Satu

6.3K 459 16
                                    

Selamat Membaca

__________________________

"Saya terima nikah dan kawinnya, Mentari Kianitha Hutomo binti Aditya Hutomo dengan mas kawin tersebut. Tunaii!"

"Bagaimana saksi?! SAH?!"

"SAHHHHH!"

Mentari mengingat jelas saat Arkan mengucapkan Ijab Qobul menyebut namanya dengan lancar didepan penghulu dan saksi, satu tahun yang lalu. Hari ini tepat satu tahun Mentari dan Arkan menikah. Seperti yang selalu Arkan bilang, mereka menikah hanya karena Melati, anak Arkan dan Mutiara kakak kandung Mentari.
(Baca kisah orang tua Mentari di cerita Cinta Kasih).

Setelah kepergian istri pertamanya, Arkan yang tadinya orang paling ramah, murah senyum di antara saudara-saudaranya, berubah menjadi sosok yang dingin tak tersentuh. Bahkan pada Mentari sekalipun. Selama satu tahun mereka menikah,, Arkan tidak pernah memperlakukan Mentari sebagai istrinya.

"Ma-mah ...," suara Melati membuyarkan lamunan Mentari.

"Ada apa, Sayang? Mau mimi?" balita satu tahun itu mengangguk.

Mentari bertahan dengan pernikahan ini hanya demi keponakannya yang masih sangat membutuhkan sosok seorang ibu. Entah sampai kapan dia akan bertahan. Gadis itu tidak tahu.

"Assalamualaikum."
Arkan mengucap salam saat masuk kedalam rumah, ia baru pulang dari rumah sakit.

"Waalaikum salam," jawab Mentari.

"Melati belum tidur?" tanya putra kedua Indah dan Hadi itu.

"Belum, Mas. Mas ingin sesuatu?" tanya Mentari pada sang suami.

"Tidak. Urus saja Melati," kata Arkan lalu pergi ke kamarnya.

Selalu kata itu yang dia ucapkan jika Mentari menawarkan sesuatu. "Urus saja Melati." Mentari menghela nafas. Kalau bukan karena keponakannya dia mungkin sudah pergi dari rumah ini.

Selama mereka menikah Arkan dan Mentari tidur di kamar berbeda. Mentari tidur di kamar bersama Melati, sedangkan Arkan tidur di kamar utama, kamar dia dan Almarhumah istrinya dulu.

       ****

Hanya berjarak satu tahun usia Mentari dan kakaknya, membuat Mutiara dan Mentari seperti anak kembar. Dari kecil selalu bersama, saling berbagi saling menjaga satu sama lain, termasuk urusan cinta, mereka mencintai laki-laki yang sama. Hanya tidak ada yang tahu kalau Mentari juga mencintai Arkan Aldama. Dia menyimpannya rapat-rapat.

Dari dulu Mentari selalu mengalah pada sang kakak hingga soal perasaan pun dia rela mengalah demi kebahagiaan Tiara.

Secara fisik memang Tiara lebih cantik. Kulit Tiara lebih putih dari Mentari. Kalau Mentari kulitnya berwarna kuning langsat, sangat berbeda dengan Tiara, apalagi Arkan yang memang ada keturunan luar. Menurut orang tua Mentari dia itu mirip neneknya, ibu dari sang ayah, Kevin Hutomo.

"Besok kita makan malam di rumah orang tuaku, tadi mommy menyuruh kita ke sana," ujar Arkan masuk ke kamar yang di tempati Mentari dan putrinya.

"Iya, Mas," jawab Tari. Dia selalu gugup kalau sedang berbicara dengan Arkan. Tanpa mengucapakan sepatah kata pun Arkan kembali ke kamarnya.

"Dasar es batu." ujar Tari kesal. Dia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi suaminya, setiap hari masak Arkan tidak pernah memakan masakannya. Dia benar-benar seperti hanya pengasuh untuk Melati saja.

            ****

Malam ini di kediaman keluarga Aldama sedang mengadakan acara makan malam bersama, Hadi dan Indah sengaja mengumpulkan anak cucunya di rumah mereka. Amora dan suaminya juga sudah datang, malam ini Amora terlihat begitu cantik dengan memakai gaun hamil berwarna biru donker, ya usia kehamilan Amora sekarang masuk bulan ke tujuh. Adam juga sudah kumpul dia memakai baju senada dengan Hadi dan Indah. Hanya Asgar yang tidak hadir katanya dia sedang ada di luar kota.

Risa sahabat Amora juga datang bersama Athala suaminya beserta putri mereka yang berusia dua tahun. Lalu Erlan dan istrinya, semuanya kumpul malam ini.

Arkan dan Mentari datang paling akhir. Malam ini Mentari memakai gaun muslimah berwarna hijau toska senada dengan hijabnya, begitupun dengan Melati memakai gaun berwarna yang sama dengan Mentari.

"Ayah!" seru Aaron menghampiri Arkan. Putra pertama Amora itu sudah dari kemarin menginap di rumah kakek neneknya.

"Dede Melati bangun?" ujar pria kecil itu saat melihat Melati tersenyum kearahnya. Kemudian dia mengajak sepupunya tersebut bermain.

"Hati-hati jangan lari!" kata Arkan.

"Siap, Yah," ucap Aaron.

Makan malam pun sudah  siap, mereka lalu menuju meja makan yang sudah di siapkan, acaranya di halaman rumah Hadi. Mereka lebih senang mengadakan acara seperti ini di halaman terbuka, itu juga kalau tidak hujan.

"Melati kan udah satu tahun, kalian tidak berencana nambah anak lagi?" tanya Indah pada Arkan.

"Uhuk ... uhuk ... " Mentari sampai terbatuk mendengar ucapan mertuanya.

"Kamu ga apa-apa? ini  minum dulu." Arkan langsun memberikan air putih pada istrinya.

"Terimakasih, Mas," kata Mentari dan mengambil gelas yang di berikan Arkan.

"Ciyeee ... so sweet banget, sih. Kakak sama kakak ipar," goda Amora.
Sebenarnya dia tahu hubungan rumah tangga kakak keduanya, memang dia dan Mentari cukup dekat, Mentari menceritakan semuanya pada Amora. Dia yakin sebenarnya sang kakak kembar itu sudah ada rasa pada istri keduanya, tapi karena gengsi Arkan enggan mengakuinya.

"Kami tidak berencana menundanya kok, Mom," ucap Arkan meyakinkan sang ibu.

"Banyak anak banyak rezeki, jadi ga usah kalian menundanya lagi," timpal Hadi. Kakek berusia tujuh puluh dua tahun itu masih terlihat gagah.

"Iya, Bah. Aku dan Tari juga sedang berusaha, kan semua yang ngatur Tuhan. Mungkin sekarang belum saatnya," bohong Arkan, usaha dari mana orang dia tidur terpisah dengan istrinya.

"Usaha ... usaha ... ngomong aja jarang," ujar  Mentari dalam hati.

"Malam ini kalian nginap disini, Mommy masih kangen sama Melati. Dan malam ini biar Melati tidur dengan kami," ujar Indah tegas. Memang dia masih ingin bermain dengan cucu keduanya itu.

"Berapa kali Melati minun susu pada malam hari?" tanya Indah pada menantunya.

"Dia cuma bangun dua kali untuk minum susunya," jawab Mentari.

"Kamu bawa semua perlengkapan Melati?"

"Iya, Mom. Semuanya lengkap," ujar Mentari.
Gadis itu memang beda dengan kakaknya, dulu saat Mutiara masih hidup, Indah jarang ngobrol dengan menantunya itu, mungkin karena Tiara juga seorang dokter jadi sibuk. Sedangkan bersama Tari mereka bahkan sering masak bersama atau pergi ke mall bareng.

Mentari memang ikut dia lebih banyak menghabiskan waktu merawat Melati. Saat kakaknya memilih jadi dokter. Mentari memilih menjadi designer, mereka sama-sama kuliah di Singapura hanya beda jurusan saja.

Makan malam berlangsung sampai jam sebelas malam. Semua sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya Arkan dan Mentari yang menginap. Amora katanya besok pagi harus ke rumah mertuanya.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Malam ini Mentari tidur di kamar Arkan yang ada di rumah orang tuanya. Mentari pikir Arkan masih ngobrol dengan saudaranya. Ternyata Arkan sudah duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya.

Saat Mentari keluar dari kamar mandi pandangan Arkan tertuju pada istrinya, dia menatap lekat sang istri kedua, ini kali pertama dia melihat rambut Mentari karena selama ini Mentari selalu memakai hijab meskipun hanya mereka berdua.
Saat Mentari ingin memakai kembali hijabnya Arkan melarangnya.

"Ga usah dipakai lagi. Tidak ada orang lain. Saya berhak melihatnya," ujar Arkan lalu turun dari ranjang mendekati Mentari.

"Ba-ik, Mas," ujar Mentari gugup apalagi Arkan berjalan mendekatinya.

"Saya kepikiran ucapan mommy tadi untuk memberi Melati seorang adik," ujar Arkan sambil membelai rambut hitam Mentari. Membuat sang empu menegang.

Bersambung

Jangan lupa vote dan komen ya

14 Maret 2021

THB

Mentari untuk Arkan  (Aldama Family seri 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang