1

1.5K 332 270
                                    

.

.

.

Tahun 2004
Desa Lebak, Jawa Barat

PAGI hari adalah waktu dimana aktivitas dimulai. Sekolah, bekerja, dan hal lain dimulai pada waktu pagi. Begitu pun dengan seorang anak laki-laki yang sudah sibuk membantu ibunya melipat pakaian. Di tubuhnya telah terpasang seragam lengkap putih merah —khas sekolah dasar, dan rambut hitamnya setengah basah.

Anak itu Abiyan Pangestu yang lebih akrab disapa Abi.

Abi sudah sibuk dari pukul empat pagi. Di waktu Subuh sebelum beribadah, ia lekas membersihkan diri bersiap untuk pergi menuntut ilmu. Namun sebelum itu ia akan menyempatkan membantu beberapa pekerjaan ibunya, salah satunya melipat pakaian milik tetangga. Ibu Abi memang seorang tukang cuci dan tukang bersih-bersih suruhan. Sedangkan sang ayah, sudah pergi ke sawah milik majikan barunya untuk membajak.

"Emak, pakaian yang udah dilipat, aku taruh di keranjang plastik." Abi berucap agak keras.

"Iya, taruh aja disitu," seru ibunya Abi —Bu Hasna dari dapur.

Abi lantas mematut diri di cermin buram yang tergantung di dinding bilik kamarnya. Ia melirik adiknya yang masih tidur nyenyak di atas ranjangnya dan mengusap kepala sang adik.

"Eza bangun. Ini udah siang loh, ayo semangat bantuin Emak."

Pergerakan kecil didapat, sang adik —Eza melenguh dalam tidurnya. "Ini jam berapa?"

"Udah jam setengah enam. Ayo cuci muka dulu." Abi menggendong adiknya yang masih berusia empat tahun dengan hati-hati, membawanya ke kamar mandi yang berada di belakang rumah.

"Abi! Makan dulu, biar Eza Emak yang urus!" teriak Bu Hasna.

"Iya, Mak!"

Abi berlari ke dalam dapur dan membiarkan adiknya bermain air di kamar mandi. Setelahnya sang ibu masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa handuk kecil.

Sepiring nasi dan dua potong tempe yang masih mengepulkan asap tersuguh di atas meja makan kayu sederhana. Abi tersenyum, ia kemudian makan sambil sesekali melihat ke tungku pembakaran yang digunakan ibunya memasak air, memastikannya agar tidak padam.

"Ih! Apinya mati!"

Tanpa disadari karena terlalu fokus pada sarapannya, Abi merasakan asap mengepul memenuhi dapurnya yang hanya beralaskan tanah. Ia melirik ke tungku pembakaran, ternyata apinya mati.

Setelah mencuci tangan Abi berjongkok sambil meniup bara api di dalam tungku pembakaran menggunakan selongsong bambu. Ia sesekali terbatuk kala asap dari pembakaran terhirup banyak oleh penciumannya. Pakaian seragamnya pun ikut terkena asap dan bisa dipastikan akan meninggalkan bau disana.

Beberapa saat berlalu, Bu Hasna kembali ke dapur dengan Eza yang terlihat sudah segar dan wangi. Sedangkan Abi sedang mencuci piring bekasnya makan di depan selang yang diputus sambungannya tak jauh dari tempat perapian.

"Udah makannya?" tanya Bu Hasna.

"Udah Mak."

Abi melirik ibunya yang sedang membungkus nasi menggunakan daun pisang. Saat melihat sang ibu, tiba-tiba bayangan mimpi tadi malam membuat Abi meremang. Ia merasa jika mimpi itu begitu nyata untuk sekedar bunga tidur semata. Ia pun berniat membagikan mimpinya pada sang ibu.

"Emak,"

"Kenapa?"

"Tadi malam aku mimpi, rasanya nyata banget."

Di bawah Langit | NCT DREAMWhere stories live. Discover now