Tiga

5.2K 424 13
                                    

Happy Reading

Mentari POV

Ketika ku buka pintu kamar mandi ku lihat Mas Arkan ternyata sudah ada di atas ranjangnya, malam ini kami menginap di rumah mertuaku. Dan malam ini Melati tidur dengan mertuaku, aku berharap dia tidak menangis. Aku sedikit kaget melihat mas Arkan sudah di kamar, padahal tadi dia masih mengobrol dengan ayahnya.

Aku malu karena sekarang aku tidak memakai hijabku. Walaupun dia suamiku tapi kita bagai dua orang asing yang hidup di atas satu atap. Dia pernah bilang padaku kalau dia tidak akan pernah menyentuhku. Aku sadar kalau kak Tiara jauh lebih cantik dariku, mungkin itu sebabnya aku tidak ada apa-apanya, sehingga dia tidak akan pernah melirikku.

Entah apa tujuannya mas Arkan mendekatiku, dan mulai membelai rambutku, kurasakan sentuhan tangannya di kepala, sungguh membuat jantungku mau copot. Karena ini pertama kalinya laki-laki melihat rambutku selain ayah dan kedua adik laki-lakiku. Aku menegang, saat dia meminta haknya sebagai suami, bukankah dia tidak ingin menyentuhnya, terus kenapa dia memintanya sekarang. Aku tahu akan berdosa bila menolak suami, tapi aku ingin memberikan harta berhargaku kepada laki-laki yang mencintaiku. Aku tidak tahu perasaan mas Arkan padaku. Tapi kalau memang mas Arkan memintanya aku akan siap menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri. Meskipun dia tidak mencintaiku.

Ternyata perkataanku membuatnya marah, dia langsung kembali ke ranjang, akhirnya aku memutuskan untuk tidur di sofa, lagi-lagi dia marah, dan menyuruhku tidur di ranjangnya. Dengan terpaksa aku naik ke atas ranjang king size miliknya.

Saat aku tidur membelakanginya, dia marah lagi. Apa sih maunya nih orang. Ya Tuhan, kemana mas Arkan yang ku kenal dingin selama satu tahun aku menikah dengannya, kenapa dia malam ini begitu menyebalkan. Saat ku putar tubuhku, wajahku tepat menghadap wajahnya, kurasakan hembusan nafasnya, aroma mint yang keluar membuat darahku berdesir deras.

Apakah benar orang yang di hadapanku ini mas Arkan suamiku. Dia sedang menyatakan perasaannya padaku. Oh Tuhan aku sangat bahagia sekarang. Aku aku gugup harus ngomong apa, dia terus membelai wajahku lembut.

"Mas.. aku..." aku gugup harus bilang apa.

"Aku ingin tahu perasaan mu" ujarnya, tangannya masih membelai wajahku.

"Mas pikir kenapa aku masih bertahan dengan pernikahan ini"

"Maksud kamu?"

"Pikir aja sendiri," aku ingin tahu apa dia peka terhadap ku atau tidak.

"Tari jawab aja, bagaimana perasaan mu pada saya," ujar dengan suara serak.

"Aku juga mencintaimu mas," oh Tuhan, itu kalimat yang selama ini aku simpan rapat-rapat dalam hatiku.

"Apa.. sejak kapan?"

"Sejak kecil mas," batinku dan tidak mungkin aku ucapkan.

"Sejak aku menerima mas jadi suamiku."

"Terimakasih" lalu dia mencium bibir lagi. Jujur ini pertama kalinya berciuman jadi aku tidak tahu harus bagaimana.

"Balas dong sayang," ujar Mas Arkan

"Balas apa,"

"Ciumanku," aku menggeleng, sungguh aku malu karena aku tidak bisa membalas ciuman suamiku. Lalu ku benamkan wajahku di bantal.

"Heii... sini saya ajarin." Katanya lalu mengambil bantal di wajahku. Dengan hati-hati dia mulai mendekatkan bibirnya dengan bibirku. Entah bagaimana caranya dengan lihai lidahnya sudah masuk ke dalam mulutku. Aku memukul lengannya saat aku tidak bernafas.

"Aww.. kenapa di pukul," katanya sambil mengusap lengannya.

"Maaf.. tadi aku tidak bisa bernafas mas," kulihat dia malah tertawa.

"Polos banget sih istriku." Lalu dia membawaku ke pelukannya, ini pertama kali aku di peluk suamiku. Aroma tubuhnya, ya Tuhan beginikah rasanya di peluk suami.

"Mau ya?" Tanyanya

"Mau apa" Dia membisikan sesuatu di telingaku.

"Aku lagi datang bulan mas," ujarku lirih. Kutatap wajahnya ada sedikit kecewa.

"Tidak masalah lain kali saja. Mungkin belum waktunya saya buka puasa," ujarnya dan semakin erat memelukku.

"Emang mas puasa apa?" Ku dongakkan wajahku agar bisa menatapnya.
Dia berbisik lagi.

"Saya akan sabar menunggu kamu benar-benar bersih."

Deg

Itu artinya aku harus siap, apa aku bisa menjalankan kewajibanku, sedangkan ciuman saja aku tidak bisa. Membayangkan itu semua membuatku kepalaku pening.

"Tidurlah, tapi biarkan seperti ini," mas Arkan masih memelukku, akhirnya kami tidur sambil berpelukan.

*****

Author POV

Saat membuka matanya Arkan sudah tidak menemukan Mentari di sampingnya, dia tahu pasti Melati sudah bangun. Karena kebiasaan perempuan itu bangun pagi, setelah salat subuh Mentari tidak tidur lagi, dia langsung membuat sarapan dan membersihkan rumah sebelum putrinya bangun. Arkan sangat bahagia sekarang karena ternyata Mentari juga mencintainya.

"Selamat pagi semuanya" ujar Arkan ketika sampai ke meja makan. Benar saja istrinya sudah ada di sana membantu menyiapkan sarapan. Adam pagi-pagi sekali sudah berangkat ke luar kota, jadi pagi ini hanya ada Hadi, Indah dan Algis, lalu Arkan Mentari dan si kecil Melati.

"Melati ga nangis kan semalam?" Tanya Arkan. Saat ini putrinya anteng sarapan di pangkuan sang nenek.

"Enggak dong. Melati kan anak pintar, dia tidur sama oma dan jiddu, biar mamah dan ayahnya cepat-cepat bikin adik buat Melati. Iya kan sayang," ujar Indah. Membuat Mentari yang baru duduk merona.

"Kalian tenang aja, calon adiknya Melati lagi OTW" ujar Arkan santai. Dan membuat Mentari kembali menundukan wajahnya karena malu.

"Emang dapat berapa ronde semalam," tanya Indah

"Sayang... biarkan menantu kita makan." Ujar Hadi, dia tahu menantunya sedang menahan malu.

"Ayah..." kata Indah

"Apa sayang..." jawab Hadi sambil tersenyum pada istrinya.

"Oh ya.. titip Melati ya, aku mau keluar berdua dengan istriku." Kata Arkan.

"Emang mau kemana mas, kenapa ga di ajak saja Melati nya,"

"Pergi saja, Melati aman kok sama mommy, emang kamu mau kemana?" Tanya Indah.

"Biasa " jawab Arkan. Mentari mengernyitkan keningnya bingung.

"Ohh.. ya sudah hati-hati di jalan." Kemudian mereka melanjutkan sarapan dengan obrolan ringan. Setelah sarapan Arkan dan Mentari pamitan.

"Kita mau kemana mas," tanya Mentari saat ini mereka sudah di dalam mobil. Tiba-tiba mobil Arkan berhenti di sebuah rumah mewah tak jauh dari kediaman Aldama.

"Ini rumah siapa mas,"

"Rumah kita,"

Bersambung

Typo bertebaran

Tidak janji kapan updat lagi

23 Maret 2021

THB

Mentari untuk Arkan  (Aldama Family seri 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang