[28] Mamah itu yang terbaik

675 103 4
                                    

✨HAPPY READING✨

✨HAPPY READING✨

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Mamah nangis, setelah mendengar beberapa fakta mengejutkan mengenai anak gadisnya. Bahkan dia yang serumah dan setiap hari tatap muka aja enggak tau kehidupan anaknya setelah mematikan lampu tidur di kamarnya. Jennie setiap malam nangis.

Bukan nangis karena ingin memperbaiki hubungannya dengan masalalu atau sekedar berdamai, tetapi ia menangis karena terlalu sakit memendam semua bebannya sendiri. Terlebih lagi ia anak perempuan pertama dalam keluarga.

"Doyoung kenapa baru cerita sekarang?" tanya mamah masih menangis di sofa rumahnya.

Doyoung mengalihkan pandangannya ke arah ibu dari sahabatnya itu, ia tampak menimang-nimang beberapa hal, sebelum akhirnya berkata. "Jennie ngelarang Doyoung buat cerita sama siapapun, Tan. Selama ini dia cuma cerita sama Doyoung doang, bahkan Sejeong yang sebangku sama dia dari SD pun nggak dia kasih tau" jawabnya.

Mamah menghapus beberapa buliran air mata menggunakan punggung tangannya. "Alasannya kenapa? Mamah berasa sebagai ibu yang enggak becus merawat anak perempuannya, Doy. MAMAH NGGA BECUS!!" raung mamah penuh penekanan. Ia menangis kembali sambil meremat mukena warna coklat mudanya di depan dada.

Pertahanannya runtuh, ia sudah tidak duduk di sofa ruang tamunya, melainkan sudah duduk di atas dinginnya lantai yang menyapa.

Doyoung mendekat ke arah mamah, guna sekedar menenangkan. Tetapi sebelum ia mendekat, ia sempat diam termangu terlebih dahulu, mengingat ibu dari sahabatnya itu masih menggunakan mukena dan terkesan tidak etis jika menyentuh yang bukan muhrimnya. Mengingat juga bahwa wanita yang sudah menginjak kepala empat itu sudah bersuami.

Meyakinkan niatnya, ia pun mendekat. Tangannya dengan reflek mengelus lembut bahu ibu dari sahabatnya itu, memberikan efek menenangkan ke wanita di sampingnya itu. Toh juga itu sebagai bentuk kemanusiaan, bukan modus.

"Tante tenang dulu ya. Doyoung bakal cerita kalau tante udah tenang dulu. Kalau Doyoung cerita pas keadaan tante lagi seperti ini, malah bikin overthingking berkelanjutan. Doyoung ambilin minum air putih di dapur dulu ya tante?" izin Doyoung dengan sopan. Mamah ngangguk pelan, benar juga kata Doyoung, kalau dia ngga tenang malah bikin overthingking berkelanjutan.

Doyoung beranjak dari duduknya, langkah kakinya langsung membawanya ke arah dapur rumah Jennie. Tumben sekali, rumah sahabatnya itu sepi, biasanya jam maghrib itu seluruh keluarga sudah berada di rumah semua.

Mengabaikan kesepian rumah, ia pun segera melangkahkan kakinya kembali setelah ia mengambil satu gelas air putih dari dapur. Langkahnya santai, mengingat ia membawa satu gelas penuh air putih di tangan kanannya.

ABOUT 96LINEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant