Prolog

618 43 0
                                    

Rusia, 1 Oktober 1989

43 wanita di seluruh dunia melahirkan. Hal ini tak wajar karena fakta bahwa tak satupun dari wanita ini hamil pada awal hari.

Sir Reginald Hargreeves, miliarder dan petualang eksentrik memutuskan untuk menemukan dan mengadopsi anak sebanyak mungkin. Dan dia mendapatkan delapan diantaranya.

[🌹]

[y/n] mengendarai skateboard nya untuk pergi ke sebuah Cafe. Dia terlihat menikmati kopinya dengan mendengarkan siaran radio yang diputar di cafe tersebut. Dan dia mendengarkan berita ayahnya yang meninggal dunia. Dia langsung pergi dari sana dan menuju rumah nya yang lama.

Aku masuk ke dalam rumah dan melihat Mom sedang menatap perapian sendiri.

'[y/n]?' kata Allison yang berada di lantai atas. Aku berlari dan langsung memeluknya

'Aku merindukanmu' kataku padanya.
Dan tiba-tiba Vanya datang.

'Hi Vanya' sapaku padanya.

'Hai [y/n], Hai Allison' balas Vanya.

'Kenapa dia disini? Kau tak seharusnya di sini. Setelah yang kau lakukan.' kata Diego pada Vanya.

'kau benar-benar ingin melakukannya hari ini?' tanya Allison pada Diego.

'Ngomong-ngomong pakaianmu cocok' timpalku pada Diego.

'Paling tidak warnanya hitam' jawab Diego sembari pergi.

'Kalian tahu, mungkin dia benar' kata Vanya padaku dan Allison.

'Lupakan perkataan Diego. Dia memang selalu seperti itu, aku senang kau disini Vanya' kataku padanya.

Kami semua akhirnya berkumpul di ruang keluarga.

'Kurasa kita harus memulainya. Aku berpikir kita bisa menyewa jasa pemakaman di halaman saat petang. Di tempat favorit ayah' kata Luther membuka pembicaraan.

'Dad punya tempat favorit?' tanya Allison.

'Ya, dibawah pohon ek. Kami sering duduk disana. Kalian belum pernah?' jawab Luther.

'akan kah ada jamuan? Teh? Kue? Roti isi mentimun selalu jadi pemenang' tanya Klaus dengan membawa minuman dan rokok ditangannya.

'Ku kira roti selai kacang dan Marshmallow lebih enak' kataku santai.

'Tidak, Oh hei [y/n] kau terlihat semakin dewasa. Dan buang itu, ayah tak mengizinkan merokok' jawab Luther.

'Itu rokku?' tanya Allison pada Klaus.

'apa? Oh ya ini. Aku menemukannya di kamarmu. Sedikit kuno, tapi sangat menyegarkan' jawab Klaus. Aku hanya memutar bola mataku malas.

'Dengarkan. ada hal penting yang harus kita bicarakan, kan?' sanggah Luther.

'like what?' tanyaku padanya.

'Seperti caranya mati' jawab Luther.

'And here we go' kata Diego sedikit menyindir.

'Aku tak mengerti. Mereka bilang serangan jantung' kata Vanya yang tidak mengerti.

'Ya, menurut koroner' jawab Luther. 'Bukannya mereka tahu?' kataku padanya.

'Teoretis' lanjut Luther padaku.

'aku hanya bilang paling tidak sesuatu terjadi. Terakhir kali aku bicara dengannya terdengar aneh' lanjut Luther

'Oh! Mengejutkan' kata Klaus dan membuat minuman yang di dalam mulutnya keluar. Aku mendorongnya agar menjauh

'Itu menjijikan Klaus' kataku padanya.

'Aneh bagaimana?' tanya Allison pada Luther.

'Dia terdengar tegang. Katanya aku harus berhati-hati dalam mempercayai' jelas Luther.

'Luther, ia paranoid dan pemarah yang mulai kehilangan dinginnya yang tersisa' timpal Diego.

'Kali ini aku setuju dengan Diego' kataku pada Luther.

'tidak dia pasti tahu apa yang akan terjadi. Dengar aku tahu kau tak suka melakukannya, tapi bicaralah dengan ayah' kata Luther pada Klaus.

'aku tidak bisa memanggil ayah di alam baka dan bilang ayah bisakah kau berhenti main tenis dengan Hitler dan ngobrol sebentar?' Jawab Klaus yang membuatku sedikit tersenyum.

'Sejak kapan? Itu bagianmu!' lanjut Luther. Aku pergi ke belakang untuk mengambil bir  dan memberikan satu pada Vanya.

'pikiranku sedang tak bagus' jawab Klaus lagi.

'Kau mabuk' kata Allison.

'ya! Bagaimana bisa menolak? Mendengarkan omong kosong ini' kata Klaus lagi.

'Sadarlah! Ini penting. Ada kabar hilangnya monokel' jelas Luther lagi. Aku hanya memutar bola mataku malas, dia memang selalu membesar-besarkan masalah dan itu setara dengan tubuhnya yang besar.

'Siapa peduli dengan monokel' kata Diego.

'Benar. Itu tak berharga. Siapa pun yang mengambilnya, ku pikir itu pribadi. Seseorang yang dekat dan dendam padanya' jelas Luther.

'Apa yang akan kau lakukan?' tanya Klaus pada Luther.

'Bukankah jelas, Klaus? Ia pikir satu dari kita membunuh ayah' timpal Diego.

'Bagaimana kau memikirkan hal itu?' tanya Vanya.

'Hebat Luther, langkah pemimpin' kata Diego dan pergi. Mereka pergi satu persatu.

'Luther, seberapa pun kita membenci Dad. Dia tetap Daddy, dan kita tidak bisa membunuhnya' kataku menepuk punggung Luther dan pergi.

Flashback On

Kami melakukan misi bersama. Misi itu diawali oleh Allison yang membisikan kata-katanya yang membuat orang menuruti perintahnya. Kemudian Luther masuk dan melempar penjahat keluar. 'Pistol untuk perempuan! Pria sungguhan menggunakan pisau' kata Diego berlari dan melemparkan pisaunya dan mengenai dada penjahat. Aku tidak memiliki kekuatan khusus seperti yang lain, Vanya juga tidak memiliki kekuatan. Tetapi Dad selalu menyuruhku bergabung dan mengamati yang lain. Aku sedikit merasa bersalah pada Vanya karena Dad memperlakukanku sedikit spesial diantara yang lain. Five menggunakan kekuatan Teleportasi nya dan mengubah pistol penjahat dengan Stapler.

'Itu Stapler yang keren' kata Five pada penjahat dan memukulkan Stapler itu ke kepala penjahat. Kemudian Ben berubah dan mempunyai tentakel. Dia masuk ke dalam ruangan dengan berlumuran darah.

'Bisa kita pulang sekarang?' tanya Ben pada kami semua.

Flashback off

Number Five x ReadersWhere stories live. Discover now