3 - Tes olahraga

6 2 2
                                    

Saat ini anak-anak kelas 11 MIPA 4 tengah melakukan olahraga di lapangan. Guru olahraganya bernama Pak Jay, guru olahraga tertampan di Tamani highschool, dan dia juga merupakan Omnya Tisha.

Saat ini mereka tengah dites memasukkan bola basket ke dalam ring, tes ini tidak bisa dianggap mudah, tentunya mereka harus melakukannya dengan teknik yang benar. Jika bola basketnya itu tidak masuk ke dalam ring, sudah dipastikan nilai mereka akan di bawah KKM.

Aku sangat tidak suka dengan pelajaran ini, apa lagi disuruh memasukkan bola basket ke dalam ring, meskipun aku memiliki tubuh yang tinggi, itu tidak menjamin bisa memasukkan bola tersebut.

Andreas, Belsa, Emma, dan Fawaz, sudah melakukan tes, mereka berhasil memasukkan bola basket itu. Aku merasa sedikit tak tenang, ada rasa takut jika tidak tidak berhasil memasukkan bola basket, bahkan sedari tadi jantungku terus berdebar lebih cepat dari biasanya. Meskipun aku sudah menenangkan diri dengan menarik napas, tetapi rasa gerogi itu tak kunjung hilang.

"Yes. Tadi urang bisa dong masukin bola basket. Urang mah yakin da, pasti si Tejo moal bisa," ujar Emma menyindir Tj.

(yes. Tadi saya bisa dong masukin bola basket itu. Aku yakin da, pasti si Tejo enggak bisa)

"Sombong!" Balas Tj.

"Bae weh, saya mah sombong juga karena bisa," ujar Emma lalu memeletkan lidahnya.

(Biarin, saya sombong juga karena bisa)

"Terserah. Tingali engké, pasti nilai urang leuwih alus."

(Terserah. Liat aja Nanti, pasti nilai aku lebih bagus)

"Bertengkar terus kalian berdua. Nanti aku akan menyuruh Om Jay untuk mengurangi nilai kalian!" ancam Tisha yang sudah jengah mendengar keributan itu.

"Licik ih, mentang-mentang Pak Jay teh Om kamu," ujar Emma tak terima.

"Maka dari itu jangan ribut," balas Tisha.

Percekcokan antara Emma dan Tj akhirnya berakhir. Meskipun mulut mereka sudah diam, tetapi tatapan matanya itu saling bertemu, seperti tatapan mata elang yang bertemu dengan musuhnya. Sangat tajam!

Belsa menyenggol lengan Tisha. "Ancaman kamu berhasil juga." Setelah itu Belsa terkekeh.

"Iyalah," ujar Tisha bangga. lalu Tisha beralih menatap Fawaz yang duduk di sebelahnya. "Fawaz. Issho ni ranchi shiyou yo!"

(Ayo makan siang bareng!)

Fawaz menoleh ke arah Tisha. "Gomen, Ikenai to omou."

(Maaf, kayannya gak bisa)

"Nande?" tanya Tisha sedikit teriak.

(Kenapa?)

"Lari, ada wibu," ujar Tj lalu pergi meninggalkan mereka.

Tisha menatap kesal ke arah Tj karena sudah mengganggu obrolannya dengan Fawaz. "Jangan ganggu!"

"Si Tejo mah emang kitu da sikap na téh, sok ngeganggu wae siah," ujar Emma mengompori.

(Si Tejo emang gitu sikapnya, suka ganggu)

"Begitulah kelakuan teman kamu."

"Dih, jadi ka abdi."

(Kok jadi ke aku)

Andreas menoleh ke arahku yang terlihat tidak tenang, seolah-olah dia mengerti dengan apa yang aku rasakan sekarang. "Kenapa?"

Aku menoleh. "Sepertinya aku tidak bisa lulus dari tes ini."

"Jangan pesimis, kamu kan belum mencoba."

Langkah Per LangkahWhere stories live. Discover now