Children Behave~

353 38 0
                                    

Aku masuk ke dalam kamarku dan melihat-lihat barangku yang dulu. Aku merebahkan tubuhku di kasur yang empuk. Kadang aku merindukan kami yang dulu. Tiba-tiba terdengar suara musik, ini lagu yang mengingatkanku saat kecil. Aku mulai menari mengikuti iramanya. Tiba-tiba cahaya biru menyambar, kami semua pergi keluar untuk melihat apa yang terjadi.

'apa itu?' tanyaku pada yang lain.

'Jangan mendekat!' teriak Allison. Tiba-tiba Klaus datang dan melempar alat pemadam api.

'Apa yang kau lakukan?' teriakku pada Klaus.

'Entahlah, kau punya ide yang lebih baik?' jawab Klaus. Cahaya biru itu semakin mengamuk.

'semuanya tetap di belakangku' teriak Luther dan melindungi kami. Aku melihat kakek-kakek yang terjatuh dan berubah menjadi anak kecil.

'Apa yang lain melihat, little number Five, atau hanya aku?' kata Luther.

'Tanggal berapa? Tanggal sebenarnya?' tanya Five.

'Tanggal 24' jawab Vanya.

'Bulan apa?' tanyanya lagi.

'Maret' jawabku singkat.

'Bagus' timpal Five.

'So, apa kita akan membicarakan yang terjadi?' tanya Luther. Tapi Five masih sibuk dengan rotinya.

'Sudah 17 tahun' kata Luther dan berdiri.

'Sudah lebih lama dari itu' jawab Five. Dia membuat Roti saja masih menggunakan kekuatannya.

'Mau kemana?' tanya Diego.

'Masa depan' jawab Five.

'Harusnya aku mendengarkan pria tua itu. Melompati jarak adalah satu hal. Melompati waktu adalah bagian dari usaha' lanjutnya lagi. Five berhenti bicara dan melihat ke arahku dan tersenyum tipis, lalu dia melihat ke arah Klaus.

'Gaun yang indah' kata Five pada Klaus.

'Oh, Thanks' jawab Klaus. Aku hanya memutar bola mataku malas.

'tunggu, bagaimana kau kembali?' tanya Vanya.

'Akhirnya aku harus memproyeksikan kesadaranku. Maju ke versi penangguhan status kuantumku yang ada di seberang setiap kemungkinan waktu instan' jelas Five panjang lebar.

'tak masuk akal' timpal Diego.

'Karena kau kurang pintar' jawab Five santai. Diego berdiri dan akan meninju Five tapi di tahan oleh Luther.

'Berapa lama kau disana?' tanya Luther pada Five.

'Empat puluh tahun. Kurang lebihnya' jawabnya santai.

'jadi apa maksudmu? Bahwa usiamu 58 tahun?' tanya Luther pada Five.

'Tidak! Kesadaranku berusia 58. Sepertinya tubuhku sekarang 13 tahun lagi' jelas Five. Dia selesai membuat rotinya dan memberikan satu padaku.

'Thanks' kataku padanya.

'Pleasure' jawab Five dengan senyumannya.

'Bagaimana bisa terjadi?' tanya Vanya.

'Dolores terus berkata persamaannya mati. Pasti dia tertawa sekarang' jawab Five.

'Aku melewatkan pemakaman?' lanjut Five.

'Darimana kau tahu?' tanya Luther.

'Bagian masa depan mana yang kau tak pahami? Gagal jantung?' lanjut Five.

'ya' jawab Diego dan 'Tidak' jawab Luther.

'Senang melihat tak ada perubahan' lanjut Five.

Kami pergi keluar untuk pemakaman Dad. Semua orang kecuali aku, Luther, dan Diego tidak menggunakan payung. Five menarik tanganku agar berdiri disampingnya.

'Kau masih sama' katanya padaku.

'Walaupun dunia hancur. Aku tetap aku' kataku malas.

'Apa terjadi sesuatu?' tanya Mom.

'Dad Died. Remember?' jawab Allison.

'Ow. Yes of course' jawab Mom.

'Mom okay?' tanyaku.

'Yeah, ia baik-baik saja. Ia hanya butuh beristirahat. Mengisi ulang energinya' jawab Diego. Pogo datang  dan bertanya apa ada orang yang ingin bicara, tapi kami semua hanya diam.

'Bagus. Dengan segala hormat Sir Reginald Hagreeves membuatku menjadi aku yang sekarang. Hanya dengan itu saja, aku harusnya berutang selamanya padanya. Ia guruku dan temanku. Aku seharusnya sangat merindukannya. Ia meninggalkan warisan yang rumit...' kata Pogo terpotong oleh Diego.

'Ia seorang Monster. Dia orang jahat dan ayah yang lebih buruk. Dunia lebih baik tanpanya.' potong Diego.

'Shut up Diego' kataku padanya.

'Namaku Number Two. You know why? Karena ayah kita tak mau bersusah-susah memberi kita nama sebenarnya. Ia meminta mom melakukannya' jawab Diego.

'Ada yang ingin makan?' tanya Mom tiba-tiba.

'No, Mom' jawabku pada Mom.

Luther dan Diego mulai berkelahi. 'Aku tak punya waktu untuk ini' kataku pada Five. Diego terus memanas-manasi Luther. Pada akhirnya Luther mematahkan patung Ben. Aku masuk ke dalam rumah karena malas melihat pertengkaran dua orang bertubuh dewasa tapi pikirannya ke kanak-kanakan.

Flashback on

Kami berlatih berlari menaiki tangga. Saat Vanya meniup peluitnya kami langsung berlari. Five menggunakan kekuatan Teleportasinya untuk menang.

'Five curang' teriakku pada Five.

'Dia beradaptasi' bela Dad. Aku berlari sekuat tenaga untuk mengejar Five dan memegangnya saat akan berteleportasi.

'Terima kasih tumpangannya Five' kataku sambil tertawa.

Kami semua kecuali Vanya ditato dengan menggunakan lambang Umbrella Academy. Semua orang ketakutan kecuali aku. Saat aku sudah selesai di tato aku pergi untuk menghampiri Vanya. Aku melihat Vanya sedang menggambar logo Umbrella Academy di tangannya menggunakan spidol.

'Itu terlihat jelek' kataku pada Vanya.

'kenapa kau menginginkannya? Ini sangat menyakitkan kau tahu' lanjutku.

'Tapi [y/n] kalian mendapatkannya dan hanya aku yang tidak mendapatkannya' Jawabnya sedih. Aku menarik tangan Vanya dan menghapus gambar yang di gambarnya. Aku mulai menggambar di tangan Vanya

'Meskipun kau tidak memiliki tato seperti ini. Kau masih kakakku. Selesai, lebih bagus bukan?' kataku padanya. Vanya mengangguk sambil tersenyum.

Flashback off

Number Five x ReadersWhere stories live. Discover now