4

1.6K 232 19
                                    

.

.

.

.

.

Fatal Desires 4

Taehyung tahu betul kalau ada sesuatu yang Hyorin sembunyikan darinya. Tapi seberapapun ia berpikir, tidak satupun hal yang dapat Taehyung temukan. Tidak ada permasalahan yang terjadi pada mereka sebelum Hyorin mulai bekerja.

Ia ingat sebelumnya ia dan istrinya itu hampir tidak pernah bertengkar -mungkin hanya terjadi sedikit kesalahpahaman tapi itupun tidak berlangsung dalam waktu yang lama.

Berbeda dengan pertengkaran mereka kali ini yang cukup menguras pikiran Taehyung.

Ini tentu membuat Taehyung terkejut.

Sikap Hyorin, bahkan ucapannya pada Taehyung juga berubah. Dan sejauh yang ia ingat, ini adalah pertama kalinya Hyorin menaikkan suaranya pada Taehyung yang notabenenya adalah suaminya sendiri.

Hah.

Sudah, Taehyung harus berhenti memikirkan masalah ini sekarang. Ia tidak ingin hari pertamanya menjadi seseorang pembimbing ini membuat ia terkesan tidak profesional karena mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.

Ya, setidaknya ia bisa mengalihkan pikirannya yang sedang kacau ini dengan sesi bimbingan perdananya hari ini.

.

.

.

Jungkook membalik halaman bukunya yang berada diatas meja. Ia sudah duduk dan menunggu di kafe itu lebih dari lima belas menit tapi orang yang ditunggunya tidak juga muncul, ia sudah merasa bosan. Minumannya bahkan sudah hampir habis.

Tidak lama kemudian pintu kafe terbuka, bel yang terletak di atasnya ikut berbunyi dengan nyaring. Mengingat saat ini masih jam sibuk, kafe tempat Jungkook berada masih sangat sepi sehingga ia bisa dengan jelas melihat siapa saja orang yang keluar masuk di kafe itu.

Disana, seorang pria dengan tampilannya yang sangat rapi, dengan banyak buku ditangannya sedang menolehkan kepalanya kesana kemari seperti tengah mencari seseorang.

Jungkook berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri pria yang kini menatap kearahnya.

"Maaf, apa anda profesor Taehyung? "

Taehyung mengangguk pelan, "Benar." jawabnya. "Kamu Jungkook? " ia bertanya balik yang langsung dibalas senyuman kecil oleh yang lebih muda.

"Ya, saya Jungkook. " kata Jungkook lalu mengarahkan Taehyung pada tempatnya duduk saat menunggu kedatangan pembimbingnya itu tadi. "Silahkan duduk. "

Taehyung menganggukkan kepalanya. "Apa kamu sudah menunggu lama?" kata Taehyung sesaat setelah mendudukkan dirinya tepat dihadapan mahasiswanya itu. "Maaf karena saya datang terlambat, ada beberapa hal yang perlu saya lakukan terlebih dahulu. "

Jungkook menggeleng kecil, "Tidak tidak, aku tidak menunggu lama. " jawabnya. "Dan bisakah bapak tidak terlalu formal? Itu sedikit membuatku merasa tidak nyaman. "

"Ah benarkah? Baiklah kalau begitu, tapi kamu juga jangan memanggil saya dengan sebutan bapak, saya belum setua itu. " aneh pikir Taehyung, ia bukanlah tipe orang yang mudah bergaul ataupun bicara dengan orang lain yang belum terlalu ia kenal, tapi sekarang, bicara dengan Jungkook yang notabenenya adalah orang baru untuknya sama sekali tidak membuatnya risih.

"Lalu harus ku panggil apa? "

"Ah karena ini diluar kampus, juga saya yakin kalau usia kita tidak terpaut jauh, kamu bisa memanggil saya hyung. " kata Taehyung dengan enteng.

Setelah berbincang sejenak untuk sekedar memperkenalkan diri mereka masing-masing, Taehyung langsung memberikan bimbingan pada mahasiswa itu.

Sejauh ini tidak ada kendala yang ia hadapi dalam membimbing Jungkook karena pemuda itu cepat mengerti semua materi yang ia jelaskan.

Dan benar saja, melakukan kesibukan seperti ini membuat Taehyung lupa akan masalah yang sedang dihadapinya bersama dengan sang istri. Pikirannya benar-benar teralihkan, ia sama sekali tak memikirkan hal lain selain materi yang ia sampaikan pada pemuda didepannya.

Mengajar Jungkook terasa menyenangkan, pemuda itu sangat cerdas, ia bahkan banyak memberikan pendapatnya pada Taehyung tentang materi mereka.

Saking fokusnya Taehyung, ia tidak sadar kalau ternyata Jungkook sedari tadi memperhatikan dirinya dalam diam. Tidak tahu apa sebenarnya yang ada dalam kepala pemuda itu saat menatap Taehyung dengan tatapan seperti itu.

Taehyung yang tadinya fokus dalam membacakan materinya harus terhenti saat menyadari keterdiaman Jungkook. Ia lalu mengangkat kepalanya untuk melihat Jungkook yang ternyata sudah lebih dulu menatap padanya.

"Ada apa? Kenapa kamu menatap saya seperti itu? " tanya Taehyung dengan bingung. Iq sempat berpikir kalau ada sesuatu di wajahnya tapi ia ingat ia belum makan apapun atau melakukan hal yang bisa membuat wajahnya menjadi kotor.

"Hyung, apa kamu tahu, wajah hyung terlihat tidak asing. " dahi Taehyung berkerut. "aku sepertinya pernah melihatmu disuatu tempat, tapi aku tidak bisa mengingat dimana itu. " Jungkook mengatakannya dengan masih berusaha mengingat dimanakah ia bertemu dengan sang pengajar.

"Apa? Itu tidak mungkin. Kalau memang kita pernah bertemu saya tidak mungkin lupa-"

"Oh benar, kita bertemu di bar beberapa hari yang lalu. "

"Bar? Saya tidak ingat-"

"Waktu itu hyung terlihat buru-buru, seperti sedang dikejar oleh seseorang. Hyung menabrakku lalu minta maaf dan pergi begitu saja tanpa mendengar aku bicara apapun. "

Bar? Dikejar seseorang?

Tunggu itukan saat 'dia' kembali menghubunginya.

Jadi pemuda yang ditabraknya malam itu adalah Jungkook, ck dunia memang sempit.

"Kalau boleh tahu, kenapa hyung terburu-buru malam itu? " Taehyung menegang, ia menelan ludahnya gugup. Jungkook yang menyadari perubahan raut wajah Taehyung segera berkata, "Maaf jika aku lancang, Hyung tidak perlu menjawabnya jika itu mengganggu. "

Taehyung tersenyum pilu. "Tidak apa. " katanya. "Lagipula itu hanya seseorang yang tidak penting, dia selalu mengaggu saya sudah sejak lama -yah sebenarnya saya sempat berpikir dia sudah berhenti tapi ternyata saya salah, dia datang dan kembali mengganggu saya malam itu. "

"apa hyung sudah melaporkannya? "

"Percuma, itu tidak akan ada gunanya. " ucapnya dengan pelan. "Sudahlah, kamu tidak perlu khawatir tentang hal ini, saya bisa mengurusnya. " Taehyung lalu melihat jam di layar ponselnya. "Sudah jam segini, saya harus segera kembali ke kampus. Kita sudahi saja bimbingan kali ini. "

Jungkook menganggukkan kepalanya.

"Saya pergi dulu, sampai nanti, Jungkook. "

.

.

.

.

.

Jangan terlalu yakin sama sikap baiknya jk ya 😏

Jangan terlalu yakin sama sikap baiknya jk ya 😏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cr. ndbtss2 on twitter

17/03/21

Fatal Desires | KvWhere stories live. Discover now