A - Alter Ego

85 6 383
                                    

Halooo semuaaa !!!! Siang-siang makan rujak, gapapa enak aja ke nya tapi yang nulis part ini lagi ga bisa makan yang keras apalagi pedes ke rujak. Udah deh. Makasih ya buat supportnya di chapter sebelum ini. Doain yaaa imajinasi yang nulis lancar jaya seperti jaringan telkomsel jadi bisa up per dua atau tiga hari hehehe. Selamat membaca !!!

Kalau seminggu belakangan hujan, maka hari ini matahari menunjukkan eksistensinya. Upacara bahkan belum berlangsung tetapi terik mentari pagi sudah sangat menyengat. Beberapa murid tampak berebut posisi untuk mendapat barisan belakang—teduh karena dekat dengan pepohonan.

"Minggir lo!" sentak cewek dengan bandana merah dan baju super duper ketat. Siapa lagi kalau bukan Zelikha.

"Wes selow aja dong!" balas Sisilia tak mau kalah. Sebab Zelikha menarik kerah bajunya hanya karena ia ingin lewat. "Ga punya adab ya lo?!"

"Anjing!" umpat Zelikha. "Junior bau kencur aja udah berani lo sama gue?!"

"Najis, ga ada yang takut sama lo di sini," Ersabil yang sedari tadi berdiri di belakang Sisilia menambahi. "Sana lo, hus, hus!"

"Kok masih di sini?" tanya Novadin sinis. "Ga ngerti bahasa manusia lo? Oh iya lupa, kan lo sesepuhnya binatang, ya?" Gelak tawa terdengar setelahnya.

"Heh lo semua! Hormati Zelikha, dia itu queen di sini!" ujar Marsha, salah satu anggota grup dalam pertemanan Zelikha. Biasanya memang mereka selalu pergi berempat. Zelikha, Marsha, Joanita, dan satu lagi si paling lemot Kila.

"Queen halu ape gimana nich?" ucap Alina sembari lewat bersama Ayumba, menuju barisan depan. Dua gadis itu memang selalu taat aturan, tidak neka-neko.

"Modal pelakor aja bangga lo!" tuding Joanita pada Ersabil.

Dulu sekali, Dafi itu adalah incaran Zelikha. Jelas incaran, sebab Dafi tampan dan memegang jabatan sebagai kapten basket II. Selain itu, Dafi juga memiliki bisnis distro sendiri. Most wanted-able bukan?

Ersabil mengernyitkan dahinya. "Perasaan Dafi deh yang ngejar-ngejar gue."

"Sok cantik lo!" kata Kila.

"Lah emang gue cantik, gimana dong?" balas Ersabil sembari membenarkan posisi kacamatanya.

Tak lama tampak Angretha datang dari ujung lapangan. Gadis dengan warna rambut yang membuat dirinya sangat mudah dikenali itu berjalan beriringan dengan Areksa. Sesekali cowok jangkung itu menyelipkan helaian rambut Angretha ke belakang telinga.

"Panas kan lo?" ledek Sisilia. "Kasihan ya, udah Dafi gak dapat eh Areksa juga muntah dah tu ngeliat lo."

Merasa dirinya sudah habis perlawanan, Zelikha and the gang pun beranjak pergi.

"Sinting itu orang," cerca Novadin. "Modal muka cantik sama badan bohay doang bangga."

"Ya banggalah!" balas Oliva tiba-tiba entah munculnya darimana. "Bisa buat cari cuan."

"Sialan hahaha," sahut Ersabil.

---

Ayumba datang membawa kresek hitam berisikan minuman dingin yang tadi ia beli bersama Angretha di koperasi. Ia duduk di sebelah Alina dan menyodorkan satu-persatu minuman tersebut kepada empunya.

"Lah Fit, kan tadi gue nitip mizone kenapa malah pocari?" protes Sisilia.

"Cerewet, udah dibeliin juga ga ada makasihnya," sahut Ersabil. "Kalau ga mau kasih gue aja kok ribet."

Sisilia mendengus, "Ya udah deh, makasih Fit."

"Maaf ya," lirih Ayumba.

"Sudahi Mba, twenty four per seven minta maaf. Lama-lama abis stok maaf kami," eluh Angretha. Gadis itu sibuk membolak-balik kotak susu.

One Diary Seven StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang