"Astaga Ka Mira.." Ara tertegun melihat sosok Mira dengan penampilan barunya, "Sumpah, gue bahkan ga ngenalin lo."

Mira memainkan jemarinya, panik, "kenapa? Jelek ya? Astaga pulang aja apa gue? Malu," lalu ia menuntup wajah dengan kedua tangannya.

Dengan cepat Ara menggeleng kuat. "Enggak! Lo cantik banget, asli," ucapnya sambil mendekatkan wajah ke arah Mira.

Sedangkan Chika tersenyum bangga. "Kan apa yang aku bilang bener, kamu tuh cantik jadi gak boleh malu ya."

"Tapi kok ini poninya ga lurus ya? Lo motong dimana?" komentar Ara.

Mira tak menjawab, ia hanya melirik ke arah Chika, "ya maaf deh, aku kemarin motongnya ga pake penggaris," celetuk Chika yang terlihat mencebikkan bibirnya, sementara Mira dan Ara, keduanya hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.

"Padahal baru putus sama gue, tapi udah bisa seceria itu. Emang dari awal lo maunya ama Ara, Mir," gumam Vivi saat melihat Mira dengan tampilan barunya itu tertawa riang bersama Ara.

Tentu saja hal itu membuat Vivi merasa geram. Bagaiman tidak, mereka berpisah dengan cara yang tidak baik. Sampai kemarin, Vivi masih berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka. Namun telepon Vivi, Mira abaikan. Pesan Vivi pun sama sekali tak ia gubris. Dan sekarang, ia hanya bisa melihat Mira tertawa tanpa beban.

***

Kini Ara dan Chika pun akhirnya berpisah dengan Mira. Ara dan Chika menuju kelasnya yang ada di lantai dua, sementara Mira ke kelasnya yang lantai tiga. Ketiganya berpisah di depan tangga saat Mira menuju kelasnya tersebut.

"Kok lo bisa bareng sama Kak Mira sih?" tanya Ara, pada Chika ketika keduanya sudah duduk di kelas.

Chika pun menceritakan apa yang terjadi kemarin. Setelah mendengar kabar dari Ara tentang keadaan Mira, Chika diam-diam langsung mengontak Mira. Tanpa disangka saat itu Mira membalasnya dengan cepat. Dan tentunya ajakan Mira untuk datang ke rumahnya itu cukup membuat Chika berdebar. Maka dari itu Chika tak langsung menjawab, dibanding memikirkan jawabannya, Chika lebih memilih untuk mentralkan denyutnya ia tak mau Ara curiga.

Setelah pulang sekolah, sekitar pukul empat sore Chika sudah mendaratkan kakinya di pekarangan rumah Mira. Rumah yang cukup besar namun terlihat sepi. Chika masuk ke dalamnya, ia disambut oleh perempuan berusia lanjut yang bisa Chika simpulkan itu adalah ibu Mira.

Tak ingin menahan tamu anaknya itu, ibu Mira langsung mengantarkan Chika ke kamar Mira. Ibu Mira meninggalkan Chika di depan pintu kamar Mira. Chika mengetuk pintu itu tiga kali, sampai akhirnya terdengar suara lirih nan serak yang mempersilahkannya masuk.

Begitu masuk, Mira langsung memeluknya. Spontan saja Chika tercekat, ia masih bingung. Namun setelahnya ia membalas pelukan Mira tersebut.

Setelah Mira tenang, barulah Mira menceritakan tentang masalah yang dihadapinya. Chika yang tidak tahu apa-apa ini hanya mendengar saja, lagi pula gadis ini mengerti tentang tata krama, tak boleh memotong perkataan orang lain.

Sampai akhirnya Mira meminta Chika untuk memotong rambutnya

"Lo mau bantu gue kan Chik?"

"Ya mau kak, cuma kan aku juga ga pernah motongin rambut orang. Lagian kenapa kita ga ke salon aja sih kak? Aku takut hasilnya jelek."

"Gue maunya lo, Chik. Please, mau ya?"

"Kenapa harus aku kak?"

"Karena gue maunya lo, as simple as that,"

Setelahnya, Chika mengiyakan permintaan Mira. Dan semua berlanjut, hingga akhirnya mereka berangkat bersama menuju sekolah.

Namun di dalam batin Chika, ia kini tengah bertanya tentang perkataan Mira, "gue bakal bikin lo ga ngelupain gue," memikirkan itu saja langsung membuat semburat merah muncul di wajah cantik gadis itu.

TortuousWhere stories live. Discover now