Enam Belas

17 7 0
                                    

Happy reading🖤

***

"Natasya bangun! Ada yang nyariin, tuh!" Suara itu terasa menggema di seluruh rumah disertai dengan gedoran di pintu kamar Natasya.

Semua suara itu membuat sang pemilik kamar merasa terusik dan terpaksa harus keluar dari alam mimpinya. Pintu terbuka membuat Natasya menoleh memperlihatkan wajah bantalnya.

"Kamu kok susah banget dibangunin? Tuh ada yang nyariin. Katanya sih temen sekolah kamu," ucapnya.

Natasya mengerutkan dahi bingung. Temannya? Natasya merasa tidak pernah ada janji bersama teman sekolah. Kalaupun ada pasti sudah ia tolak untuk ikut bersama.

"Sudah cepat siap-siap sana. Ibu mau menemaninya dulu," ucap Ibu lalu pergi keluar kamar Natasya.

Tanpa berucap lagi, Natasya segera beranjak dari tempat ternyaman untuk melakukan ritual yang seharunya dilakukan pagi hari namun ia lakukan pada pagi menjelang siang.

Sekitar 15 menit Natasya menyelesaikan ritual mandinya. Ia hanya mengenakan hijab segi empat bermotif garis-garis, kaos putih polos yang dibalut dengan cardigan coklat, dan celana yang berwarna senada dengan cardigan yang ia pakai.

Segera ia keluar dari kamar setelah dirasanya cukup. Objek pertama yang ia lihat adalah punggung seorang lelaki yang sedang membelakangi tempat ia berdiri, dengan Ibu yang sedang mengajaknya berbicara.

"Natasya, udah selesai?" ucap Ibu saat melihat Natasya keluar kamar.

Letak kamar Natasya memang berhadapan dengan ruang tamu. Jadi, jika ia keluar dari kamar akan langsung terlihat oleh orang yang sedang duduk di ruang tamu.

Natasya tersenyum tipis sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Ibu tadi. Matanya memandang ke arah lelaki yang kini sedang duduk membelakangi dirinya.

Siapa dia? Itu adalah salah satu pertanyaan yang terlintas di dalam pikirannya. Namun, pertanyaan itu sudah terjawab.

"Natasya, ini Alden. Temen kamu katanya." Natasya terkejut namun ia normalkan kembali ekspresi wajahnya seperti semula.

Lelaki itu berbalik, mengahadap ke arah Natasya sambil memamerkan senyum manis yang ia punya. Alden, lelaki itu datang kerumah Natasya dengan alasan yang mungkin bisa saja membuatnya berakhir di tangan Natasya jika saja gadis itu tak ingat tempat.

"Mau ngajak kamu jalan," lanjut Ibu.

Natasya sekarang membulatkan matanya dengan sempurna kala mendengar suara Ibu yang menjawab lagi salah satu pertanyaan yang muncul dalam otaknya.

Alden yang melihat ekspresi wajah Natasya hanya bisa terkekeh geli.

"Yaudah kamu ikut aja ya, Nat," ucap Ibu sambil tersenyum menggoda ke arah Natasya

Belum sempat ia mengeluarkan protes, teriakan seorang anak membuat Natasya menoleh. Ais mendekati Natasya yang sedang berdiri membelakangi pintu kamarnya. Gadis kecil itu tersenyum lebar kearah Natasya, "Ais boleh ikut nggak, kak?"

"Enggak! Ais dirumah aja sama Ibu." Ais mengerucutkan bibirnya kesal mendengar Ibu melarang dirinya untuk ikut bersama Natasya.

Matanya mulai memperlihatkan denting kristal yang siap jatuh kapan saja. Ia menatap Natasya sambil menggenggam tangan kiri Natasya, "Kakak, Ais boleh ikut, ya?"

Gadis itu mulai terisak, memeluk kaki Natasya. Natasya sendiri tidak tega melihat sang adik yang terus menangis, ia menatap sang Ibu berharap mengizinkan Ais pergi bersama dirinya.

"Iya, Ais boleh ikut kak Natasya kok. Asal Ais nggak boleh nakal dan harus nurut sama kakak." Bukan Ibu, bahkan Ibu sendiri merasa tak enak.

"Nggak papa memangnya?"

Alden tersenyum manis, "Nggak apa-apa, Bu. Ais ikut aja sama kita," ucap Alden sambil tersenyum. Mau tak mau, Ibu mengizinkan Ais ikut bersama mereka.

• COOL GIRL •

Ramai. Satu kata yang dapat mendeskripsikan tempat yang saat ini dikunjungi Natasya bersama Alden dan juga Ais. Para insan berlalu lalang menjelajahi setiap sudut tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat berolahraga.

Natasya asik melihat-lihat Sempur pada pagi menjelang siang ini. Suasananya tidak seramai saat matahari masih berada disebelah timur. Orang-orang yang merasa cukup untuk olahraga hari ini terlihat meninggalkan area Sempur. Namun, sebagian memilih untuk tetap berada disana.

Ais sedari tadi terlihat sangat senang. Ia berjalan dengan riang sambil sesekali melompat. Tak jarang ia melambaikan tangan saat bertemu dengan teman satu sekolahnya.

Alden tersenyum melihat Ais yang sangat senang saat diajak pergi bersama. Ia mendekati Ais lalu berjongkok dihadapan gadis kecil itu. Ais mengerjapkan matanya, merasa bingung dengan Alden yang tiba-tiba saja duduk dihadapan dirinya.

"Mau kakak gendong nggak?" tanya Alden.

"Memang aku boleh digendong sama kakak?" Bukannya menjawab, Ais malah bertanya balik pada Alden.

Alden terkekeh mendengar pertanyaan dari Ais, "Kalau nggak boleh, nggak mungkin kakak nawarin." Ais tersenyum lalu menatap Natasya, berharap kakaknya ini mengizinkan.

Natasya menatap kearah Alden yang tengah mengangguk ke arahnya. Ia menghela napas kasar sebelum kembali menatap Ais.

"Kakak?" Gadis kecil itu masih setia menunggu jawaban dari Natasya.

Natasya mengangguk sambil tersenyum hangat, membuat gadis kecil itu sangat senang. Ia langsung melompat pada punggung Alden dan dengan sigap Alden menagkapnya. Melihat Ais yang langsung melompat ke punggung Alden, membuat Natasya sedikit berteriak.

"Ais! Jangan lompat nanti jatuh!"

Alden berbalik menghadap Natasya yang jaraknya sudah lumayan jauh darinya. "Tenang aja, Ais nggak apa-apa kok kalau sama aku,"ucap Alden sambil tersenyum diikuti dengan Ais yang membentuk jari telunjuk dan jempolnya seperti lingkaran.

Natasya kembali tersenyum kecil saat Alden dan Ais bermain bersama.

Ia duduk di salah satu kursi yang disediakan sambil memandang pemandangan yang disajikan alam di depan matanya.

Namun, sebuah tangan menepuk pundak Natasya membuatnya terkejut dan reflek berbalik menghadap orang itu.

• COOL GIRL •

Hampir 2 Minggu hhhh :)

Sorry baru up, maap juga kalau gaje hehe ....

Vomment jangan lupa👌🏻

Revisi
Senin, 23 Januari 2023

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang