●●●●●

"Lo yakin orang-orang bakal percaya kalau Awa sama Guntur lagi dekat Ran?" Tanya Aulia pada temannya.

Rania mengangguk yakin "Jelas lah, orang gue sendiri yang foto mereka diam-diam. Gue yakin banget kalau anak-anak sekolah kita pasti bakal percaya sama tuh foto"

"Ya juga sih, tapi tujuan lo fotoin mereka itu apa?" Tanya Aulia bingung dengan tindakan temannya yang satu ini.

"Karena gue gak mau, kalau Jake sampe suka sama Awa" desis Rania semakin membuat Aulia bingung.

"Ha? Kenapa lo mikir gitu? Ya jelas lah kalau Jake nggak bakalan suka sama Awa. Orang Awa aja nyusahin, sok baik, apalagi manja banget jadi cewek" balas Aulia mulai menyudutkan Awa.

"Yahh.... lo benar juga, tapi tetap aja gua mau kalau Jake percaya soal foto itu. Gue nggak mau kalau cepat atau lambat Jake bakal kepincut sama Awa" jelas Rania.

Aulia berdecak "Lo keliatan kalah banget dari Awa" ujar Aulia sinis.

Serrkktt...

Rania mencengkram erat kerah baju Aulia. Matanya menatap nyalang gadis di depannya. Sementara Aulia yang mendapat perlakuan tiba-tiba itu hanya tersenyum sembari menatap Rania balik.

"Jaga omongan lo! Sampai kapan pun, gue gak bakal pernah bisa di kalahin oleh siapa pun!" Desis nya tajam.

Aulia tertawa sinis sembari menyentak tangan Rania dari kerah bajunya. Gadis itu beralih merapikan kerah bajunya yang sempat berantakan karena tindakan Rania.

"Gue gak peduli lo mau berpikiran apa Ran! Tapi lo harus sadar, kalau Awa....... bukan tandingan lo" setelah menepuk pelan pundak Rania. Aulia pun melangkah pergi meninggalkan Rania yang masih mematung menatap pantulan dirinya di depan cermin toilet.

"ARGGHH!! Gue gak bakal pernah bisa di kalahin sama lo Wa!" Gumam Rania mengepalkan tangannya kuat.

●●●●●

Awa melangkah memasuki gerbang menjulang itu ketika seorang satpam yang bekerja di rumah tersebut membukakan gerbang untuknya. Sepulang dari sekolah, Awa langsung berangkat menuju kediaman Hermawansyah untuk melakukan pekerjaannya. Untung saja ia sudah membawa baju ganti, jadi sepertinya tidak akan bermasalah kalau ia mengganti pakaiannya di rumah megah ini, mungkin?

"Selamat datang non" sapa para pelayan yang berada di rumah itu.

Tidak ada yang berubah, semuanya tetap saja sopan padanya padahal ia sudah meminta untuk tidak perlu se-formal itu padanya. Bagaimana pun orang-orang di rumah ini lebih tua dari pada dirinya, lalu bagaimana bisa mereka bertindak layaknya dia adalah tuan rumah di kediaman ini?

Awa hanya tersenyum sembari merundukkan badannya bermaksud menyapa balik. Dengan pelan ia melangkahkan kakinya, menaiki setiap deretan anak tangga itu. Seorang wanita paruh baya terlihat baru saja keluar dari pintu bernuansa putih. Awa lagi-lagi tersenyum.

"Eh non Awa, Aden baru saja bersih-bersih di bantu sama Tuan. Tapi sepertinya Tuan sekarang sedang ada urusan di kantor. Jadi, Aden sedang sendiri sekarang di dalam. Sebentar Bibi bawakan makanan untuk Aden, Non masuk saja, mungkin Aden sedang menunggu Non Awa"

Lihat lah? Pipi Awa sudah merona mendengar penuturan dari Bi Minah, yang sudah bekerja hampir puluhan tahun di rumah ini.

"Oh gitu yah bi, tapi ngomong-ngomong... di sini ada kamar kosong gak? Saya mau ganti pakaian dulu hehe, soalnya gerah juga sih lama-lama pakai baju sekolah" jelas Awa membuat Bi Minah tersenyum.

"Ada kok Non, ikut Bibi sebentar"

Awa mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Bi Minah yang terlihat berjalan menuju kamar yang sepertinya terletak paling ujung lantai dua rumah ini. Awa hanya tersenyum ketika Bi Minah berpamitan padanya. Sementara dirinya kini sudah memutar gagang pintu kamar tersebut.

Setelah berhasil masuk di kamar itu. Awa cukup terpanah melihat desain kamar yang bercorak putih dengan sedikit motif keemasannya. Awa meggeleng takjub, benar-benar indah bila di pandang. Berjalan menyusuri setiap sudut kamar itu bermaksud untuk melihat-lihat.

Kalian percaya ini tidak? Kamar kosong saja sudah semewah ini, lalu bagaimana kira-kira dengan kamar Si pemilik rumah? Awa sedikit tersenyum, setidaknya ia sudah melihat cerminan kamar mewah itu seperti apa. Tentu saja seperti kamar Adam, yang sudah terlihat seperti kamar-kamar aktor terkenal saja.

Eh, berbicara soal kamar aktor. Awa saja belum pernah melihatnya seperti apa.

Awa cekikikan sendiri. Kenapa pula dia memikirkan hal yang tidak terlalu penting? Baru saja berniat menuju ruang ganti pakaian di kamar itu, sesuatu yang terlihat bercahaya karena pantulan dari sinar matahari langsung yang bersalah dari balik tirai jendela mengalihkan perhatian Awa.

Dengan pelan, ia melangkahkan kakinya mendekati silauan yang sepertinya berada di balik laci nakas yang sedikit terbuka. Setelah benar-benar berdiri di depan meja tersebut. Awa tanpa ragu sedikit pun meraih benda yang berada di dalam laci tersebut.

Waww!

Sebuah bingkat foto berukuran sedang terpampang di depan wajahnya. Sebuah foto yang menampilkan dua orang anak laki-laki dengan satu wanita dewasa di tengah-tengah mereka. Awa mengerutkan keningnya.

"Kak Adam mungkin yang di sebelah kanan, terus yang di tengah terlihat mirip sama kak Adam. Ah, mungkin aja ini ibunya kak Adam" gumam Awa berbicara sendiri.

Kini mata Awa kembali memperhatikan sosok yang berdiri di samping kiri wanita cantik itu "Terus yang ini siapa yah?" Tanya Awa bingung sendiri.

"Dia terlihat seperti....."

Tokk...tokk...tokk...

"Non Awa, apa non sudah selesai? Ini makanannya sudah bibi buatkan, biar non sendiri yang bawakan ke aden"

Awa dengan cepat langsung menyimpan kembali bingkai foto tersebut ke dalam laci meja nakas di depannya.

"Oh iya bi, saya sudah hampir selesai"

Hufftt..

Hampir saja ia kena serangan jantung. Ia merasa sudah seperti ke pergok mencuri di rumah orang. Lihat lah wajah terkejutnya itu, dan jangan lupakan juga jantungnya yang sudah berdetak tidak karuan karena sudah terperanjak kaget.

Awa langsung beranjak, melangkah menuju tempat ruang ganti pakaian di kamar tersebut. Otaknya masih saja berusaha menyimpulkan siapa sosok yang berdiri di samping kiri Ibunda Adam? Entah kenapa, ia merasa sangat-sangat penasaran. Apalagi, melihat bekas luka di leher anak laki-laki yang berada di foto tersebut.

Awa seperti pernah melihat bekas luka itu, tapi di mana dan kapan? Arghh... salahkan ingatan Awa yang sudah seperti ingatan nenek-nenek saja. Lemot banget.

●●●●●

Jangan lupa tekan tombol bintang yah manteman...

Maaf kalau ada typo, makasih...

Enjoy terus dan sampai jumpa :)

Will Not Erase YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora