"Nggak ada apa-apa." Jawab gue menahan malu.

"Ngaku aja sih ya. Lo suka sama Sungchan kan?"

"Nggak."

"Nanti ada judul ftvnya cintaku bersemi diperlombaan."

"Diem."

Dhea terus berceloteh yang gue lagi malas dengerin. Gue berdiri dari kursi tak lupa membawa earphone dan handphone gue.

"Mau kemana?" tanya Dhea.

"Perpustakaan."

"Ih nggak ikut. Alergi sama sama perpustakaan."

"Gue juga nggak ngajak lo."

Langkah gue perlahan-lahan menuju ruangan yang penuh buku. Sebelum bel gue berencana baca apapun di sana. Biasanya earphone gue nyalakan musik yang menenangkan.

Belum gue sampai di perpustkaan mata gue menangkap beberapa brosur di dinding. Awalnya gue cuek aja. Dipikiran gue paling itu hanya beberapa pengumuman.

Sampai gue menyadari ada hal yang aneh. Setiap siswa melihat brosur itu mereka langsung menatap gue.

"Nih kenapa ada muka gue di sini?" gue kaget setengah mati melihatnya.

Terlebih lagi ada tulisan gue tukang nyontek, curang, dan lain sebagainya.

Muka gue juga dicoret-coret dengan tinta hitam dan merah.

Apakah ini masih ada hubungannya dengan lomba kemarin?

"Kenapa cuman diliatin aja?"

Gue tersentak mendengar suaranya.

Sungchan lagi ngambil semua brosur yang ada muka gue. Lalu tangannya merobek semuanya tanpa kecuali.

"Chan."

"CK... nggak usah ngomong lo. Bantuin aja nih ngelepasnya."

Gue menuruti apa yang dikatakan Sungchan. Tangan gue lemah mengambil tiap-tiap lembaran yang ada di dinding.

Pagi-pagi mental gue langsung down. Dituduh atas apa yang nggak dilakuin itu rasanya nggak enak banget.

"Cepetan Ver, keburu bel. Ntar guru-guru ngeliat." Tegur Sungchan saat melihat gue yang seperti malas-malasan.

Gue mengangguk dan agak mempercepat kegiatan ini.

***

Sepanjang pelajaran gue nggak konsentrasi. Gue penasaran siapa yang tega-teganya masangin gituan.

Emang dia tau kejadian sebenernya. Kok bisa nge judge gue curang sih.

Gue yang emosi tanpa sadar malah coret-coret buku catatan.

"Vera, kamu ngapain?"

"Nyatet Miss."

"Ada ya nyatet tapi kayak gini?"

Miss Tiffany menunjuk lembaran catatan gue. Pantes saja Miss Tiffany heran. Di kertas gue hanya ada urak-urakkan nggak jelas berwarna hitam.

"Maaf miss, saya perbaiki lagi."

"Okey, it's alright."

Miss Tiffany pergi dari meja gue dan mulai berkelilingi lagi.

Sudah menjadi ciri khas beliau. Jika mengajar pasti sambil muter-muter kelas. Biar semuanya bisa denger.

"Mikirin Sungchan lo ya?" Ledek Dhea.

"Diem."

Dhea langsung mingkemin mulutnya lalu mencatat kembali.

Bel istirahat terdengar di setiap individu.

Para siswa dengan semangat menuju kantin. Semuanya menunjukkan keceriaan kecuali gue.

Kali ini gue nggak mau pesen makanan.

Selera makan gue sudah hilang semenjak tadi pagi. Gue ke kantin cuman buat nemenin Dhea aja.

"Lo cari meja aja." Saran Dhea.

Kaki gue melangkah ke meja pojokkan. Tadi gue juga udah nitip pesenan ke Dhea.

***

"Lo kenapa sih dari tadi merengut terus?" tanya Dhea seraya menyuapkan nasi beserta lauk ke dalam mulutnya.

Gue memainkan sedotan dengan gigi lalu menyeruput es jeruk.

"Tadi pagi ada yang nempel brosur muka gue di dinding."

"Bagus dong."

"Kok bagus?"

"Tentang prestasi lo kan?"

"Bukan."

"Terus apaan dong?"

"Yang masalah kecurangan lomba kemarin."

"DIH KOK GITU SIH?"

Emosi Dhea langsung meledak. Gue juga ikut jadi korban atas teriakkan Dhea.

Soalnya saat dia teriak dia lagi mau nelen kuah sop jadinya muncrat dah ke muka gue.

"Eh, maaf Ver, nggak sengaja."

"Iyaiya, nggak apa-aoa.'

Gue mengelap muka dengan tissue yang ada di pinggir meja.

"Gabung dong."

Muncul dah Shotaro sama Sungchan dengan makanan dan minumannya.

Gue dan Dhea otomatis menggeser duduk.

"Lagi ghibah ya?" tanya Shotaro sambil cengengesan.

"Vera, lagi gundah gulana." Terang Dhea.

"Jangan terlalu dipikirin Ver, nanti juga ilang sendiri." Kata Sungchan yang sudah mengerti situasi.

"Gue serasa manusia purba. Nggak ngerti apa-apaan." Shotaro menggarukkan tengkuknya.

Belum sempat gue menjelaskan, notifikasi handphone gue tiba-tiba penuh.

Banyak sekali notif dari aplikasi Pictgram. Perasaan gue udah nggak pernah aktif akun ini. Kenapa tiba-tiba gini?

Gue membuka dan menemukan banyak sekali komenan negatif di post terakhir gue.

Penipu

Memalukan sekolah

Muka lo di mana monyet?

Nggak usah sok pinter lo

Gue mending jadi orang bego tapi asli dibanding pinter tapi palsu

Pindah sekolah lo

Mending mati sekalian

Tangan gue bergetar setelah membacanya. Pelupuk mata gue sudah basah dan akhirnya tumpahlah air di mata ini.

Sungchan mengambil handphone gue dan ikut membacanya.

"Brengsek" umpat Sungchan pelan tetapi masih bisa terdengar. 

Sungchan & Vera {End}Where stories live. Discover now