2

91.1K 5K 39
                                    

Hari ini hari pernikahannya kak Windy. Gedung dan segala dekorasinya benar-benar indah. Pokoknya aku nikah pengen kayak gini. Idih ngawur...

"Mitaaaa!"

Aku sudah tau siapa yang memanggil namaku. "Katyaaa!" Aku bahkan lebih berteriak. Seperti inilah kami. Walaupun sudah dewasa, tapi kalau sudah berdua pasti ya begini.

"Kak Windy cantik banget ya."

"Iya dong. Ya udah salam dulu gih sama kak Windy."

Ya ampun resepsinya rame banget. Mau salaman sama kedua mempelai aja sampe ngatri begini. Kira kira aku nikah bakal serame gini gak ya?

Tuh kan ngawur lagi kan...

"Selamat ya Kak Windy sama Bang Radit. Semoga langgeng sampe maut. Jadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Oh iya, Papa Mama di Semarang kirim salam juga. Katanya sorry gak bisa datang."

"Amiiin. Gak apa apa kok. Makasih ya kesayangan kakak."

Aku pun turun dan tentu saja langsung menuju tujuan utamaku, sajian makanan. Tanpa ragu aku ambil yang paling enak. Dan hampir semuanya kelihatan enak. Alhasil piring ku penuh.

"Mitaaa! Duduk sini!"

Katya menunjuk arah tempat mejanya yang masih tersisa dua kursi kosong lagi. Ada dia dan... ya abangnya.

Demi neptunus, dia ganteng banget.

Aku pun duduk sebelahan sama Katya dan berhadapan dengan abangnya. Entah kenapa aku sedikit canggung hadapan sama cowok satu ini.

Sedangkan dia sendiri melihat ke arah piringku. Sialan, pasti dia ilfil banget ngeliat aku makan kayak babi gini.

"Oh iya kak, udah kenal belum sama sahabatku ini. Kita udah temenan lama loh. Kakak sih gak pulang pulang."

Ya elah, dia masih masang muka datar. Sadar gak sih, ini pernikahan adiknya. Seharusnya dia bahagia dong!

"Udah pernah ketemu kok. Cuma belum kenal."

"Ya udah ini kenalin Mita."

Aku pun mengulurkan tanganku, "Mita." dengan senyum semanis mungkin.

Dia pun menjabat tanganku, formal. "Devan." Dan dengan muka datar. 'Tanpa senyum'.

Memang Tuhan itu adil banget ya. Orang ganteng, tinggi, badannya oke, tapi sifatnya luar biasa nakutin. Bahkan aku yakin kalau ketemu dia di jalan, pasti aku gak akan berani nyapa dia.

Sifatnya itu beda banget sama anggota keluarganya yang lain. Ayah dan Bundanya itu baik banget, ramah, penyayang. Gak beda jauh sifatnya sama Kak Windy. Kalau Katya sifatnya kayak aku, heboh gak karuan. Tapi kenapa si Devan ini beda banget ya.

"Kak Dev memang gitu orangnya, lain dari pada yang lain.."

Aku teringat ucapan Katya sekitar 2 minggu yang lalu. Dia memang lain dari pada yang lain. Untung ganteng.

"Kakak nyapa tamu yang lain dulu ya." Dia berdiri tiba tiba dari tempat duduknya.

"Yakin?" Tanya Katya kayak gak yakin gitu.

Dia pergi gitu aja tanpa jawab pertanyaan Katya. Bahkan sama adiknya sendiri pun gitu.

"Tuh kan. Aku udah yakin banget! Mana mungkin dia nyapa tamu." Ujar Katya tiba tiba. Aku hanya keheranan ngeliatin Katya.

"Tuh lo liat, Mit. Dia malah jalan arah keluar ballroom. Memang deh Kak Dev."

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Katya. Benar, dia keluar dari ballroom. Emosiku pun ikut meledak. "Idih, masa nikahan adik sendiri kayak gitu sih. Nih ya Kat, gue tanya baik baik, sebenernya abang lo itu kenapa sih? Dua kali gue ketemu dia, dua kali juga mukanya sewot. Kayak gak ada sisi bahagiannya sama sekali."

Katya menghela nafas dan menatapku tajam. "Kan udah gue bilang, dia lain dari pada yang lain."

"Lainnya kayak gimana banget sih? Heran gue." Aku jadi kesal sendiri.

"Kayak dunia lain. Auranya mistis. Dia gak suka bergaul di acara keluarga kayak gini. Dia orangnya suka kebebasan. Yang lebih hebatnya, kalau udah bareng temennya baru deh dia ketawa."

"Oh, jadi dia gak suka kekeluargaan gitu ya?"

"Gak gitu juga sih. Dia itu sifatnya keturunan dari kakek kami. Pas masa SMP dan SMA, kerjaan dia buat onar mulu. Terus semenjak dia tinggal di Sydney baru deh sifatnya jadi agak pendiam sama keluarga, terutama kalau lagi bareng keluarga besar. Emang sih keluarga besar kami itu nyebelin banget."

Aku benar benar menyimak apa yang di bilang Katya. Begitu rupanya. Masa hanya gara-gara keluarga besar yang nyebelin sampai segitunya sih. Dasar anak cowok.

"Oh iya, ngomong ngomong umur dia berapaan sih?"

"35."

"Lumayan tua juga ya. Udah nikah?"

Katya kelihatan kayak hampir tersedak. "Belum kok."

Hold Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang