"Tidak ada yang perlu aku jelaskan sama Mama, semua sudah jelas tertulis di sini."

"Baiklah." Mama menarik napas panjang. "Kenapa dari awal kamu tidak bilang kalau Melati itu putri dari Tyo Bratawijaya?"

"Akupun sama kagetnya dengan Mama ketika tau dia anak siapa,  tapi aku mencintainya ma dan aku tidak ingin Mama mengusirnya keluar dari rumah ini. Hanya gara-gara Melati anaknya Om Tyo." Ku lihat Mama hanya membuang muka, seperti membuang masa lalunya yang pahit.

Aku tahu, Mama pasti kecewa melihat hubunganku dengan Melati yang notabene adalah anak dari Om Tyo mantan pacarnya yang telah menyakitinya. Setelah Ayahku meninggal dunia Mama lebih memilih menjalin hubungan dengan Om Tyo, seorang pria single, baik dan pengertian dan mau menerima Mama apa adanya, seorang janda beranak satu, hidup seorang diri tanpa mempunyai siapapun.  Waktu lima tahun memang bukan waktu yang sebentar untuk menjalin hubungan dan saling mengenal satu sama lain. Jadi bohong kalau Mama bilang sudah melupakan Om Tyo.

Tapi itu semua hanya masa lalu, masa lalu Mama dan Om Tyo tiga puluh tahun yang lalu, tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Mama tidak berhak melarangku berhubungan dengan Melati hanya gara-gara Melati adalah anak dari mantan pacarnya yang telah menyakitinya.

"Seandainya Mama tidak menyetujui hubungan kamu dan Melati, apa yang akan kamu lakukan?" Pertanyaan Mama membuyarkan lamunanku.

"Demi Tuhan, ma. Jangan bawa-bawa hubungan kami! Hubungan Mama dan Om Tyo berakhir jauh sebelum Melati lahir, lagi pula Om Tyo sudah tidak ada, tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal." Aku tidak akan membiarka Mama menantang hubunganku dengan Melati. Bagaimana pun caranya Melati harus bisa menjadi istriku.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanyanya penuh penekanan dan menatapku tajam.

"Berhenti mencampuri urusan kami!"

"APA YANG AKAN KAMU LAKUKAN?" Bentak mama sampai membuat aku dan Luca kaget.

"Aku akan tetap mempertahankannya meskipun tanpa restu Mama." Aku mengalah dan menjawab pertanyaan Mama.

"Baiklah, sekarang telepon dia dan suruh pulang!"

"Ma...." Mama menunggu aku menghubungi Melati.

Hening......

kami diam dan saling menatap. Di sini aku yang salah dan aku yang akan mempertanggungjawabkan semuanya, tidak ada sangkut pautnya dengan Melati, dia hanya korban.

"Baiklah, aku akan menelepon Melati dan menyuruhnya pulang. Tapi Mama janji tidak akan membongkar kebohongan Fio." Aku mengalah.

"Kamu sudah benar-benar keterlaluan, berbohong demi mendapatkan apa yang kamu mau!"

"Melati pantas di perjuangkan ma."

"Dengan membuat nama mama jelek di mata dia?"

"Ok, kami salah, kami minta maaf atas kebohongan yang kami ciptakan. Tapi aku mohon, biarkan aku yang menyelesaikan semuanya dan berbicara dengan Melati."

"Mama tidak mau dengar apapun lagi, sekarang juga telepon Melati!"

Dengan enggan akhirnya aku mengalah dan menghubungi Melati. Mama masih menatapku dan menungguku selesai bicara dengan Melati.

"Melati akan pulang segera."

"Baguslah."

***

Melati POV

Aku duduk dengan tegang di samping Nino menunggu eksekusi dari Tante Ranti Mamanya Nino, tadi Nino sempat menjelaskan semuanya melalui telepon meskipun hanya sekilas. Tante Ranti sudah tahu pernikahan palsu kami dan sekarang kami sedang menunggu apa yang akan di lakukannya.

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now