Curang

423 61 202
                                    

Mile tak kunjung mengalihkan pandangannya dari Nala. Sudah dari kemarin gadis itu terus saja membawa dan memeluk kotak cokelat berbentuk love. Melihat gadis itu begitu ceria. Ile mencoba menjahili Nala dengan mencomot satu cokelat.

Tapi lihatlah, apa yang dia lakukan. Gadis cerewet itu dengan sadis melayangkan sebuah pukulan. Setelah itu, dia menjauihi Ile. Nala meninggalkanya dan memilih kotak cokelat sialan itu.

"Kenapa sama muka lo?"

Mile menatap Runa. Sahabat baiknya ini baru saja datang. Runa terlihat memegang beberapa kertas.

"Enggak. Gue lagi bingung aja."

"Bingung kenapa?"

"Nala pelit banget. Dia gak mau bagi satu cokelat sama gue. Padahal selama ini kita gak pernah pelit, 'kan?"

Runa menganguk-angguk. Dia mengerti sekarang, mengapa wajah sahabat laki-lakinya begitu keruh.

"Mungkin itu cokelat spesial."

"Spesial?!" pekik Ile. Dia merasa tak terima dengan kata spesial.

"Siapa yang kasih?! Sampe tu cokelat jadi spesial!" katanya lagi seraya menahan kesal.

"Kalo gak salah, Nala bilang itu dari Bumi," jawab Runa seadanya. 

Sebenarnya Runa ingin tertawa. Wajah dari anak daddy Alexnya yang tampan sangat terlihat menyedihkan. Tapi untung saja wajah Ile yang lebih dominan mirip dengan Aletta, masih tetap memiliki sisi tampan yang berbeda.

"Gak usah cemburu lagi. Itu cuma cokelat."

"Siapa yang cemburu?!" Lagi. Ile meninggikan suaranya. Lelaki itu seolah tidak sadar bahwa gelagatnya sangat terlihat sedang cemburu.

"Entah. Gue pergi dulu deh. Ada banyak hal yang harus gue kerjain." Runa memilih pergi. Dia sudah hapal dengan kebiasan kedua sahabatnya. Mereka itu sama sama tidak mau peka terhadap perasaan masing-masing. Menyebakan sekali, 'kan?

Arjuna menggeleng pelan. Sedari tadi dia sudah berdiri di sini sambil melihat Runa dan Ile. Lihat, setelah kepergian Runa. Ile semakin tidak waras. Pemuda itu terus saja mengomel. Sesekali Ile terlihat mencoret coret kertas putih yang tidak bersalah.

Perilaku Ile semakin menghawatirkan. Saat ini, dia dengan sengaja membuat gumpalan kertas dan terus menusuknya menggunakan pena. Bukan itu yang membuat Juna khawatir. Masalah utamanya adalah tingkah Ile ini disebabakan oleh Nala.

Ya, Naladhipa Ardalova Dirgantara itu terlihat sengaja menempel pada Bumi. Nala sengaja membuat Ile dibakar api cemburu.

"Kenapa susah banget buat bikin mereka peka sama perasaan masing-masing. Kalau gini terus, yang ada mereka malah bikin orang lain sakit hati," gumam Juna, merasa begitu aneh dengan tingkah Nala dan Ile.

"Bodoh! Awas aja lo Bumi! Gue doain semoga kali ini lo kalah!"

Arjuna semakin tercengang. Dia baru saja mendengar seorang Ile mengumpat dengan keras. "Enggak. Ini gak boleh terjadi. Kalau Bumi itu Raga, itu berarti kita semua sahabat. Selama gue masih hidup, gue gak akan pernah biarin persahabatan kita hancur."

Juna berjalan dengan tergesa. Kepalanya sibuk memikirkan sesuatu. Dia harus membuat rencana baru. Agar semuanya bisa semakin jelas dalam waktu singkat.

***

Pertandingan basket kembali di mulai. Semangat Bumi pun kembali setelah Nala datang dan menawarkan cokelat padanya. Gadis cerewet itu hari ini bersikap semanis cokelat. Bumi suka itu. Setidaknya dengan begitu, dia tidak perlu mendengarkan suara tidak pentingnya si Nala.

Bad Boy and Silent Princess [END]Where stories live. Discover now