3 ... 2 ... 1 ... Eksyen!

89 12 4
                                    


Saya itu penggemar film action: realistik, maupun yang supranatural. Dan saya nggak begitu suka cerita yang di dalamnya isinya cuma ngomong dan ngebacot aja, kecuali emang itu dimaksudkan untuk MIND-BLOW di akhirnya. 

Makanya saya jarang bisa berjodoh sama romance murni. Saya suka baca roman, tapi kalau untuk nulis, meh, saya bisa-bisa kena writer's block permanen. Makanya, setiap novel saya, pun jika ada romansa di dalam sub genre-nya, saya pastikan itu genre utamanya bukan romansa. 

Kasusnya sama dengan slice of life dan teenlit, saya nggak pernah bisa bikin novel slice of life murni atau teenlit murni. Selain karena saya masih ngerasa tulisan saya menggurui banget kalau udah ke ranah genre SoL, saya juga secara mind-set dan personal, merasa bahwa ada beberapa hal di dunia ini yang nggak bisa dipelajari semudah apa yang terjadi di genre Slice of Life. 

Kadang ada beberapa hal di novel yang sebaiknya jangan diselesaikan dengan ceramah no jutsu.  

Beberapa antagonis layak mendapatkan bogem mentah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Beberapa antagonis layak mendapatkan bogem mentah. Selain karena mereka kurang ajar banget sama plot dan protagonis, pertarungan yang baik juga menunjang peran mereka sebagai antagonis yang berkelas dan punya depth character yang mendukung. 

Tapi dalam praktiknya, menulis adegan pertarungan tidak seindah apa yang ada dalam angan. Kadang, ketika menulis adegan aksi yang mendetail, kita seringkali lupa, khilaf, atau bahkan malas mendadak mengemukakan detail yang sebenarnya penting. 

Ada juga pengarang yang totalitas mengeluarkan semua uneg-uneg dia di dalam pertarungan hingga dia lupa kalau narasi pertarungan dia udah sampe 3 halaman lebih.

Ada juga pengarang yang saking pengennya karakternya keliatan badass, bikin pertarungan yang sebenarnya nggak ngaruh-ngaruh amat ke plot. Semuanya cuma buat bikin karakter utamanya keliatan beda dan badass.

Satu petuah untuk author yang lebay begini:

"Go Green!"

Jadi apa yang harus dilakukan agar kita bisa membuat adegan eksyen yang porsinya cukup, mendukung plot, tapi tetap kece abis dan menunjukkan kalau karakter kalian bisa gelud?

-

1. Buat Kerangka Pertarungan

Hah? Kerangka bukannya buat cerita doang? Emang pertarungan butuh kerangka?

Percayalah, Nak. Jika kamu bikin pertarungan tanpa kerangka, kamu bakalan keder sendiri. Apalagi kalau kamu belum pernah bikin adegan eksyen atau malah mau bikin adegan eksyen mendetail. Kerangka itu bahan wajib untuk bikin setiap adegan pertarungan. 

Kerangka pertarungan bentuknya gimana? Miripkah dengan kerangka cerita? 

Kurang lebih mirip, tapi alih-alih bikin secara total cerita, kamu cuma bikin beberapa point penting. Saya biasanya bikin ini dalam 2 bentuk. 

JURNAL KREATIFWhere stories live. Discover now