Kecewa

264 26 2
                                    

Jangan pudarkan cinta hanya karna berjauhan.

*

*

*

POV REVAN

Setelah sampai dirumah Lilis, Aku membantunya untuk turun dan membawanya keteras rumah, dari dalam tampak ibunya Lilis mendekat dengan cemas.

"Ya Alloh Mun, Lu dari mane. Enyak cari-cari sekeliling kampung kagak ada, noh si duta udah tak suruh cari, lu kemana sih?" cerocosnya, aku gak bisa komen mendengar enyaknya Lilis menggerutu.

"Aye pusing nyak... Suara enyak kenceng kali." lirih Mumun, Enyak tampak ikut menggapai badan anaknya itu. Dan membawanya keteras.

"Ya abis, lu kemana sih?"

"Tadi aye belanja nyak, sekalian mau jalan-jalan sih, ketemu sama Revan. Diantar pulang ucap Mumun duduk nyender di kursi terasnya, Enyak tampak mengusap-usap wajah putrinya itu.

" Ya udah Lu istiahat di kamar ya, sinu enyak bantu."ujar enyak. Mumun memegangi kepalanya dan menggeleng.

"Gak nyak, bentaran. gak bisa aye nya beneran pusing banget" bisiknya. Enyak menoleh padaku

"Silahkan duduk dulu pak Revan." ujarnya padaku. Aku tersenyum dan ikut menghenyak.

"Tidak usah sungkan nyak, jangan panggil bapak? Saya Revan. Saudaranya Iki." ujarnya seketika mata wanita paruh baya itu membulat.

"Mm-aksudnya, Itu si Mama Drista. Enyak lu juga?" ujarnya. Aku mengangguk. Enyak menoleh pada Lilis, dengan lemes Lilis menggaguk pelan memastikan.

"Oh kalo begitu, kita masuk yuk nak Revan. Enyak dah masak. Saudaranya mantu aye ini, bukan orang asing silahkan jangan sungkan ye." tuturnya aku hanya mengangguk. Dengan senyum.

"Mun, ayo kita masuk. Nyak bantu." sigapnya membantu Lilis berdiri.

"Saya mungkin harus kembali, permisi." ujarku.

"Eh jangan Revan. Lu masuk dulu ye. Enyak dah masak itu. Sekaliankan Lu udah ada disini." ujarnya. Aku tampak ragu dengan menoleh pada Mumun. Mantan asistenku itu tampak mengangguk dengan sedikit tersenyum. Aku mengangguk dan ikut membuntuti mereka kedalam. Aku duduk di sofa tamu sementara Lilis di antar kekamar. Sedikit aku terasa canggung menunggu enyak kembali.

"Lu minum susunya, sama obat tambah darah ini. Dan ya, kalo lu gak ada teman buat pigi-pigi jangan pigi sendirian. Kondisi lu sekarang lagi rentan Mun? Inget tu."

"Iya nyak." terdengar Lilis menyahut. Aku diam sembari mengotak atik ponselku. Dari luar tampak adik laki-laki Mumun datang dengan Motornya.

"Enyak... Kagak ketemu Mumunnya! Gak tau lah aye lagi mau car-" ucapanya terhenti saat menyadari ada mobil yang parkir di sebelah teras dan menoleh padaku di dalam. Tu orang tampak nyengir.

"Assalamualikum, pak Bos? Dah lama ya kagak main dimari?" ujarnya dengan sedikit merunduk berjalan. Dalam waktu bersama'an enyak keluar dari kamar Lilis.

"Dia bukan sekedar mantan pak Bos. Dia itu keluarga besan kite, saudaranya Iki" timpalnya. Aku tersenyum. Duta mendekat dengan menjabat tanganku.

SUAMIKU BOCAH!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang