19. Stranger (2)

527 43 0
                                    

Taruna menghentikan laju mobilnya tepat di pekarangan rumah Selatan. Di sebelah Selatan, diisi oleh Nuansa yang sejak mereka pulang dari mansion Keluarga Tjahyadi, enggan membuka suaranya. Cewek itu menatap pemandangan di luar sana lewat jendela mobil di sampingnya. Entah apa yang dipikirkannya, Selatan tidak mengetahuinya.

Terlebih, Nuansa menjadi pendiam setelah menerima telepon yang katanya dari Rumah Besar itu. Nuansa memang bisa dibilang sosok yang pendiam, tapi berbeda untuk kali ini. Selatan juga tidak tahu siapa Rumah Besar—ah bukan, lebih tepatnya ada apa dengan Rumah Besar itu sampai membuat Taruna, Erika dan Bara Tjahyadi menatap cewek itu dengan khawatir. Namun mereka tidak menunjukkannya dengan begitu gamblang, apalagi ada sosok Selatan di sana.

Pikiran Selatan teralihkan ketika Taruna memanggilnya.

"Tuan Selatan, sudah sampai," kata Taruna. Dia melirik Selatan juga Nuansa dari rear-vision mirror.

Selatan mengangguk. Tatapannya beralih pada Nuansa yang kini sudah menunjukkan atensinya pada cowok itu.

"Lo nggak mau bilang apa dulu gitu ke gue?"

Alis Nuansa terangkat tinggi. Cewek itu tidak mengerti apa maksud Selatan.

Selatan berdecak. "Lo nggak mau say good bye gitu sama Ketua lo?"

Nuansa langsung mengernyit jijik. Namun tak berapa lama, dia terkekeh geli. "Ada-ada aja lo. Besok juga ketemu." Ya kalau gue masuk sekolah sih, lanjutnya dalam hati.

Cowok itu mengangguk mengerti. Tangannya dengan refleks mengusap puncak kepala Nuansa, membuat pandangan keduanya terpaku sesaat, menyelami iris mata masing-masing di bawah penerangan temaram.

Nuansa yang sadar terlebih dahulu, sontak memalingkan wajahnya. Dia berdeham pelan, langsung menatap ke depan. Begitu juga dengan Selatan. Salahkan saja tangannya yang dengan lancang bergerak tanpa aba-aba itu. Dia jadi ingin sekali menjedotkan kepalanya ke dinding agar bisa berpikir dengan jernih lagi.

Selatan mengusap belakang lehernya dengan canggung. "Gue ... pamit ya," ujar cowok itu yang dibalas dengan anggukan oleh Nuansa. "Selamat malam, Nuansa," katanya sekali lagi sebelum dia keluar dari mobil.

Setelah memastikan Selatan turun dengan aman, mobil itu melaju kembali meninggalkan pekarangan rumah Keluarga Akarsana. Menyisakan Selatan yang masih menatap kepergian mobil Nuansa itu sampai tak terlihat lagi di penglihatannya.

Cowok itu juga tidak akan pernah mengetahui jika Nuansa memperhatikannya dari dalam mobil sampai kendaraan itu menjauh dari area rumahnya. Bahkan cewek itu tanpa sadar memberikan sebuah senyum tipis padanya.

Selamat malam juga, Selatan.

Nuansa menyandarkan tubuhnya pada jok mobil, pandangannya beralih pada Taruna yang tengah menyetir tepat di depannya.

"Kayaknya, kita harus pergi ke suatu tempat dulu, Tar," ujar Nuansa, membuat Taruna meliriknya sekali lagi. Dia mengangguk mengerti maksud dari Nona Mudanya itu. "Kita harus ketemu sama seseorang sekarang."

Taruna tidak membalas dengan kata-kata, namun laju mobil bertambah dengan sedikit cepat. Tangannya menyentuh earpiece di telinganya. "Kosongkan jalan di perempatan lampu merah dekat kediaman Keluarga Akarsana. Saya beserta Nona Muda akan melintasi jalan itu."

Terdengar sahutan di seberang sana karena kalau boleh jujur, Nuansa juga mengenakan alat komunikasi itu. "Copy!"

*

Baru saja Selatan ingin memasuki rumah, ponsel yang ada dalam saku celananya bergetar. Cowok itu mengambilnya dan melihat nama Lingga terpampang di layar ponsel. Dahinya mengernyit samar, namun tak urung ibu jarinya menggeser layar pada tombol hijau.

SELATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang