Bonus Chapter: two

Start from the beginning
                                    

"Baekhyun-ssi!" 

Baru saja ia keluar dari lobi dan hendak berjalan lebih jauh untuk memanggil taksi, sudah ada suara yang beberapa hari belakangan menjadi begitu akrab di telinganya.

Meski menyayangkan acara pulang kerjanya tertunda, Baekhyun membungkukkan tubuhnya ketika figur Haneul yang mendekat menyapanya.

"Kamu ada yang antar? Engga bawa mobil ya hari ini?" 

Oke, itu cukup mengejutkan. Bagaimana Haneul tahu Baekhyun biasanya membawa mobil?

Baekhyun menggeleng.

"Saya naik taksi aja, seonbae. Kebetulan rumah saya engga seberapa jauh dari sini." 

"Kalau begitu, mau sama saya saja? Saya juga gak ada apa-apa setelah ini." 

"Gapapa, seonbae. Saya bisa sendiri." Baekhyun menolak ajakan seniornya itu dengan halus, berharap Haneul bisa paham dan bisa melepaskannya untuk segera pulang. 

"Loh, sekalian aja. Supaya kamu juga engga keluar uang lagi. Dan bisa panggil saya hyung?" 

"Tapi-" 

"Sudah, ayo saya antar." Haneul segera mendekat dan sudah merentangkan tangannya untuk merangkul bahu Baekhyun, ingin menuntunnya untuk berjalan menuju mobil miliknya.

"Baekhyun." 

Belum sempat Haneul meraihnya, sudah ada suara berat yang begitu Baekhyun sukai menyapa gendang telinganya. Sekilas, ia melebarkan matanya, tidak menyangka bahwa Chanyeol bisa di sini tanpa mengatakan apapun sebelumnya. Ternyata, suara Chanyeol berhasil membuat Haneul batal mendekatinya. 

"Yeol,"

"Udah selesai? Ayo." ajak Chanyeol tanpa memberikan satu lirikan pun pada Haneul dan tampaknya Haneul merasa canggung karena itu, terbukti dari ia yang berdeham untuk menarik perhatian Chanyeol.

"Haneul." Haneul langsung saja memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya untuk dijabat.

"Park Chanyeol." jawab yang paling tinggi dari antara tiga orang itu.

Well, sebenarnya tinggi Haneul pun tak sejauh itu dari Chanyeol. Dan itu sukses membuat Baekhyun merasa terintimidasi karena dua orang itu terus saja menatap satu sama lain, Haneul dengan senyuman ramahnya dan Chanyeol dengan raut datar miliknya.

"Ayo pulang." 

Lagi-lagi Chanyeol membuka suaranya untuk membawa Baekhyun bersamanya.

Baekhyun mengangguk, tersenyum, memberikan isyarat untuk sabar sedikit lagi pada kekasih tingginya.

"Seonbae, saya duluan."

Setelah Baekhyun membalikkan tubuhnya dari Haneul, Chanyeol hanya menundukkan kepalanya tak niat sebelum membalikkan tubuhnya juga dan meraih pinggang Baekhyun untuk ia kuasai. Yang lebih tua sebenarnya bisa merasakan bagaimana kesayangannya tersentak dalam genggamannya, mungkin merasa tak enak hati dan sungkan karena yang di belakang itu seorang senior.

Namun, Baekhyun memilih bungkam. 

Sedangkan Haneul, tanpa dibicarakan pun ia tahu bahwa itu merupakan sebuah tindakan kepemilikan. 

///

"Kok lo tiba-tiba ke sini?" tanya Baekhyun dengan ceria sambil memasang sabuk pengamannya sementara Chanyeol sibuk menyetir. 

"Mama suruh gue jemput lo. Katanya gak bawa mobil karena mama pake." 

Baekhyun mengangguk membenarkan.

"Barusan siapa?" 

Pertanyaan Chanyeol perlu diproses untuk beberapa detik olehnya, sempat bingung siapa yang dimaksud.

"Oh, Haneul. Kang Haneul. Senior gue. Kenapa?" 

"Deket?"

"Engga juga sih. Dia marketing manager soalnya. Jarang komunikasi juga soal kerjaan."

Baekhyun merasa Chanyeol menatapnya, maka dari itu ia juga menatap balik. Walaupun sekilas, ia bisa melihat ekspresi Chanyeol yang mengeras. Dahi yang dikerutkan dan mata yang menajam. 

"Chanyeol," panggilnya lembut. Jemari lentiknya meraih rahang Chanyeol, membelainya pelan agar tak terus dikeraskan oleh sang pemilik. Baekhyun hanya bisa menduga-duga penyebab mengapa Chanyeol seperti ini. Pasti karena Haneul kan? 

"Aku hanya formalitas aja ngeladeninnya, enggak pernah lebih."

Dengan itu, Chanyeol melembut. Mungkin lega karena mendapat kepastian dari Baekhyun. Padahal bukan hanya itu, hm, 'aku'?

"Jangan terlalu dipikirin." 

Baekhyun kembali menarik tangannya dan hendak mengambil sesuatu dari tasnya, tapi sebelum ia berhasil melakukan itu, Chanyeol sudah terlebih dahulu menarik tangannya kembali untuk ia kecup dan digenggam kemudian. 

"Dia ngapain aja?"

"Ngajak makan beberapa kali sama tadi, barusan, ngajak pulang bareng. Which, by the way, aku gak pernah terima." ucap Baekhyun bangga.

Chanyeol terkekeh singkat sebelum kembali berhenti.

"Marketing manager ? Udah sukses ya." gumamnya rendah, tetapi masih bisa ditangkap oleh telinga Baekhyun, dan itu membuatnya memiringkan kepalanya bingung. Apa yang dimaksud dengan itu? 

"Aku belum apa-apa." dan setelah itu Chanyeol menghela nafas.

Oh, mendengar Chanyeol menggunakan 'aku' ternyata terdengar sedikit asing ya. Walaupun tetap membuat hatinya sedikit berdebar-debar. Tetapi, astaga, ternyata kekasihnya khawatir tentang itu. 

"Terus kenapa?"

Chanyeol tidak menjawab pertanyaannya. Tidak mau juga menjelaskan apa yang ia rasakan terlalu jauh.

"Yeol, aku..." 

Baekhyun bingung, diam sejenak untuk menyusun kata-kata yang cepat agar Chanyeol bisa mengerti apa yang ia maksud dengan baik. 

"Aku berjuang dua, jalan tiga tahun, merjuangin kamu. Baru juga beberapa bulan lalu berhasil. Selama itu loh, Yeol. Aku gak mungkin sebodoh itu untuk ngebuang semua usahaku tiba-tiba dalam sekejap." jelas Baekhyun, menatap Chanyeol dalam untuk melihat ekspresinya yang sebenarnya masih saja tetap datar, tapi setidaknya mulai melembut. 

"Masa aku dikasih manager dikit meleyot ..." ucapnya jenaka dan itu berhasil membuat lelaki di sampingnya tersenyum tipis.

"Lagian pacarku mau jadi CEO. Kerenan CEO, ah. Aku bisa beli mobil lagi jadi gak usah pinjem mama." 

Chanyeol tertawa rendah, tahu Baekhyun hanya bercanda mengenai itu. Sejak awal kuliah saja yang belum memikirkan soal warisan, Baekhyun sudah jatuh dalam pesona Chanyeol yang kuat. Uang itu bonus. Lagian tanpa warisan pun Baekhyun yakin seratus persen Chanyeol bisa meraihnya sendiri.

"Audi boleh ya?" 

Mereka kembali tertawa.

Baekhyun menarik tangan besar Chanyeol yang menggenggam tangan miliknya erat dan kemudian ia bawa untuk berada di atas pangkuannya. Lalu, ia genggam lagi dengan satu tangannya yang bebas, membungkus tangan Chanyeol dengan kedua tangannya. 

"Yang tau sayangnya aku ke kamu ya cuma kamu, Yeol." tutupnya.

Ah, terkutuklah ini. Chanyeol harus menyetir. Jika tidak, sudah dipastikan Baekhyun akan berada dalam kungkungannya, ia ciumi sampai si cantik ini memintanya untuk berhenti. 

Untuk sekarang, ia harus memuaskan diri dengan menyempatkan mengecup dahi Baekhyun ketika lampu merah menyala.  


Straight-A Student | ChanBaekWhere stories live. Discover now