Bryan

316 25 1
                                    


"Sayang ada apa?"

"Tak apa-apa ki, aye cuman pengen meluk elu."lirihku membenamkan wajahku kedadanya.

" lu bikin gue takut aja."ujarnya, aku mengecup dadanya dan memandang wajahnya lekat.

"Sayang, aku ada keperluan, kamu tinggal dirumah ya?" ucapku.

"Mm-maksudnya? Lu tinggalin gue sendiri? Emang ada apa Mun?" tanyanya lagi.

"Gak ada apa-apa sayang, kamu diam dirumah ya? Aku harus keluar sebentar."

"Gak Mun, gue gak mau lu pergi sendiri" aku berdesih dan mengelus dadanya lembur."

"Gak apa Ki, beneran ini penting. Lu diam dirumah jangan kemana-mana ya?" ujarku beranjak mengambil sweater dan ranselku. Iki hanya bisa nanar melihatku bersiap. Aku menoleh dan kembali mendekat padanya.

"Aku gak akan lama kok sayang." singkatku mengecup bibirnya sedikit lama.

"Lu kenape sih Mun? Perasa'an gue gak enak. Lu nyimpen sesuatu ya dari gue?" ujarnya, sejenak aku terdiam dan menghela nafas berat.

"Aye gak apa-apa? Dan gak akan terjadi apa-apa. Makanya lo diam dirumah." ujarku lagi menepuk pipinya lembut. Iki hanya nanar melihat aku pergi beranjak kebawah.

"Tolong jaga awasi semua pergerakan Iki hari ini, sama iti dia gak boleh melewati batas pintu ini walaupun selangkah. " ujarku pada keamanan yang berjaga. Mendengar itu Iki kesal saat menuruni tangga.

"Mun? Ada apa sih? Masa gue di hukum gini sih kek tahanan." ujarnya sedikit lantang, aku tak peduli mantap menaiki mobil perasa'an cemas akan bapak memenuhi fikiranku.

Sesampai disana aku langsung memasuki kontrakan bapak dengan hati-hati. Aku melihat rumah itu sudah kosong dan berantakan.
Sekali Seketika hatiku kacau.

"Bbpak?"teriakku. Aku gemetar membuka pintu kamar, namun ku dapati tak ada seorangpun.

" Ya Tuhan... Ada apa?"lirihku.

Trakt

Bunyi pintu utama terbuka, reflek aku bersembunyi di balik pintu. Dan mengintip siapa yang datang.

"Kontrakan ini sudah kosong bos." ujarnya, aku menautkan alisku menutup mulut. Takut-takut tu orang-orang suruhan pembunuh itu aku gemetar mendegup liur dan keringatku mulai bercucuran mereka berjalan kearah pintu kamar. Aku gemetar hebat hingga salah satu dari mereka memanggil.

"Sudah... Kata RT disini dia sudah pindah. Kita cari tau tempat barunya saja." ujarnya, pria ini langsung membalik tak menyadariku di pintu. Sedikit nafasku terasa lega. Aku tertunduk coba mengatur nafas dan beranjak dari situ. Sengaja aku lewat pintu belakang karna tidak mau itu orang-orang melihatku keluar dari rumah itu.

Pluk

Tepukan tangan terasa mendarat di pundak reflek aku tersentak dan berteriak sedikit kenceng..

"Arrrgggh..." teriakku, orang itu membalikkan badanku kehadapannya dan.

"Sssst, Mumun? Ini bapak?" bisiknya seketika nafasku tersengal. Dan melihat wajah bapak dengan seksama.

"B-bapak?" singkatky nanar.

"Iya.."

"Bb-bukannya? Bapak tadi ditembak ya?" ujarku terbata.

"Di tembak?" timpal bapak yang tampak tak habis pikir.

"Ya tadi bunyi pelatuk tembakan? Sama telponnya mati tiba-tiba?" ujarku.

"Oh, itu tadi pulsa bapak abis, sama intu bapak di bengkel tempel benan, bocor, orang bengkelnya ngisi angin kepadetan sama melatup." ujar bapak. Kembali nafasku tersengal dan bicara dengan gemetar.

SUAMIKU BOCAH!Where stories live. Discover now