07. Gara-Gara Paket

921 245 44
                                    

Kurir baru saja meletakkan paket di antara pintu kosan Teora dan Rosetta. Tak lama kedua penghuni kosan itu mengambil paketnya dan langsung kembali masuk. Rosetta langsung duduk di sofa, ia begitu antusias membuka paket. Beberapa hari yang lalu ia memesan serangkaian produk kecantikan.

Rosetta lantas membuka paket tersebut, tapi ia terkejut atas isi paket yang ia lihat saat ini.

"Loh, kok isinya celana dalam cowok, sih?" Rosetta mengeluarkan isi paket dan memegang barang itu dengan kedua tangannya.

Pintu kosan Rosetta diketuk, wanita itu yakin bahwa pemilik celana dalam datang untuk mengambil paket yang tertukar. Buru-buru Rosetta membuka pintu.

"Eh, Mas Tetangga. Paket kita kayaknya ketuker, ya?" tanya Rosetta.

"Iya. Ngh ... kamu belum buka paketnya, kan? Aku baru sadar pas mau buka lihat nama penerimanya malah nama kamu, makanya langsung buru-buru ke sini," jawab Teora dengan sedikit cemas jika Rosetta telah melihat isi paketnya.

"Sebelumnya maaf banget, nih ... tapi aku udah buka paketnya sama tahu isinya apa, mmpht." Rosetta menutup mulutnya menahan tawa.

"Aish!" Teora langsung nyelonong masuk ke kosan Rosetta.

Pria itu melihat isi paketnya sudah tergeletak di atas meja. Buru-buru ia memasukan kembali celana dalamnya itu ke dus paket yang untungnya bentuknya masih bagus. Roetta berdiri di belakang pria itu, mati-matian ia menahan rasa ingin tertawa karena baru kali ini Teora malu d ihadapannya.

"Kalau mau ngetawain, silahkan aja!" ketus Teora.

"Ih, siapa juga yang mau ngetawain?" ngeles Rosetta.

"Kamu tuh, lain kali kalau terima paket dilihat dulu! Jangan main buka-buka aja," terang Teora yang kini duduk di sofa.

Rosetta pun memilih ikut duduk di samping Teora sambil mengambil paketnya. "Ya, maaf. Aku enggak sabar buka paket tadi. Soalnya lumayan aja kali ini beli banyak produk cuma gara-gara lagi diskon," ungkap Rosetta.

"Emang kamu beli apa, sih?" Teora penasaran.

"Makeup, he he ...." Wanita itu terkekeh.

"Dasar cewek, ya! Padahal kamu itu udah cantik, enggak usahlah terlalu banyak pakai yang begituan," celetuk Teora.

"Hah? Bilang apa kamu barusan, Mas?" Rosetta refleks memegang lengan Teora

Aduh! Kenapa malah keceplosan bilang gitu, sih?

"Ye, malah diem! Kamu bilang tadi aku cantik, kan?" tanya Rosetta sekali lagi.

"Idih, geer banget kamu! Salah denger kali!" bohong Teora.

"Ih, beneran. Tadi kamu emang bilang aku cantik, kok! Ayo ngaku!" Rosetta menggelitiki pinggang Teora.

"Woy! geli, ah ...." Teora yang tak bisa menahan rasa kegelian akibat keusilan Rosetta pun terjatuh ke sofa, karena tenaganya yang kuat, Rosetta pun ambruk menindih tubuh pria itu.

Keduanya beradu pandang, tanpa mereka sadari, jauh dalam benak mereka kini tengah saling menganggumi.

"Astagfirullah! Viorella Rosetta ... kamu ngapain begituan sama cowok? Dosa Dek!" 

Rosetta buru-buru bangun, begitu juga dengan Teora yang lasngsung membenarkan posisi duduknya.

"Mas Mino, datang kok enggak bilang dulu?" tanya Rosetta mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Tadinya sengaja mau kasih kejutan, pas sampai lihat pintu kosan kamu sedikit terbuka. Mas ya nyelonong bae masuk, toh. Lah, Mas malah lihat kamu lagi posisi begitu sama cowok, pamali Dek, duh ... mau jadi apa kamu, toh?" Mino menggeleng, kepalanya mendadak pening.

"Mas, kamu salah paham. Ini enggak sesuai sama yang ada di pikiran kamu loh!" ungkap Rosetta.

Mino berjalan menghampiri Teora dan Rosetta, dia meminta mereka duduk dengan benar dan mendengarkan perkataanya.

"Siapa nama kamu?" tanya MIno yang mulai mengintrogasi Teora.

"Teora, maaf ... tapi ini cuma salah paham aja, kok. Aku sama Rosetta bisa jelasin," kata Teora.

"Ndak ada! Pokoknya kamu harus jawab setiap pertanyaan yang aku kasih ke kamu!" tegas Mino.

Teora pun hanya bisa pasrah menerima setiap rentettan pertanyaan yang diberikan oleh Mino kepadanya.

"Minggu depan pada izin, kalian bakalan aku bawa ke Semarang. Aku enggak mau tahu, kamu harus nikahin Adekku, yo!" kata Mino.

What the ....

"Kok jadi segitunya? Mas, aku bisa jelasin, kami tuh tadi cuma lagi bercanda aja, enggak ada niatan buat mesum atau apalah itu. Lagian kita ini enggak ada hubungan apa-apa, kita cuma tetanggan aja, Mas," terang Rosetta.

"Tetanggaan kok tumpuk-tumpukan gitu kayak burger?" julid Mino.

"Ros, kepala aku langsung pusing!" keluh Teora.

"Ya, sama," timpal Rosetta.

Mino yang keukeuh akan pikirannya, tidak peduli dengan penjelasan yang dilontarkan oleh Teora ataupun Rosetta. Ia tetap menganggap apa yang ia lihat adalah benar. Mereka bukan muhrim-nya, sehingga tidak pantas terlalu dekat seperti itu.

Obrolan panas antara ketiga orang itu terhenti karena Mino yang mendadak merasakan sakit perut. Kesempatan itu, Teora gunakan untuk kembali ke kosannya.

"Urus Masmu itu, ya. Buat pengertian sama dia, kalau dia cuma salah paham. Enggak lucu dong kalau kita tiba-tiba dinikahin gara-gara dianggap berbuat mesum," kata Teora.

Rosetta pun mengangguk dan langsung mendorong pria itu untuk keluar dari dalam kosannya. Selepas kepergian Teora, Rosetta kembali duduk di sofa. Mino pun keluar dari dalam kamar mandi dan kembali menghampiri adiknya.

"Kemana si Teora?" tanya MIno.

"Pulanglah, Mas. Ngapain juga sih kamu sampai sebegitunya? Semua itu cuma salah paham, paketku sama dia itu ketuker, dia datang ke sini cuma buat ambil paketnya, Mas," ketus Rosetta.

"Kok malah kamu yang sewot?" tanya Mino lagi. 

"Ya, habis Mas juga suka keras kepala, sih! Aku mau telepon Papa aja, mau ngadu, Mas nyebelin!" ancam Rosetta.

Mino berdecak. "Ck! Ya. udah maaf. Aku harus apa biar kamu enggak marah lagi?"

"MInta maaflah sama Teora!" jawab Rosetta.

MIno pun setuju, dia mengajak Rosetta untuk menemui tetangga adiknya tersebut. Teora pun menerima kedatangan mereka. Mino meminta maaf atas sikapnya yang terkesan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu, ia juga mengatakan Rosetta adalah adik perempuan satu-satunya yang dimiliki oleh Mino.

Sebagai seorang kakak, tentu Mino tidak ingin adiknya salah jalan dan terjerumus dengan hal-hal buruk, terlebih saat ini Rosetta menetap di kota besar dan jauh dari keluarga. Teora pun mengerti, pria itu dengan lapang dada memaafkan kakak Rosetta.

Sebagai tanda bahwa kesalahpahaman telah usai, Mino pun justru menitipkan Rosetta pada Teora. Mereka bahkan saling bertukar kontak, sehingga bisa saling menghubungi satu sama lain. Begitu juga dengan Rosetta yang akhirnya bisa menyimpan kontak tetangganya tersebut.

Rosetta dan Teora akhirnya bisa bernapas lega, mereka bersyukur atas kesalahpahaman yang berujung kembali baik. Semua gara-gara paket, jika tidak tertukar mungkin tidak akan seperti ini.

Teora juga kini bisa mulai dekat dan lebih mengenal Mino, ternyata walau diawal menyebalkan karena sifat keras kepalanya, Mino itu orang yang cukup baik. Terlebih keduanya memiliki hobi yang sama, bermain game disaat adanya waktu luang.







Bersambung ....

Voment jusseyo, mian untuk typonya.

BERUANG KUTUB ✔Where stories live. Discover now