap saja membuatnya sempat berjengit dan merapatkan jaket juga membenarkan lengannya.

Kampus masih seramai biasanya. Meski kebanyakan hanya orang-orang atau kendaraan berlalu lalang karena udara tidak sehangat musim lalu untuk bertahan lama di luar ruangan. Dari luar dinding kaca, Beomgyu bisa melihat sekumpulan mahasiswa yang belajar atau sekadar nongkrong sambil tertawa.

Apa yang dilihatnya, apakah sama seperti yang orang lain lihat padanya? Ketika Beomgyu juga bersama teman-temannya.

Menghindari jalan utama, karena Beomgyu pun gak begitu ngebet ingin cepat pulang, dia berputar mengambil jalan belakang. Lewati jalur yang lebih banyak rindang pohon dan semak. Kebetulan Beomgyu melewati gedung jurusan kimia yang bersebelahan dengan bekas laboratorium yang tak lagi terpakai. Tanpa ada alasan, dia menoleh menatap ke sana. Dan di tengah itu dia menangkap seseorang yang duduk—persisnya di pojokan area bebas merokok.

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Where stories live. Discover now