Adam tersentak. Seperti ada sengatan listrik kala tangan halus itu menyentuh tangannya. Adam berdehem singkat, namun juga tidak melepaskan genggaman tangan Awa padanya.
"Kak Adam bagaimana pun selalu terlihat sempurna. Aku tahu kak Adam punya kekurangan, karena semua manusia itu pasti punya kekurangan sama seperti aku juga. Kak Adam tidak perlu berkecil hati, akan ada banyak gadis yang mengantri kalau saja mereka tahu seperti apa sosok asli kak Adam" jelas Awa.
"Tapi mereka bakal mundur kalau melihat keadaan gue" balas Adam membuat Awa merasa sesak seketika.
"Tapi aku tidak. Melihat kekurangan kak Adam, entah kenapa aku suka.... kak Adam terlihat berbeda dengan cowok lain. Meski kak Adam sering kali cuek dan dingin nganggepin aku. Tapi aku tetap merasa senang, aku senang bagaimana kak Adam berbicara. Bagaimana kak Adam tersenyum meski tipis. Melihat kak Adam, entah kenapa aku seketika merasa damai"
Sayangnya, kalimat itu hanya bisa Awa tahan. Ia tidak mungkin mengatakan hal tersebut di saat dirinya baru saja hadir dalam hidup cowok itu.
"Mungkin juga tidak kan? Mungkin saja mereka bakal menerima setiap kekurangan kak Adam" ucap Awa tersenyum simpul "Sama seperti aku, yang akan menerima kak Adam bagaimana pun sosok kak Adam" lanjutnya dalam hati.
"Hm, gue harap seperti itu"
Hanya itu yang Adam balas. Awa menghela napas. Sadar akan sesuatu, Awa langsung saja menjauhkan tangannya dari tangan Adam. Aishh... kenapa juga ia harus mellow seperti tadi sih?
"Ma-maaf kak, tadi refleks megang tangan kak Adam" kata Awa merutuki sikap bodohnya.
Adam hanya mengangguk singkat.
"Hmmm.... mau aku nyanyikan lagu kak?" Tanya Awa membuat Adam menggeleng pelan.
Awa mengerucutkan bibirnya "Kok gitu sih, padahal kan suara aku bagus" kata Awa merasa tidak terima.
"Suara lo bagus"
"Terus?"
"Terlalu bagus buat gue yang biasa aja"
Jawaban yang cukup ambigu bagi Awa dan membingungkan bagi pembaca.
"Apaan sih, gak jelas!" Ketus Awa.
●●●●●
Setelah kembali dari kediaman Pratama, kini Awa sudah berada di rumahnya. Ia duduk di atas sofa empuk yang terletak di sudut ruang santainya. Mengambil napas pelan seraya memijat keningnya.
"Masih muda udah pusing aja gue" gumam gadis itu.
Awa mendengkus kala ponsel yang ia letakkan di atas meja berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk dari kontak yang ia beri nama 'Wiwi gombel' tersebut.
Dengan malas, Awa menekan tombol hijau yang berarti menerima panggilan telepon itu "Apaan?" tanya Awa to the point.
Bukan apa, ia hanya merasa sangat lelah makanya ia berniat untuk langsung beristirahat malam ini. Tapi Wiwi? Malah menelepon nya di saat seperti ini? Ck!
"Gitu amat lo balasnya" suara dari seberang sana terdengar.
"Bodo amat, emang ngapain lo nelpon gue malam-malam begini? Gue udah mau tidur padahal" kata Awa sayup-sayup karena mulai merasa mengantuk.
YOU ARE READING
Will Not Erase You
Teen Fiction(Revisi Setelah Tamat) Follow dulu dong sebelum baca hehe.... -Will Not Erase You- "Bolehkah aku berharap lebih untukmu yang sudah sangat mengharapkanku? Akankah kita bersatu, setelah perbedaan yang memisahkan? Bisakah kamu mengerti, untuk diriku...
Chap 05
Start from the beginning
